Ariel merupakan penulis web novel populer dengan nama pena Sunshine. Walaupun ia terkenal di internet, pada kenyataannya ia hanyalah pengangguran yang telah ditolak puluhan kali saat wawancara kerja karena rekam jejak masa lalunya. Enam tahun lalu, Ariel pernah dipenjara karena suatu kejahatan yang tidak pernah ia lakukan dan dibebaskan empat tahun kemudian setelah diputuskan tidak bersalah. Meski begitu, stereotipe sebagai mantan napi terlanjur melekat padanya yang membuatnya kesulitan dalam banyak hal. Sementara itu, Gala adalah seorang produser muda yang sukses. Terlahir sebagai tuan muda membuatnya tidak kesulitan dalam membangun karier. Walau di permukaan ia terlihat tidak kekurangan apapun, sebenarnya ia juga hanyalah pribadi yang tidak sempurna. Mereka dipertemukan dalam sebuah proyek sebagai produser dan penulis. Dari dua orang asing yang tidak berhubungan menjadi belahan jiwa satu sama lain, kisah mereka tidak sesederhana sinopsis drama.
View MoreGala Giyantara kembali torehkan prestasi di ajang internasional. Lewat film Mengepak Bersama Badai, produser muda sekaligus pemilik rumah produksi Fantasia Picture tersebut berhasil membawa pulang piala Grand Prix di ajang Cannes Film Festival. Penghargaan ini merupakan…
Sementara layar televisi terus menampilkan liputan berita, sepasang suami-istri yang duduk di sofa lebih tertarik memerhatikan putrinya yang baru saja masuk ke kamar dengan lesu.
“Ada apa dengannya?”
Maryam menghela napas menanggapi pertanyaan suaminya, “Seperti biasa.”
“Ditolak kerja lagi?” Bima dapat menebak dengan tepat. Ini bukan sekali dua kali putrinya ditolak kerja. Sudah tak terhitung jumlahnya ia menyaksikan putrinya berangkat dengan wajah berseri lalu pulang dengan lesu. Hanya saja kelesuan itu biasanya menghilang setelah anak itu makan, berbeda dengan malam ini. Kelihatannya ekspektasi putrinya terhadap peluang kerja kali ini cukup tinggi sehingga rasa kecewa dan sedihnya juga dalam.
“Sudah berkali-kali dia seperti itu. Haruskan kita nasihati supaya dia berhenti melamar kerja dan mendirikan usaha saja? Dia bisa buka warung atau laundry. Kalau tidak ya kembali saja ke jaga tempat fotokopi, gajinya lumayan kok.”
“Biarkan sajalah. Jadi editor atau apalah itu, kan sudah jadi keinginan dia. Biarkan saja Ariel mencari kerja yang sesuai minatnya. Biar senang juga dia.” Bima menarik Maryam ke jangkauan lengannya. “Lagi pula, mungkin itu satu-satunya cita-cita yang masih bisa diperjuangkan. Kita jangan larang.”
Maryam mengangguk, merenungkan kembali segala kesulitan yang telah dilalui oleh putri mereka. Sudah merupakan hal luar biasa bahwa Ariel tidak terpuruk, tidak larut dengan keadaan, bahkan mau bangkit dan memulai lembar hidup yang baru. Mereka sebagai orang tua hanya bisa mendukung semua langkah dan keputusan yang diambil oleh Ariel.
Di dalam kamar, orang yang dibicarakan sedang tertelungkup di atas meja, membiarkan layar laptopnya menyala menunjukkan lembar Microsoft Word yang kosong. Ariel tidak sanggup jika harus menulis surat lamaran lagi.
“Kalau begini terus, aku bisa gila.” Perlahan ia mengangkat kepalanya lalu mengalihkan pandang ke daftar lowongan kerja yang ia tempel di dinding hanya untuk menambahkan satu lagi coretan panjang di sana. Tidak ada lagi daftar yang tersisa, semua lowongan yang ia kumpulkan sudah ia coba dan gagal.
Namun, ia belum boleh menyerah. Satu lembar habis, masih ada lembar lain yang sudah ia siapkan. Ia tidak mengira akan membutuhkannya sebab ia sudah sangat yakin akan mendapatkan pekerjaan hari ini. Bidang yang dilamar sudah sesuai dengan keahliannya, penugasan juga ia kerjakan dengan sempurna, bahkan wawancaranya lancar tanpa hambatan. Tapi siapa sangka pemberitahuan yang ia terima kemudian adalah kalimat ‘dengan menyesal kami beritahukan bahwa Anda tidak lolos wawancara’. Tidak lolos wawancara dengkulmu!
Ariel membuang napas lesu. Hal ini bukannya tidak terduga sama sekali. Ia hanya terlalu berharap terhadap perusahaan tempatnya melamar baru-baru ini karena mereka sangat terbuka menerima karyawan lulusan SMA, tidak mengharuskan memiliki pengalaman kerja terkait, asalkan penugasannya bagus dan prospek kerjanya menjanjikan. Ariel kira perusahaan ini akan berbeda, nyatanya sama saja dengan yang lainnya. Ia tahu, bukan wawancara yang membuatnya tidak lolos, melainkan rekam jejaknya. Dikeluarkan dari kampus, pernah masuk penjara karena kasus berat, siapa pula yang bisa mempercayakan perusahaan mereka kepada mantan napi sepertinya. Huh, stereotipe masyarakat memang begitu. Mau bagaimana lagi.
Dengan sedikit kesedihan yang menjejak dalam benaknya akan fakta itu, Ariel mencoba mengembalikan fokusnya. Ia memilih lowongan yang terdekat tanggal berakhirnya, mengecek informasi persyaratannya lalu bersiap menulis resume dan membuat ulang surat lamaran.
Namun begitu jarinya menyentuh keyboard, moodnya seketika hilang. “Tidak. Aku tidak bisa menulis sesuatu dengan perasaan campur aduk begini. Ah!”
Ariel mengacak rambutnya lalu menyibaknya dari dahi sampai tengkuk untuk menemukan lagi kestabilan emosinya.
Akhirnya, Ariel menutup lembar putih di layar dan beralih ke akun web novel tempatnya menulis. Ia membaca lagi komentar-komentar di unggahan karyanya.
Siapa yang naruh bawang di sini? (emotikon menangis)
Ini terlalu (emotikon menangis)
Apa ini miskah? Kenapa sad bgt. Ini bukan endingnya kan plis
Lanjut, kak, lanjut
Gila sih, Fall emang sebagus itu. Gak tahu kenapa kaya relate aja gitu konfliknya sama kehidupan nyata
Fall the best lah (emotikon jempol)
Penasaran sih ntar endingnya Fall bakal kaya gimana. Berharapnya semua masalah sama teka-tekinya clear, tapi kok bau-bau sad ending ya? No, aku tim happy ending
Ariel tersenyum membaca setiap komentar itu. Bagi penulis, apresiasi terbesar untuk karyanya adalah dibaca dan dikomentari. Dari beberapa karya yang terbengkalai dan tidak selesai, dalam dua tahun terakhir ini Ariel konsisten terhadap satu cerita. Novel fantasi yang ia tulis dan kembangkan berdasarkan kisah hidupnya sendiri. Dari hanya beberapa ratus pembaca lalu naik ke lima ribu, puluhan ribu, ratusan ribu, sampai sekarang mencapai tujuh juta pembaca.
Semangat lanjutin ceritanya kak @sunshine
Aku bayangin kalo novel ini jadi film atau drama pasti bakal pecah bgt
Berharap novel ini punya versi cetaknya, hayuk kak @sunshine (emotikon tersenyum)
Sukses selalu buat kak @sunshine. Gak sabar nunggu bab berikutnya
Sukses ya? Kalau saja mereka tahu, penulis Sunshine yang populer di internet ternyata hanyalah pengangguran. “Hah, satire di siang bolong.” Ariel mengejek dirinya sendiri.
Selalu dibuat penasaran di setiap bab. Keren. Lanjutkan (emotikon jempol)
Next next next
Up up up!
Ngalamat gak bisa tidur nih karena penasaran. Ayo up secepatnya kak @sunshine
Gawat. Dibanding mood menulis lamaran kerja, mood untuk melanjutkan novel jauh lebih membara. Tidak, sekali Ariel masuk dalam cerita, ia bisa lupa waktu, menulis sampai pagi buta. Kalau gitu kapan ia bisa dapat kerja? Ariel menepuk dua pipinya, menekan keinginan menulis dalam dirinya. Sebagai gantinya, ia menghibur diri dengan lanjut membaca beberapa komentar lagi yang ditinggalkan oleh pembacanya.
Gak kebayang sih kalo jadi tokoh utamanya (emotikon sedih)
Aku jadi ngerti kenapa cerita ini dijudulin Fall. Tahu gak sih feelnya pas baca itu loh bener-bener ngerasa kaya kitanya yang jatuh
Cobaan oh cobaan, kak @sunshine jangan dikasih yang terlalu sedih kaya gini (emotikon menangis)
Ariel hampir tertawa membaca komentar itu.
Habis happy terus sedih terus happy terus sedih, ah roller coaster pokoknya
Kalau dipikir-pikir ya, walaupun genrenya fantasi, tapi cerita di Fall tuh emang realistis sama kehidupan kita. Kaya siapa juga yang gak pernah ngerasain jatuh, ngerasain down dalam hidupnya
Mata Ariel berhenti pada komentar terakhir. Benar, siapa yang tidak pernah mengalami masa-masa terpuruk? Saat-saat jatuh dan merasa tidak berdaya? Merasa seluruh dunia berpaling darinya? Siapa orang di dunia ini yang tidak pernah mengalami persimpangan dalam hidupnya? Tidak ada.
Ariel menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengalihkan pandang dari layar ke jendela, menamati halaman yang temaram oleh cahaya bulan. Kalau diingat-ingat, persimpangan hidupnya mungkin dimulai saat itu, malam enam tahun yang lalu.
Bersambung
Ruangan ini didesain dengan gaya kontemporer. Ada kursi-kursi mengelilingi meja memanjang dan sebuah layar besar menempel di dinding. Jendela kaca lebar menampakkan pemandangan kota, memberikan pencahayaan maksimal. Ditambah perpaduan warna putih dan navy yang lembut, tempat ini memberikan kesan cozy dan elegan.Di dalamnya, duduk empat orang berhadapan. Di satu sisi adalah wanita muda berkacamata, di sisi lainnya adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Keempatnya sedang terlibat dalam pembicaraan.“Tugas utama yang harus dipenuhi tentu saja adalah membantu penulisan naskah, seperti mmberi masukan pada detail-detail deskripsi dan koreksi. Memberikan masukan selama proses produksi juga dibutuhkan.” Mita menjelaskan.Ariel mengangguk, mulai mendapatkan gambaran akan seperti apa kiranya kalau ia menerima tawaran kerja sama ini. Namun, sebelum ia bisa berkomentar, orang di sebelah kanannya lebih dulu bersuara. “Sampai batas apa kami bisa memberika
Setiap Ariel maju satu langkah, Kevin juga akan mundur satu langkah. Wajahnya berubah biru, raut kecemasan muncul, menjatuhkan kesombongan yang sempat bertengger di sana. Refleks ia berkata, “Kau mau apa?”Ariel berhenti saat tubuh Kevin terantuk meja di belakang. Santai, ia mengulurkan tangan ke depan, mengambil sandaran dan mengunci posisi Kevin. Melihat remaja di depannya sudah sangat tidak berdaya, senyum di wajah Ariel tersungging. “Tidak ada.” Ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya, mundur satu langkah.“Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja membuat masalah dengan adikku. Apapun itu, masalah antara kalian berdua tidak berkaitan dengan pekerjaannya di sini kan? Begini saja, kita anggap masalah ini selesai dan jika kau atau teman-temanmu masih memiliki sesuatu yang lain, lakukan saja lain kali, oke?” Setelah mengatakannya, Ariel berbalik.Sadar dirinya sedang ditekan, Kevin merasa tidak senang. Ia sama sekali tidak puas
Dalam situasi tak terduga seperti itu, satu-satunya orang yang terpikirkan untuk Indah hubungi adalah Ariel. Ia dan Ariel baru kenal dua tahun belakangan ini, tapi mereka sudah akrab layaknya teman lama. Walaupun tidak tinggal dalam satu dusun yang sama, mereka bisa dibilang masih satu kampung halaman. Indah tidak pandai dalam akademik, tapi ia pekerja keras. Ia sadar dirinya hanya memiliki sedikit peluang untuk survive di perguruan tinggi seperti kebanyakan temannya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, ia memilih merantau mencari kerja.Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Baginya yang tidak memiliki keterampilan khusus, sudah bagus untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya dan tidak menganggur. Tetapi karena hal itulah, ia tidak memiliki teman dekat. Orang-orang di sekitarnya hilir mudik, datang dan pergi secepat daun yang gugur. Tempat di mana ia bekerja, di situlah teman-temannya berada. Setelah ia pindah, teman-temannya juga meng
Chevrolet camaro melaju di sepanjang jalan, membelah kerlip lampu dan lalu lintas malam. Ravi memacu mobilnya dengan kecepatan stabil, memamerkan deru mesinnya yang memukau.“Tumben banget kamu ngehubungi aku duluan, ternyata buat dijadiin sopir pribadi?” Katanya sambil setengah menoleh ke orang yang duduk di sampingnya.Gala yang disindir tidak mengelak, semakin membangkitkan minat Ravi untuk terus menggodanya. “Pantas saja si Tania kabur, jadi sekretaris tapi cuma diperdayakan sebagai sopir. Ya muaklah.”Kali ini Gala berdecak. “Berkendara saja yang benar, lihat ke depan, jangan noleh-noleh ke sini.”Sekarang giliran Ravi yang mendengus. “Santai aja, Gal. Kamu masih segitunya banget sama mobil. Jangan bilang sampai sekarang kamu masih belum berani nyetir?”Ravi melirik ke samping, tapi Gala yang ia ajak bicara bergeming, mengalihkan pandang keluar sambil diam-diam meremas sabuk pengamannya, tidak in
Sedih, marah, dan putus asa dituliskan dengan begitu epik dalam setiap rangkaian kata. Setiap untaian kalimatnya tegas, detail, tepat, memberikan perasaan akrab seolah penulis itu sendiri berada dalam medan cerita. Narasinya tidak pernah menghakimi, namun juga sangat pribadi, emosional. Hal-hal dalam cerita nampak jauh sekaligus dekat.Semakin Gala membaca, semakin heran ia. Awalnya ia hanya berpikir plot cerita ini menarik, tapi sekarang sesuatu sepertinya membuat benaknya gelisah. Seakan beberapa hal tersembunyi dan tak terkatakan dalam pikirannya tiba-tiba dikuliti, dipaparkan baris demi baris.“Pak Gala?”Gala masih tenggelam dalam tulisan yang ia baca dari layar tab di tangannya, sama sekali tidak memperhatikan ketika namanya disebut. Baru setelah panggilan ketiga, ia bisa menyadarkan dirinya.Rapat sekarang ini membahas tindak lanjut dari proyek drama Fantasia berikutnya. Walaupun posisi Gala adalah CEO, tapi peran utamanya dalam setiap
[Saldo Anda Rp325.200,00]Angka yang mengerikan. Saldo rekeningnya benar-benar sekarat. Gaji dari kerja paruh waktunya yang terakhir terkikis, sedang pendapatannya dari menulis novel di web bulan ini belum cair. Hidup sebagai pengangguran memang serba sulit.Ariel merebahkan kembali kepalanya ke meja.Ranjana, “Coba kutebak, digitnya pasti jauh di bawah angka pembaca novelnya.”Lintang, “Kenyataan memang kejam.”Mendengar dua ocehan dari samping kanan dan kirinya, Ariel dengan cepat menegakkan kepala, menengok ke dua arah bergantian hanya untuk melihat para tersangka menyuap makanan mereka tanpa ekspresi seolah tidak ada yang terjadi. Ariel heran, mengapa dua anak yang tidak pernah akur itu selalu kompak untuk urusan menjahili dirinya.“Masih belum mendapatkan pekerjaan juga?” Sekarang suara datang dari arah seberang. Handoko yang bergabung dengan acara sarapan keluarga ini tidak ingin ketinggalan kesempat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments