Beranda / Romansa / Penyamaran CEO Tanaka / Bab 59 – Bahaya yang Mengintai

Share

Bab 59 – Bahaya yang Mengintai

Penulis: Jeff Ry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 16:02:07

“Pak Ardi, ini rekap logistik minggu ini. Ada sedikit selisih data di vendor baja, tapi saya sudah koreksi,” ujarnya cepat, mencoba terdengar tenang meski napasnya sedikit tergesa.

Ardi menatapnya. Sekilas, semua kekacauan dunia di luar sana lenyap.

Satu detik bersamanya terasa lebih damai dari seratus rapat direksi.

“Terima kasih, Maya,” katanya singkat.

Maya tersenyum, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda di wajah Ardi hari itu. Ada gurat letih yang tak biasanya.

“Bapak kelihatan capek. Tidak apa-apa?” tanyanya pelan.

Ardi hanya menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya… terlalu banyak hal di kepala.”

Maya tak bertanya lebih lanjut. Tapi nalurinya tahu: beban itu bukan sekadar laporan proyek.

Siang menjelang sore.

Adrian duduk di depan laptop butut milik kantor cabang. File laporan terbuka, tapi pikirannya jauh melayang. Setiap detik terasa seperti jarum jam yang menekan.

Ia menulis pesan singkat kepada Davin:

“Kita tidak bisa membiarkan konflik ini membesar. Aku akan segera menyeles
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 59 – Bahaya yang Mengintai

    “Pak Ardi, ini rekap logistik minggu ini. Ada sedikit selisih data di vendor baja, tapi saya sudah koreksi,” ujarnya cepat, mencoba terdengar tenang meski napasnya sedikit tergesa.Ardi menatapnya. Sekilas, semua kekacauan dunia di luar sana lenyap.Satu detik bersamanya terasa lebih damai dari seratus rapat direksi.“Terima kasih, Maya,” katanya singkat.Maya tersenyum, tapi matanya menangkap sesuatu yang berbeda di wajah Ardi hari itu. Ada gurat letih yang tak biasanya.“Bapak kelihatan capek. Tidak apa-apa?” tanyanya pelan.Ardi hanya menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya… terlalu banyak hal di kepala.”Maya tak bertanya lebih lanjut. Tapi nalurinya tahu: beban itu bukan sekadar laporan proyek.Siang menjelang sore.Adrian duduk di depan laptop butut milik kantor cabang. File laporan terbuka, tapi pikirannya jauh melayang. Setiap detik terasa seperti jarum jam yang menekan.Ia menulis pesan singkat kepada Davin:“Kita tidak bisa membiarkan konflik ini membesar. Aku akan segera menyeles

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 58 – Keberanian

    Semua orang memujinya, tapi tak ada yang benar-benar mengenalnya.Semua menginginkan sesuatu darinya, tapi tak ada yang memberinya ketenangan.Dan kemudian datanglah Maya — gadis yang menatapnya tanpa ambisi, tanpa tahu bahwa pria di depannya memiliki kekayaan cukup untuk membeli seluruh proyek tempat mereka bekerja.Ia menatapnya hanya sebagai manusia.Itu yang membuatnya tak bisa berpaling.Menjelang subuh, Adrian akhirnya bangkit. Ia duduk di meja kecil, menyalakan lampu lagi.Di hadapannya, surat Maya masih terbuka.Ia mengambil buku catatannya, menulis beberapa baris:“Aku bukan takut kehilangan jabatan, tapi takut kehilangan alasan untuk menjadi lebih baik.Dan alasan itu punya nama — Maya.”Tinta pena sedikit meluber karena tangannya gemetar. Ia menatap tulisan itu lama, lalu menutup bukunya perlahan.Ia tahu, pagi akan segera datang.Dan begitu matahari muncul, ia harus kembali memakai topengnya: menjadi Ardi, staf proyek yang tenang dan sederhana.Tapi malam ini, di tengah ke

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 57 – Suara Hati di Malam Sepi

    Malam turun perlahan, seperti tirai hitam yang menutup panggung dunia. Di luar, suara jangkrik bersahutan dengan desir angin yang menembus sela jendela. Lampu di kamar kecil itu redup, hanya menyisakan bayangan samar di dinding — bayangan seorang pria yang duduk diam dengan wajah menunduk.Adrian Tanaka — atau Ardi, sebagaimana semua orang di proyek mengenalnya — memegang selembar kertas lusuh di tangannya. Surat itu, yang kini mulai sedikit kusut di ujungnya, masih membawa aroma samar dari tinta dan tangan yang menulisnya.Ia sudah membacanya entah berapa kali, tapi setiap kali matanya menelusuri huruf-huruf itu, ada sesuatu di dadanya yang bergerak. Bukan hanya rasa senang, tapi juga takut. Takut pada kenyataan bahwa seseorang berhasil menembus lapisan peran yang ia bangun begitu rapat.Ia menarik napas panjang, lalu berbisik pelan, seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri,“Maya… apa yang sebenarnya kau lakukan padaku?”Di luar jendela, hujan tipis mulai turun lagi.Adrian mena

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 56 – Surat Terima Kasih

    Ia tak butuh menebak. Ia tahu.Tulisan itu hanya bisa berasal dari satu orang.Perlahan, bibirnya melengkung dalam senyum yang tak bisa ia tahan.Bukan senyum kebanggaan, bukan juga kepuasan — tapi senyum lembut yang lahir dari perasaan yang terlalu jujur untuk disembunyikan.Ia meraih dompet dari saku celana, membuka bagian dalamnya yang jarang disentuh.Di sana hanya ada dua hal: foto lama dirinya bersama ayahnya… dan kini, surat kecil itu.Ia melipatnya sekali lagi, menaruhnya di balik foto, lalu menutup dompet itu dengan hati-hati, seolah sedang menyimpan benda paling berharga di dunia.Malam semakin larut.Ardi menatap jendela yang berkabut, pantulan lampu kota menari di matanya.Ia menarik napas panjang, kemudian tertawa kecil tanpa suara.Lucu, pikirnya. Dulu aku menulis laporan ratusan lembar untuk perusahaan yang kumiliki, tapi tak satu pun membuatku merasa segelisah membaca satu kertas sederhana ini.Ia kembali membuka buku catatannya — halaman yang kini sudah hampir penuh.

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 55 – Dunia yang Jauh

    Malam tiba. Hujan berhenti, tapi angin masih membawa aroma tanah basah.Di ruang administrasi, Maya menatap laporan yang baru saja selesai.Risa sudah pulang lebih dulu. Hanya lampu meja kecil yang menerangi ruangan.Tiba-tiba pintu terbuka. Ardi muncul, membawa dua bungkus roti dan dua gelas kopi instan.“Masih di sini?”Maya tersenyum lelah. “Belum selesai. Saya harus pastikan semua data besok pagi bisa dipakai tim logistik.”Ardi meletakkan roti di mejanya. “Kamu lupa makan.”Maya tertawa kecil. “Kamu juga belum pulang.”“Berarti kita sama-sama lupa.”Mereka duduk berhadapan, makan dalam diam.Suasana aneh tapi nyaman mengalun di antara bunyi detik jam.“Terima kasih, Pak Ardi,” ucap Maya tiba-tiba.“Untuk apa?”“Untuk tadi. Kalau bukan karena Anda, mungkin saya udah dimarahi seharian.”Ardi menatapnya dengan senyum lembut. “Kamu gak perlu terima kasih. Kamu sudah kerja keras. Orang kayak kamu yang bikin dunia kerja ini masih pantas dipercaya.”Maya terdiam, menatap wajahnya dalam

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 54 – Pembelaan di Tengah Krisis

    Hujan deras turun sejak pagi, mengguyur atap proyek yang belum sepenuhnya tertutup seng. Air mengalir deras di sela-sela papan kayu, membuat sebagian area kerja terendam lumpur.Dari ruang kontrol, Maya menatap layar monitor yang menampilkan grafik pasokan material — sebagian besar indikatornya merah.Pasir tertahan di pelabuhan karena cuaca buruk. Semen belum dikirim karena kendaraan suplai tertahan di jalan utama.Dan deadline proyek tinggal dua minggu lagi.Ia menekan pelipisnya. “Kenapa semua harus macet bersamaan?” gumamnya lirih.Risa yang duduk di sebelahnya menjawab dengan suara lelah, “Mungkin karena dunia juga tahu kita butuh ujian tambahan.”Maya nyaris tertawa, tapi yang keluar hanya napas berat.Pintu ruangan mendadak terbuka keras.Pak Darto masuk dengan wajah menegang dan jas hujan masih meneteskan air.“Semua kumpul di ruang rapat sekarang!” suaranya menggema, tak memberi ruang untuk pertanyaan.Ruang rapat dipenuhi wajah tegang. Beberapa staf masih mengenakan helm pro

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status