Home / Romansa / Penyamaran CEO Tanaka / Bab 60 – Tekanan dari Atasan

Share

Bab 60 – Tekanan dari Atasan

Author: Jeff Ry
last update Last Updated: 2025-11-01 14:35:03

Langit Jakarta sore itu terlihat seperti baja yang menahan hujan. Di lantai empat puluh delapan Tanaka Tower, suasana lebih dingin dari biasanya. Meja besar di ruang rapat utama masih dipenuhi dokumen merger, tapi fokus semua orang hanya tertuju pada satu sosok wanita yang berdiri tegak di ujung ruangan — Nadine Wijaya.

Gaun kerja putih gadingnya tampak sempurna, tapi senyum yang ia bawa lebih tajam daripada ujung stiletonya. Di hadapannya, Pak Bima Tanaka duduk dengan kedua tangan terlipat di atas meja, menatap wanita itu dengan wajah keras yang diselimuti kelelahan.

“Pak Bima,” suara Nadine tenang tapi menusuk, “saya datang bukan untuk basa-basi. Kita sama-sama tahu Tanaka Group dan Wijaya Build Corp sudah bertahun-tahun menjadi rekan strategis. Tapi hubungan bisnis itu akan jauh lebih stabil… kalau ikatan personal di antara dua keluarga kita juga kembali dipulihkan.”

Bima menatapnya datar. “Maksud Anda?”

“Adrian.” Nadine menatap lurus. “Saya ingin pernikahan itu dilanjutkan. Sepert
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 63 – Panggilan Pulang

    “Oh, Pak Davin dari pusat? Saya pernah dengar nama Anda,” kata Maya agak canggung. “Ardi sedang di lapangan. Saya bisa panggilkan.”“Tidak perlu.” Davin menatap sekeliling ruangan, melihat foto-foto proyek dan tulisan kecil di papan tulis: ‘Kerja keras dengan hati’. Ia tersenyum kecil. “Kau tahu, tulisan itu mirip dengan prinsip seseorang yang sangat kukenal.”Maya tampak bingung. “Ardi menulisnya minggu lalu.”“Ya, aku tahu,” jawab Davin pelan.Ada nada getir di suaranya, seolah kata-kata itu lebih dalam maknanya bagi Davin sendiri.Sebelum Maya sempat bertanya lebih jauh, pintu terbuka.Ardi masuk dengan wajah sedikit terkejut. “Davin? Kau masih di sini?”“Pagi juga, Tuan Ardi,” jawab Davin, menekankan nama samaran itu dengan sedikit ironi. “Kita perlu bicara sebentar.”Maya menatap dua pria itu bergantian. “Kalian saling kenal?”“Ya,” jawab Davin dan Ardi bersamaan, tapi dengan nada berbeda.Ardi cepat menambahkan, “Dia teman lama dari kantor lamaku.”“Oh.” Maya tersenyum canggung.

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 62 – Davin

    Hujan belum benar-benar turun, tapi langit di atas proyek cabang Timur sudah memantulkan warna kelabu. Di kejauhan, suara ombak dari pantai kecil terdengar samar—seolah ikut menahan sesuatu yang lebih besar dari sekadar badai.Di ruang kerjanya yang diterangi lampu neon, Ardi—atau Adrian Tanaka, nama yang tak pernah ia ucapkan di tempat ini—sedang menatap laporan mingguan. Angka-angka di layar laptopnya berbaris rapi, tapi pikirannya berantakan. Di luar jendela, Maya Larasati sedang berbicara dengan vendor, wajahnya serius tapi penuh keteguhan yang membuat Adrian diam-diam kagum setiap kali melihatnya.Suara pintu diketuk pelan.“Masuk,” katanya tanpa menoleh.Sosok yang muncul membuat napasnya tertahan.“Davin?”Pria berjas abu-abu itu berdiri di ambang pintu dengan wajah lelah. Jasnya tampak tidak serapi biasanya, rambutnya sedikit acak. Ada sesuatu di sorot matanya yang membuat udara di ruangan mendadak berat.“Aku baru saja sampai,” ucap Davin pelan. “Kita perlu bicara, Adrian.”N

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 61 – Kejujuran

    Ardi tersenyum kecil. “Hanya ingin melihat proyek ini dari atas sebentar. Rasanya... seperti melihat sesuatu yang tumbuh dari tangan sendiri.”Maya ikut berdiri di sisinya, menatap bangunan setengah jadi itu. “Aku juga sering berpikir begitu. Kadang aku merasa bangunan ini menyimpan semua tenaga kita — dan sedikit kenangan.”“Kenangan yang seperti apa?”Maya menatap langit. “Tentang semua yang sudah diperjuangkan. Tentang orang-orang yang mungkin tidak akan mengerti betapa sulitnya berdiri di sini.”Ardi menoleh, memperhatikan wajah Maya yang diterpa cahaya senja. Ada kedamaian di sana — sesuatu yang membuat hatinya tenang, sekaligus takut kehilangan.Namun ketenangan itu tak bertahan lama.Telepon Davin bergetar di sakunya.Ia melihat sekilas nama yang tertera: Davin.Hatinya langsung berdesir.“Permisi sebentar, Maya.” Ia berjalan menjauh.Suara Davin terdengar serak di seberang. “Adrian, kau harus dengar ini baik-baik. Nadine sudah menemui ayahmu. Ia menekan keras agar pernikahan d

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 60 – Tekanan dari Atasan

    Langit Jakarta sore itu terlihat seperti baja yang menahan hujan. Di lantai empat puluh delapan Tanaka Tower, suasana lebih dingin dari biasanya. Meja besar di ruang rapat utama masih dipenuhi dokumen merger, tapi fokus semua orang hanya tertuju pada satu sosok wanita yang berdiri tegak di ujung ruangan — Nadine Wijaya.Gaun kerja putih gadingnya tampak sempurna, tapi senyum yang ia bawa lebih tajam daripada ujung stiletonya. Di hadapannya, Pak Bima Tanaka duduk dengan kedua tangan terlipat di atas meja, menatap wanita itu dengan wajah keras yang diselimuti kelelahan.“Pak Bima,” suara Nadine tenang tapi menusuk, “saya datang bukan untuk basa-basi. Kita sama-sama tahu Tanaka Group dan Wijaya Build Corp sudah bertahun-tahun menjadi rekan strategis. Tapi hubungan bisnis itu akan jauh lebih stabil… kalau ikatan personal di antara dua keluarga kita juga kembali dipulihkan.”Bima menatapnya datar. “Maksud Anda?”“Adrian.” Nadine menatap lurus. “Saya ingin pernikahan itu dilanjutkan. Sepert

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 59 – Bahaya yang Mengintai

    “Pak Ardi, ini rekap logistik minggu ini. Ada sedikit selisih data di vendor baja, tapi saya sudah koreksi,” ujarnya cepat, mencoba terdengar tenang meski napasnya sedikit tergesa.Ardi menatapnya. Sekilas, semua kekacauan dunia di luar sana lenyap.Satu detik bersamanya terasa lebih damai dari seratus rapat direksi.“Terima kasih, Maya,” katanya singkat.Maya tersenyum, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda di wajah Ardi hari itu. Ada gurat letih yang tak biasanya.“Bapak kelihatan capek. Tidak apa-apa?” tanyanya pelan.Ardi hanya menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya… terlalu banyak hal di kepala.”Maya tak bertanya lebih lanjut. Tapi nalurinya tahu: beban itu bukan sekadar laporan proyek.Siang menjelang sore.Adrian duduk di depan laptop butut milik kantor cabang. File laporan terbuka, tapi pikirannya jauh melayang. Setiap detik terasa seperti jarum jam yang menekan.Ia menulis pesan singkat kepada Davin:“Kita tidak bisa membiarkan konflik ini membesar. Aku akan segera menyeles

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 58 – Keberanian

    Semua orang memujinya, tapi tak ada yang benar-benar mengenalnya.Semua menginginkan sesuatu darinya, tapi tak ada yang memberinya ketenangan.Dan kemudian datanglah Maya — gadis yang menatapnya tanpa ambisi, tanpa tahu bahwa pria di depannya memiliki kekayaan cukup untuk membeli seluruh proyek tempat mereka bekerja.Ia menatapnya hanya sebagai manusia.Itu yang membuatnya tak bisa berpaling.Menjelang subuh, Adrian akhirnya bangkit. Ia duduk di meja kecil, menyalakan lampu lagi.Di hadapannya, surat Maya masih terbuka.Ia mengambil buku catatannya, menulis beberapa baris:“Aku bukan takut kehilangan jabatan, tapi takut kehilangan alasan untuk menjadi lebih baik.Dan alasan itu punya nama — Maya.”Tinta pena sedikit meluber karena tangannya gemetar. Ia menatap tulisan itu lama, lalu menutup bukunya perlahan.Ia tahu, pagi akan segera datang.Dan begitu matahari muncul, ia harus kembali memakai topengnya: menjadi Ardi, staf proyek yang tenang dan sederhana.Tapi malam ini, di tengah ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status