Share

Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin
Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin
Author: Kael_99

Bab 1

Author: Kael_99
Ding dong ....

Mendengar bel pintu berbunyi, Bradford buru-buru mengusap tangannya pada celemek, lalu bergegas keluar dari dapur. Dia membuka pintu sambil tersenyum dan berkata, "Elaine, kenapa hari ini pulang lebih cepat ...."

Belum sempat Bradford menyelesaikan kalimatnya, suaranya mendadak terhenti. Sebab, orang yang berdiri di depan pintu bukanlah istrinya yang cantik, Elaine, melainkan sekretaris Elaine yang bernama Tasya.

"Tasya, kenapa kamu datang?" Bradford segera mempersilakan Tasya masuk ke rumah.

"Pak Bradford, hari ini saya mewakili Bu Elaine datang untuk membicarakan sesuatu dengan Anda." Tasya melirik sekilas ke arah Bradford dengan ekspresi sangat dingin. Dia langsung berjalan menuju sofa dan duduk, lalu mengeluarkan dua lembar dokumen dari tas kerjanya.

Bradford ikut mendekat dan menunduk, lalu seketika ekspresinya berubah. Sebab, yang diserahkan Tasya adalah selembar perjanjian perceraian!

Tertulis jelas nama dari kedua pihak: Bradford dan Elaine!

"Tasya, apa maksudnya ini?" tanya Bradford dengan suara berat.

"Pak Bradford, kita sama-sama orang dewasa. Anda pasti paham maksudnya. Bu Elaine sudah menandatangani dokumen ini. Dia memberi kuasa kepada saya untuk menyampaikan pada Anda. Di bagian syarat kompensasi masih kosong. Anda boleh mengisinya sesuka hati. Asalkan Anda menandatangani dan menyetujui perceraian, itu sudah cukup."

Tasya menyampaikan semuanya dengan nada datar, sambil mengeluarkan sebuah pena dan mendorongnya ke depan Bradford.

Bradford melihat tanda tangan di lembaran itu, memang benar tulisan tangan Elaine. Sedangkan kolom angka untuk kompensasi benar-benar masih kosong.

Perasaan di hati Bradford bercampur aduk. Dia kemudian mengejek dengan sinis, "Kalau kutulis 20 triliun, dia bakal setuju nggak ya?"

"Pak Bradford, tolong gunakan akal sehat dan punya sedikit kesadaran diri!" Tasya melirik sinis ke arahnya, lalu berkata dengan tanpa segan-segan, "Bu Elaine cuma mau menghargai tiga tahun pernikahan ini, makanya dia rela memberikan kompensasi yang sangat baik. Harap Anda bisa menulis angka yang lebih masuk akal."

Bradford menegaskan dengan suara berat, "Bilang sama Elaine, aku nggak mau kompensasi. Aku nggak setuju bercerai."

Mereka sudah menikah tiga tahun dan ikatan perasaan di antara mereka sangat mendalam. Walaupun setahun terakhir Elaine semakin sibuk karena bisnis Alliance Group yang berkembang pesat, waktu pulang ke rumah dan bersama dengannya pun semakin sedikit.

Namun, Bradford tidak merasa kalau hubungan mereka punya masalah yang tidak bisa didamaikan, apalagi harus diselesaikan dengan perceraian.

Terlebih lagi, pernikahan ini adalah urusan antara dirinya dan Elaine. Kalau Elaine sendiri tidak mau muncul dan hanya seenaknya mengutus seorang sekretaris untuk bicara, mana mungkin dia mau menyetujuinya?

Soal kompensasi yang katanya boleh diisi sesuka hati ... Bradford tentu percaya Elaine mampu membayarnya.

Bagaimanapun, sebagai wanita yang dalam dua tahun terakhir menjadi presdir nomor satu di Kota Herburt, Elaine sudah memiliki kekayaan bernilai ratusan miliar. Selama angka yang diisi Bradford tidak berlebihan, nominal miliaran atau bahkan puluhan miliar pun pasti bukan masalah.

Akan tetapi, Bradford tidak peduli soal uang. Kalau memang dia peduli, tentu selama tiga tahun ini dia tidak akan mengurus rumah tangga dengan rapi dan menjadi pria di balik kesuksesan Elaine. Yang dia hargai hanyalah hubungan ini.

"Pak Bradford, sampai sekarang Anda masih nggak mengerti situasi?"

Melihat Bradford tidak terpengaruh sedikit pun, Tasya mendadak berdiri dan mendengus marah, lalu berkata lantang, "Bu Elaine sekarang adalah pengusaha terkenal di Kota Herburt. Alliance Group yang berada di bawah kepemimpinannya sudah jadi perusahaan papan atas baru di kota ini."

"Sedangkan Anda ... cuma pria rumah tangga yang nggak berguna, sama sekali nggak pantas untuknya. Bu Elaine masih menghargai masa lalu, makanya dia memberi Anda syarat kompensasi sebaik itu. Itu sudah seperti keberuntungan besar untuk Anda. Jangan nggak tahu diri!"

"Aku nggak pantas untuknya?" Ekspresi Bradford tampak aneh, dia balik bertanya, "Tasya, kamu tentu tahu bagaimana kondisi Elaine tiga tahun lalu saat pertama kali bertemu denganku."

"Waktu itu, Alliance Group bahkan sudah nyaris bangkrut dan benar-benar di ujung tanduk! Siapa yang menemaninya melewati masa itu? Siapa yang selalu diam-diam mendukungnya dari belakang?"

Tasya terdiam sejenak, lalu berkata, "Pak Bradford, sekarang sudah berbeda dengan dulu. Tolong hadapi kenyataan. Aku datang ke sini baik-baik cuma karena dulu kamu memang pernah membantu Bu Elaine."

"Kalau bukan karena itu, dengan kemampuan Bu Elaine, dia nggak perlu repot menandatangani perjanjian ini. Satu gugatan saja cukup untuk membuatmu keluar dari rumah tanpa sepeser pun."

Bradford menarik napas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Elaine.

"Bu Elaine sedang sangat sibuk, jangan telepon dia!" Melihat gerakannya, Tasya berusaha menghentikan Bradford.

Namun pada saat itu, Elaine sudah menjawab telepon. Hanya dengan sebuah tatapan tajam, Bradford berhasil mendesak Tasya untuk mundur.

Tasya sendiri tidak mengerti mengapa Bradford yang biasanya pendiam, bisa menunjukkan tatapan setajam itu. Jantungnya berdetak kencang karena ketakutan. Bradford menarik kembali pandangannya, lalu berkata ke ponsel, "Elaine, Tasya barusan datang ke rumah. Kamu tahu soal ini?"

Di kantor Ketua Dewan Alliance Group.

Elaine mengenakan setelan kerja yang rapi. Dengan rambut tergerai dan paras yang menawan, dia berdiri di depan jendela besar. Tangan halusnya memegang ponsel sambil menatap gedung-gedung pencakar langit di seberang, lalu berkata dengan perlahan, "Bradford, kita cerai saja."

Mendengar Elaine mengucapkan kata-kata itu sendiri, hati Bradford seketika terasa dingin.

"Kenapa? Paling nggak, berikan aku satu alasan, 'kan?"

Bibir Elaine sedikit terbuka, lalu berkata perlahan, "Nggak ada hal yang kekal di dunia ini."

"Selama setahun ini, waktu aku pulang kerja, frekuensi kita ngobrol semakin sedikit. Sikapku sama kamu juga makin dingin. Alasan utamanya adalah karena kesenjangan kelas di antara kita sudah semakin besar."

"Kamu cuma tahunya makan enak dan bersenang-senang, nggak pernah punya ambisi sedikit pun untuk maju. Obrolan kita juga sudah semakin nggak nyambung."

"Sekarang karierku sedang naik, aku nggak ingin kamu terus jadi beban yang menahanku untuk berkembang. Dan aku sendiri juga ingin cari seorang pasangan yang bisa mengobrol dan berdiri sejajar denganku selama sisa hidup ini."

Setelah mengatakan semua ini, Elaine menghela napas panjang. Kata-kata ini sebenarnya sudah lama ingin dia ucapkan. Setelah mengungkapkan semuanya sekarang, dia langsung merasa lega dan suaranya menjadi lebih tenang.

"Jadi, kita cerai saja."

Bradford mengepalkan tinjunya, dia masih bisa merelakan semua ini. "Tiga tahun lalu, waktu mobilmu terjun dari tebing, akulah yang menyelamatkanmu. Waktu menikah, kamu pernah bilang aku adalah takdirmu, kamu akan mencintaiku seumur hidup, dan akan setia bersamaku ...."

....

"Apa kamu sudah lupa semua itu?"

Elaine menutup mata dengan sedikit rasa bersalah, lalu menggertakkan giginya dan berkata, "Aku sudah bilang! Nggak ada hal yang abadi di dunia ini! Cerai saja. Tulis angka berapa pun yang kamu mau di perjanjian itu. Aku bisa memberimu uang dalam jumlah besar."

"Cukup untukmu menikah lagi dan hidup tanpa kekurangan di sisa hidupmu. Itu balasan dan kompensasi dariku untukmu."

"Mungkin uang berarti segalanya bagimu, tapi bagiku, uang itu nggak ada nilainya." Bradford tertawa sinis, lalu bertanya, "Aku cuma tanya satu hal terakhir. Apa alasanmu mau bercerai ini ada hubungannya sama Gunther?"

Elaine terdiam sejenak, lalu menjawab, "Ada."

"Oke, aku mengerti. Kalau begitu, semoga kamu bahagia." Wajah Bradford menjadi sangat muram saat menutup telepon. Dia melepas celemek yang dikenakan, lalu melemparkannya ke lantai.

Entah mengapa, Tasya merasa Bradford tampak begitu menakutkan saat itu. Bradford menoleh sekilas padanya, lalu berjalan mendekat. Tasya merasa ketakutan hingga mundur beberapa langkah.

Namun, Bradford tidak berbuat apa-apa padanya. Dia hanya mengambil pena, lalu menorehkan namanya di atas perjanjian perceraian, kemudian melemparkan pena itu kembali ke meja.

"Pak Bradford, Anda belum menulis angka di bagian kompensasi," Tasya mengingatkan.

"Aku nggak butuh." Bradford menjawab singkat, lalu berbalik masuk ke kamar.

Tak lama kemudian, dia telah mengganti baju rumahnya dan keluar dengan pakaian santai. "Ini kunci rumah, aku taruh di sini. Tolong serahkan sama Elaine nanti." Dia meletakkan seikat kunci di atas rak sepatu dan mengenakan sepatunya, lalu hanya membawa sebuah tas punggung sebelum membuka pintu dan pergi.

Tasya menatap melalui jendela, melihat Bradford turun dan meninggalkan kompleks perumahan. Dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon Elaine untuk melaporkan. "Bu Elaine, Pak Bradford sudah tanda tangan. Dia meninggalkan kunci rumah, lalu pergi."

Mendengar bahwa Bradford sudah menandatanganinya, Elaine menghela napas panjang dan bertanya, "Lalu, berapa uang yang dia tulis di bagian kompensasi?"

"Dia nggak tulis," jawab Tasya.

"Nggak tulis?" Elaine terkejut.

"Ya, dia bilang dia nggak perlu. Bu Elaine, selamat ya, akhirnya Anda berhasil bercerai sesuai harapan. Yang lebih penting lagi, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Pak Bradford memilih pergi dengan tangan kosong." Tasya tersenyum senang sambil memberi ucapan selamat.

Namun mendengar kabar itu, Elaine malah sama sekali tidak merasa gembira. Sebaliknya, muncul perasaan bersalah yang sulit diungkapkan.

Elaine menarik napas panjang, lalu berkata, "Sudahlah, jangan bahas soal ini dulu. Cepat kembali, tadi ada kabar dari Galaxy Group. Mereka sudah memasukkan kita ke dalam daftar calon mitra. Sore nanti ada pertemuan tatap muka, kamu ikut aku hadir!"

"Benarkah? Bagus sekali! Kalau kita berhasil jadi mitra baru Galaxy Group, skala perusahaan kita pasti bisa berkembang pesat!" Tasya kaget bercampur gembira. Dia segera menutup telepon, lalu bersiap-siap menuju kantor pusat Alliance Group.

Sementara itu, Bradford yang baru saja meninggalkan kompleks tempat tinggalnya selama tiga tahun, ponselnya berdering. Dia mengerutkan kening sambil mengeluarkan ponsel.

Setelah melihat nama penelepon, dia lalu menjawab dengan nada penuh wibawa, "Aku lagi nggak mood sekarang. Kalau nggak ada urusan penting, jangan ganggu aku."

"Maaf, Pak Clayden, salah satu teman saya mendadak terserang penyakit parah, nggak ada seorang pun yang bisa menolong. Karena itu, saya terpaksa menelepon Anda, saya benar-benar nggak tahu Anda sedang dalam suasana hati buruk hari ini ...." Suara di seberang terdengar begitu rendah hati dan ketakutan.

Mendengar bahwa masalah ini menyangkut nyawa seseorang, Bradford menekan perasaan kesalnya dan bertanya, "Orangnya siapa, ada di mana?"

"Dia ada di Kota Herburt, dia adalah Ketua Dewan Galaxy Group, Keenan."

Bradford mengesampingkan pikiran tentang perceraian yang membuatnya kesal, lalu berkata perlahan, "Aku bisa menolongnya, tapi kamu seharusnya tahu aturanku."

"Mengerti, mengerti!"

Orang di seberang telepon itu menghela napas panjang dan berkata dengan nada penuh hormat, "Tuan Clayden sang Penyelamat, menolong nyawa tanpa memungut biaya, utang budi dibalas dengan jasa."

"Pak Clayden tenang saja. Keenan ini peringkat tiga teratas orang terkaya di Kota Herburt. Kalau Anda menolongnya, Anda akan menjadi penyelamat yang tak terlupakan baginya. Kalau kelak Pak Clayden butuh bantuan, dia pasti akan berusaha keras membantu Anda."

"Kalau dia lupa budi dan nggak tahu berterima kasih, aku bisa membuatnya bangkrut dalam waktu sehari!"

"Oke, karena ada jaminan dari Pak Marva selaku Ketua Kamar Dagang Hardara, aku akan menolongnya. Nanti aku kirimkan alamat, kamu suruh seseorang untuk jemput aku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 100

    Sherine tertawa keras, pura-pura berlapang dada sambil melambaikan tangan. Kalau dulu, dia memang tak akan merasa sayang hanya karena sebuah mobil. Namun sekarang, setelah baru saja ditipu lebih dari 100 miliar, dia menjadi agak cemas soal keuangan.Meskipun mobil ini bisa diperbaiki lewat klaim asuransi, tetap saja hanya akan menjadi mobil bekas reparasi. Tentu sudah tak layak dipakai lagi.Bradford melihat ekspresi Sherine yang tampak tenang di luar tetapi sebenarnya perih di dalam hati. Dia tidak banyak berbicara, hanya berpamitan dan keluar. Dalam hati, dia sudah berencana, setelah urusan perceraian selesai dan keadaan agak longgar, dia akan membeli mobil baru untuk Sherine.Hari ini dia dan Elaine sudah janjian untuk bertemu di pengadilan negeri yang letaknya tak jauh dari Vila Golden Bay. Jalan kaki kurang dari setengah jam sudah sampai. Bradford lebih dulu tiba, sementara Elaine belum kelihatan. Dia pun sabar menunggu.Sampai jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi, Elaine baru mu

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 99

    Dalam sekejap, waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Saat ini, Elaine masih berada di kantor polisi bersama Jauhar dan Ferona. Mereka bertiga tidak tidur semalaman. Mata mereka pun merah karena cemas.Mereka sudah mencoba berbagai cara, menggerakkan semua koneksi, mencari semalaman, tetap saja belum menemukan jejak Ellie.Dengan bibir pecah-pecah dan hati penuh kekhawatiran, Elaine berkata, "Paman, satu malam sudah lewat, apa yang harus kita lakukan? Jangan-jangan Ellie dalam bahaya ...."Jauhar menenangkan dengan suara rendah, "Jangan panik, jangan pikir yang aneh-aneh. Orang-orang yang menculik Ellie pasti punya tujuan, mungkin sebentar lagi akan telepon kamu dan minta tebusan. Sekarang aku sudah pasang penyadap dan pelacak ke ponselmu dan ibumu. Selama ada yang menelepon kalian, aku pasti bisa lacak lokasi mereka!"Saat berikutnya, ponsel Ferona berdering.Melihat layar, Ferona langsung berseru dengan kaget, "Nomor nggak dikenal!"Jauhar dan Elaine seketika waspada. Jauhar berkat

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 98

    Tas dan ponsel Ellie sudah tidak ada, sepertinya sudah dibuang oleh anak buah Aaron tadi. Bradford mengeluarkan ponselnya sendiri dan merasa heran. Sudah selama ini, tetapi tidak ada seorang pun yang meneleponnya."Sepertinya Elaine dan yang lain belum tahu kalau Ellie diculik. Kalau mereka tahu, pasti sudah menghubungiku."Memikirkan itu, Bradford pun memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun. Dia menyimpan kembali ponselnya.Sekarang sudah lewat pukul 4 dini hari. Dia berniat menunggu sampai pagi, lalu membiarkan Ellie pulang sendiri, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, supaya keluarganya juga tidak perlu ikut khawatir.Namun, begitu mengingat hal-hal yang dilakukan Ellie padanya saat setengah sadar karena pengaruh obat, Bradford merasa agak canggung. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah gadis itu bangun nanti.Akhirnya, dia menuliskan secarik catatan, meminta Ellie mengurus pengembalian kartu kamar, lalu memakai uang deposit untuk naik taksi pulang setel

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 97

    Resepsionis itu akhirnya tersadar dan buru-buru berkata, "Oh, baik, kartu identitasnya.""Nggak bawa!" bentak Bradford."Nggak bawa ya nggak bawa, ngapain galak begitu?"Resepsionis itu menciutkan lehernya, lalu mengeluarkan satu kartu kamar. Dengan kesal, dia memberi Bradford kamar paling mahal, tema pasangan romantis dengan ranjang bundar besar. "Biaya kamar 1,3 juta, tambah deposit jadi 2 juta."Bradford membayar, mengambil kartu kamar, lalu langsung pergi."Sekilas lihat saja sudah kelihatan kalian bukan orang baik-baik, terburu-buru amat. Euw!" Resepsionis itu mencibir ke arah punggung mereka berdua. Namun, begitu teringat bagaimana Ellie menggigit-gigit tubuh Bradford dengan liar, hatinya malah menjadi gusar.....Brak! Begitu tiba di kamar, Bradford langsung menendang pintu, menancapkan kartu kamar untuk menyalakan listrik, lalu menutup pintu dengan tumit.Lampu merah muda kamar tema pasangan romantis menyala, memenuhi ruangan dengan suasana ambigu. Terutama ranjang bundar besar

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 96

    "Ellie, jangan seperti ini."Bibir merah Ellie tiba-tiba menempel di bibir Bradford. Lidahnya yang lembut menjulur keluar, berusaha membuka paksa bibir Bradford dan menjelajahi mulutnya.Bradford terkejut, buru-buru mendorong Ellie. Jantungnya berdebar kencang. Bagaimanapun, itu adalah adik iparnya. Empat tahun lalu, Ellie masih duduk di kelas tiga SMA. Dia melihat gadis ini tumbuh besar.Di hatinya, dia selalu menganggap Ellie sebagai adik kandung. Karena itu, saat ini perasaan bersalah pun tak terhindarkan."Kak ... aku sangat tersiksa .... Aku sudah nggak tahan lagi." Tatapan Ellie menyala penuh hasrat, tubuh mungilnya terus bergesekan di tubuh Bradford, seakan-akan ingin melebur ke dalam tubuhnya.Pada saat yang sama, jemarinya pun tak terkendali meraba tubuh Bradford, merasakan betapa kekar dan kerasnya otot-otot pria itu. Sentuhan itu membuat pikirannya semakin kabur."Ellie, kamu sekarang di bawah pengaruh obat. Wajar kalau merasa begitu. Bertahanlah, tetap sadar, aku akan menol

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 95

    Setelah berkata begitu, Elaine mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tasya, menyuruhnya mengabari seluruh Alliance Group agar mengerahkan koneksi untuk menemukan keberadaan Ellie. Kemudian, dia segera menuju ruang rapat, menemui Jauhar, dan berdiskusi dengannya.Di pabrik terbengkalai, Aaron, Arden, dan sekelompok bawahan menunggu. Mereka tahu kemampuan bela diri Bradford luar biasa sehingga menyandera Ellie.Selain itu, Aaron punya kekuasaan besar di Kota Herburt, jadi tidak takut Bradford menelepon polisi.Saat ini, Aaron bahkan sudah mendapat kabar bahwa Jauhar sudah mencari keberadaan Ellie. Dia bahkan tahu betul setiap pergerakan Jauhar dan anak buahnya.Crown Group telah lama berdiri di Kota Herburt. Sebagai raksasa bisnis, jaringan dan pengaruhnya begitu kuat sehingga Aaron yakin dia bisa menyingkirkan Bradford malam ini tanpa konsekuensi.Arden adalah seorang playboy. Kecantikan Ellie memang luar biasa dan sangat cocok dengan seleranya. Hanya saja, sebelum kemari, Arden sudah di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status