/ Romansa / Penulis Cantik Mantan Napi / Aku Bukan Pembunuhnya

공유

Aku Bukan Pembunuhnya

작가: Adventyna
last update 최신 업데이트: 2022-03-29 01:23:09

"Aku tidak membunuhnya, aku tidak melakukan apa-apa."

"Lalu ke mana kau dari jam dua sampai jam lima? Apa yang kau lakukan?"

Ariel mendesah frustasi. Sudah beberapa waktu dan dua orang di depannya terus menanyakan pertanyaan yang sama. Mereka terus mengulanginya seakan jawaban yang ia berikan sebelumnya salah. Apa yang sebenarnya mereka ingin ia katakan?

"Sudah kubilang, aku terjatuh di tangga dan berbaring di sana."

Orang itu berdecak. "Kau pikir kami akan percaya? Tidak ada bukti yang dapat mengonfimasi kebenaran kata-katamu. Katakan saja yang sejujurnya. Kau tahu, terus berbohong seperti ini tidak akan menguntungkanmu."

Ariel menekan seluruh emosinya ke dalam, berusaha keras untuk tidak melayangkan tendangan kepada dua orang di depannya. "Sudah kukatakan, aku jatuh di tangga. Aku tidak peduli apakah kalian percaya atau tidak, tapi itulah kebenarannya. Dan tentang bukti. Kalian bilang aku tidak bisa membuktikan perkataanku. Lalu, apa kalian punya bukti kalau akulah pelakunya? Kalian punya bukti aku membunuh Brian?"

Kali ini Ariel tidak menahan pikirannya lagi. Apa yang ingin ia katakan, ia keluarkan. Ia paling tidak suka disudutkan dan dituduh atas sesuatu yang tidak ia lakukan.

Sementara itu, satu orang yang telah memperhatikan semuanya beberapa saat yang lalu akhirnya melibatkan diri. Ia masuk dan menggiring dua orang di sana keluar lalu menutup pintu ruangan menguncinya. Orang ini adalah salah satu dari dua orang yang datang kemarin, orang yang hanya duduk mengamatinya dari seberang meja.

"Kau mantan pacar korban?" Handoko langsung bertanya tanpa pengantar apa-apa.

"Ya."

"Kau membunuhnya?"

Belum sempat Ariel menjawab, ia sudah diberondong pertanyaan lain.

"Bagaimana caramu membunuhnya? Kau mengundangnya ke apartemen lalu menikamnya? Kau sakit hati karena putus dengannya sampai ingin membunuhnya?"

Handoko mendekat, menatap intens ke kedua manik Ariel. "Atau dia berselingkuh dan kau merasa muak dengannya? Kalian bertengkar dan kau tidak sengaja membunuhnya? Kau takut ketahuan lalu membuat alibi dengan menelpon polisi?"

Ariel mendengarkan semua tuduhan itu, mendengarkan setiap pertanyaan yang menghakimi dirinya tanpa sedikitpun kesempatan untuk menjelaskan.

"Kau sudah selesai?" Begitu orang di hadapannya tidak lagi bicara, Ariel melanjutkan. "Benar, aku sakit hati karena dia selingkuh. Itu juga alasan kami putus, aku meminta putus dengannya. Aku benar-benar kesal sampai ingin memukulnya, menendangnya, membuatnya babak belur. Tapi tidak kulakukan."

Ariel menekan gigi-giginya kuat dan suaranya menjadi lebih dalam. "Dan kalau pun aku ingin membunuhnya, aku tidak akan menundanya walau hanya sehari. Saat aku memergokinya berciuman dengan perempuan lain, aku pasti akan melakukannya saat itu juga."

Intensitas tinggi dalam ruangan itu menciptakan ilusi kelengangan panjang saat mereka hanya terdiam sesaat.

"Lalu bagaimana bisa orang itu berakhir di dalam kamar apartemenmu?"

Ariel tidak sedikit pun melepaskan pandang dari sepasang mata tajam yang kini menatapnya. "Itu juga yang ingin aku tahu. Kenapa seseorang yang sudah kuputuskan dan sudah tidak kutemui selama sebulan bisa berakhir di sana."

Pandangan Handoko belum beralih, masih menyelami orang di hadapannya sebelum ia melempar satu pertanyaan lagi dengan suara yang lebih rendah. "Apa kau membunuhnya?"

Tanpa mengendurkan tatapannya, Ariel menjawab. "Aku.tidak.membunuhnya."  Ada penekanan di setiap katanya untuk menegaskan.

"Aku bukan pembunuhnya. Aku tidak membunuh siapa pun."

Tidak ada kata-kata lagi. Handoko menarik tatapannya lalu keluar dari ruangan begitu saja.

"Apa katanya?" Aji mengikuti langkah cepat Handoko.

"Dia tidak berbohong."

Handoko tidak menjawab langsung pertanyaannya, tapi Aji tahu apa maksudnya. Kalau Ariel tidak berbohong artinya ia bukan pembunuhnya. "Lalu bagaimana dengan kasusnya? Itu akan segera diserahkan ke kejaksaan. Aku tidak berpikir kejaksaan akan memperhatikan pernyataan itu."

Langkah mereka tiba-tiba berhenti. Aji ingin bertanya ada apa, tapi ia urungkan begitu ia melihat raut serius kapten timnya.

Di sana, di kantor kepala, Handoko melihat pimpinan tertinggi di markas mereka baru saja keluar dari ruangan bersama seseorang dan Handoko tahu siapa orang itu. Orang itu adalah Samuel, seorang jaksa penyidik.

Mengetahui orang itu terlibat, Handoko bisa menebak bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres tentang kasus ini.

.

.

.

Tidak peduli apa yang aku katakan, mereka sudah memutuskan bahwa aku bersalah. Jaksa terus menyudutkan, pengacara tidak mau berbicara untukku, dan hakim hanya melihat drama di antara keduanya. Betapa tidak adilnya itu, betapa aku ingin marah dan berteriak pada dunia, tapi aku tetap tidak berdaya. Saat palu pengadilan diketuk, aku tahu, masa depanku sudah berakhir.

- Ariel Valeria Barsha -

.

.

.

Para jurnalis dari berbagai media sudah berkerumun di depan pintu masuk pengadilan. Jepretan kamera dan mikrofon bergerak mengikuti saat sosok berpakaian oranye digiring keluar dari gedung. Semua orang berusaha mendapatkan berita eksklusif mengenai kasus yang sedang panas tiga minggu belakangan ini tentang 'mahasiswi bunuh mantan pacar karena tidak terima diputus sepihak.' Ada banyak judul yang tak kalah heboh dan semuanya berisi kebohongan, fakta yang dibelokkan dengan bumbu-bumbu tidak terkait untuk membuatnya lebih dramatis.

Ariel tidak peduli bagaimana dunia memandangnya. Ia hanya peduli tentang keluarganya. Dengan banyaknya pemberitaan yang menyudutkannya, keluarganya pasti kena imbasnya juga.

Tapi fakta bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa sekali lagi menusuknya. Sepanjang perjalanan, Ariel tidak mengendurkan kedua tangannya yang saling terkepal, menciptakan cetakan merah dari kuku-kuku yang menggores telapak tangannya.

Setelah melalui berbagai prosedur, Ariel diarahkan ke salah satu sel. Ia sekarang resmi dipindahkan dari rutan ke lapas, menghuni sel ukuran 3×5 meter ini dengan status sebagai tahanan 1366.

Ariel masuk dengan lesu, melihat sebentar ke empat orang lain yang akan menjadi teman satu selnya kemudian duduk tanpa mengeluarkan suara.

Sementara itu, empat orang di sana saling bertukar pandang, memperlihatkan pemikiran yang sama tentang satu orang baru ini. Siapa dia?

Mengapa anak muda ini berakhir bersama mereka? Kejahatan apa yang ia lakukan? Mencuri? Menipu? Mengencani suami orang? Kekerasan? Atau.... narkoba? Karena tidak memiliki cukup informasi, mereka memutuskan untuk belum melakukan apa-apa. Siapa yang tahu apakah orang ini tipe yang mudah atau orang dengan kekuasaan. Intinya, mereka tidak ingin terlibat dengan orang yang salah.

Ariel tidak tahu tentang pikiran mereka, tidak juga peduli. Ia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Menjadi pendiam dan tenang, ia sangat berbeda dari sikapnya yang biasa. Waktu berlalu, siang dan malam terlewati seperti mimpi. Dan Ariel tidak bersusah payah untuk bersuara, apalagi mencoba bersosialisasi. Hidupnya sementara berjalan seperti roda mati.

Ia belum mendapat kunjungan dari kerabatnya, belum juga mendapat kabar tentang mereka. Ia begitu frustasi dengan pikiran-pikiran buruknya sendiri. Bagaimana jika papa mamanya tidak mempercayainya?

Perasaan negatif itu hampir mencekiknya. Apa yang harus ia lakukan?

Bersambung

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Punggung yang Familiar

    Ruangan ini didesain dengan gaya kontemporer. Ada kursi-kursi mengelilingi meja memanjang dan sebuah layar besar menempel di dinding. Jendela kaca lebar menampakkan pemandangan kota, memberikan pencahayaan maksimal. Ditambah perpaduan warna putih dan navy yang lembut, tempat ini memberikan kesan cozy dan elegan.Di dalamnya, duduk empat orang berhadapan. Di satu sisi adalah wanita muda berkacamata, di sisi lainnya adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Keempatnya sedang terlibat dalam pembicaraan.“Tugas utama yang harus dipenuhi tentu saja adalah membantu penulisan naskah, seperti mmberi masukan pada detail-detail deskripsi dan koreksi. Memberikan masukan selama proses produksi juga dibutuhkan.” Mita menjelaskan.Ariel mengangguk, mulai mendapatkan gambaran akan seperti apa kiranya kalau ia menerima tawaran kerja sama ini. Namun, sebelum ia bisa berkomentar, orang di sebelah kanannya lebih dulu bersuara. “Sampai batas apa kami bisa memberika

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Bekas Luka yang Tidak Bisa Hilang

    Setiap Ariel maju satu langkah, Kevin juga akan mundur satu langkah. Wajahnya berubah biru, raut kecemasan muncul, menjatuhkan kesombongan yang sempat bertengger di sana. Refleks ia berkata, “Kau mau apa?”Ariel berhenti saat tubuh Kevin terantuk meja di belakang. Santai, ia mengulurkan tangan ke depan, mengambil sandaran dan mengunci posisi Kevin. Melihat remaja di depannya sudah sangat tidak berdaya, senyum di wajah Ariel tersungging. “Tidak ada.” Ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya, mundur satu langkah.“Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja membuat masalah dengan adikku. Apapun itu, masalah antara kalian berdua tidak berkaitan dengan pekerjaannya di sini kan? Begini saja, kita anggap masalah ini selesai dan jika kau atau teman-temanmu masih memiliki sesuatu yang lain, lakukan saja lain kali, oke?” Setelah mengatakannya, Ariel berbalik.Sadar dirinya sedang ditekan, Kevin merasa tidak senang. Ia sama sekali tidak puas

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anjing yang Berisik Harus Diberi Tahu Kapan Waktunya untuk Diam

    Dalam situasi tak terduga seperti itu, satu-satunya orang yang terpikirkan untuk Indah hubungi adalah Ariel. Ia dan Ariel baru kenal dua tahun belakangan ini, tapi mereka sudah akrab layaknya teman lama. Walaupun tidak tinggal dalam satu dusun yang sama, mereka bisa dibilang masih satu kampung halaman. Indah tidak pandai dalam akademik, tapi ia pekerja keras. Ia sadar dirinya hanya memiliki sedikit peluang untuk survive di perguruan tinggi seperti kebanyakan temannya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, ia memilih merantau mencari kerja.Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Baginya yang tidak memiliki keterampilan khusus, sudah bagus untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya dan tidak menganggur. Tetapi karena hal itulah, ia tidak memiliki teman dekat. Orang-orang di sekitarnya hilir mudik, datang dan pergi secepat daun yang gugur. Tempat di mana ia bekerja, di situlah teman-temannya berada. Setelah ia pindah, teman-temannya juga meng

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Waktu Tidak Menyembuhkan Segalanya

    Chevrolet camaro melaju di sepanjang jalan, membelah kerlip lampu dan lalu lintas malam. Ravi memacu mobilnya dengan kecepatan stabil, memamerkan deru mesinnya yang memukau.“Tumben banget kamu ngehubungi aku duluan, ternyata buat dijadiin sopir pribadi?” Katanya sambil setengah menoleh ke orang yang duduk di sampingnya.Gala yang disindir tidak mengelak, semakin membangkitkan minat Ravi untuk terus menggodanya. “Pantas saja si Tania kabur, jadi sekretaris tapi cuma diperdayakan sebagai sopir. Ya muaklah.”Kali ini Gala berdecak. “Berkendara saja yang benar, lihat ke depan, jangan noleh-noleh ke sini.”Sekarang giliran Ravi yang mendengus. “Santai aja, Gal. Kamu masih segitunya banget sama mobil. Jangan bilang sampai sekarang kamu masih belum berani nyetir?”Ravi melirik ke samping, tapi Gala yang ia ajak bicara bergeming, mengalihkan pandang keluar sambil diam-diam meremas sabuk pengamannya, tidak in

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Hal-Hal yang Tampak Jauh tapi Sebenarnya Dekat

    Sedih, marah, dan putus asa dituliskan dengan begitu epik dalam setiap rangkaian kata. Setiap untaian kalimatnya tegas, detail, tepat, memberikan perasaan akrab seolah penulis itu sendiri berada dalam medan cerita. Narasinya tidak pernah menghakimi, namun juga sangat pribadi, emosional. Hal-hal dalam cerita nampak jauh sekaligus dekat.Semakin Gala membaca, semakin heran ia. Awalnya ia hanya berpikir plot cerita ini menarik, tapi sekarang sesuatu sepertinya membuat benaknya gelisah. Seakan beberapa hal tersembunyi dan tak terkatakan dalam pikirannya tiba-tiba dikuliti, dipaparkan baris demi baris.“Pak Gala?”Gala masih tenggelam dalam tulisan yang ia baca dari layar tab di tangannya, sama sekali tidak memperhatikan ketika namanya disebut. Baru setelah panggilan ketiga, ia bisa menyadarkan dirinya.Rapat sekarang ini membahas tindak lanjut dari proyek drama Fantasia berikutnya. Walaupun posisi Gala adalah CEO, tapi peran utamanya dalam setiap

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Titik Cahaya

    [Saldo Anda Rp325.200,00]Angka yang mengerikan. Saldo rekeningnya benar-benar sekarat. Gaji dari kerja paruh waktunya yang terakhir terkikis, sedang pendapatannya dari menulis novel di web bulan ini belum cair. Hidup sebagai pengangguran memang serba sulit.Ariel merebahkan kembali kepalanya ke meja.Ranjana, “Coba kutebak, digitnya pasti jauh di bawah angka pembaca novelnya.”Lintang, “Kenyataan memang kejam.”Mendengar dua ocehan dari samping kanan dan kirinya, Ariel dengan cepat menegakkan kepala, menengok ke dua arah bergantian hanya untuk melihat para tersangka menyuap makanan mereka tanpa ekspresi seolah tidak ada yang terjadi. Ariel heran, mengapa dua anak yang tidak pernah akur itu selalu kompak untuk urusan menjahili dirinya.“Masih belum mendapatkan pekerjaan juga?” Sekarang suara datang dari arah seberang. Handoko yang bergabung dengan acara sarapan keluarga ini tidak ingin ketinggalan kesempat

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status