Share

Bab 2

Author: Kael_99
Di gerbang Kompleks Mayora, Bradford menoleh menatap kawasan itu dengan perasaan campur aduk. Dulu dia sempat mengira akan bisa hidup berdampingan dengan Elaine di sini seumur hidup. Tak pernah terpikir akhirnya harus berakhir dengan perceraian.

Tak lama kemudian, sebuah Bentley hitam berhenti tidak jauh di depannya. Mobil mewah senilai miliaran, ditambah pelat nomor lokal dengan deretan angka 7, langsung menjadi pusat perhatian di sepanjang jalan.

Begitu mobil berhenti, seorang wanita cantik berwajah segar dan bertubuh seksi segera turun. Tingginya lebih dari 170 cm. Dia mengenakan mantel merah, celana jins ketat, dan sepatu hak tinggi hitam yang elegan. Auranya sangat kuat bak seorang ratu.

Hanya saja, wajahnya tampak sedikit gelisah. Begitu turun, dia langsung mengeluarkan ponsel dan menatap sekeliling dengan mata indahnya.

Tring ... tring ....

Ponsel Bradford yang berdiri di depannya berdering.

Wanita itu terkejut, lalu segera menurunkan ponselnya. Dia melangkah cepat ke arah Bradford dan bertanya, "Anda Dokter Clayden?"

Bradford mengangguk. "Ya, aku. Apa hubunganmu sama Pak Keenan?"

"Dokter Clayden, salam kenal. Aku Kimmy, putri Keenan. Panggil saja aku Kimmy!"

Kimmy menunduk hormat di hadapan Bradford. Sebelum datang, dia sudah diingatkan khusus oleh Marva. Menghadapi Clayden, sikapnya harus penuh hormat.

Marva bukan hanya sahabat Keenan, tapi juga Ketua Kamar Dagang Hardara dan salah satu konglomerat top di negeri ini. Jadi, mana berani Kimmy mengabaikan nasihat dari orang seperti itu?

Bradford mengangguk ringan. "Selamatkan nyawa orang lebih penting. Ayo naik mobil."

Meskipun Kimmy adalah wanita cantik yang benar-benar menggoda, bahkan tidak kalah sedikit pun dari Elaine, Bradford tetap tidak merasa goyah sedikit pun ketika menghadapinya.

"Dokter Clayden, silakan."

Kimmy membuka pintu mobil dengan penuh hormat, mempersilakan Bradford naik. Setelah itu, dia berlari ke sisi lain dan duduk di kursi belakang.

Tepat saat itu, Tasya yang mengendarai Mercedes-Benz seri E milik perusahaan, keluar dari gerbang Kompleks Mayora. Tanpa sengaja, matanya bertemu dengan Bradford yang duduk di kursi belakang Bentley.

Tasya tertegun.

'Kenapa Bradford bisa duduk di mobil mewah sekelas Bentley?! Lalu di sampingnya ... ada seorang wanita cantik yang sangat menawan!'

Bradford hanya melirik sekilas ke arah Tasya, lalu menoleh kembali. Mobil Bentley itu pun melaju menjauh dengan anggun.

"Hebat kamu ya, Bradford! Jadi kamu sudah punya wanita di luar, ya? Pasti kamu jadi simpanan orang kaya. Baru saja cerai dari Elaine, sudah nggak sabaran jalan sama perempuan lain!"

Tasya menggertakkan gigi sambil menatap kesal belakang mobil Bentley yang semakin jauh. Dengan hati penuh amarah, dia buru-buru mengendarai mobilnya kembali ke kantor Alliance Group, lalu menceritakan kejadian itu pada Elaine dengan menambah-nambah bumbu.

"Apa? Bradford ada wanita lain? Malah seorang wanita cantik yang mengendarai Bentley?"

Elaine yang sedang merapikan berkas untuk pertemuan sore, langsung mengangkat kepalanya. Wajahnya yang manis berubah menjadi dingin.

"Iya! Aku lihat dengan mata kepala sendiri!" Tasya mengangguk dengan kuat.

"Elaine, untung kamu sudah cerai. Kalau nggak, kamu pasti masih dibohongi. Aku sekarang mengerti kenapa dia menolak menulis angka kompensasi dalam perjanjian perceraian. Rupanya dia sudah jadi simpanan perempuan kaya, jadi sama sekali nggak peduli sama kompensasi dari kamu!"

Mata Elaine memancarkan kilatan dingin.

Awalnya saat mengajukan perceraian dengan Bradford, dia sempat merasa sedikit bersalah. Namun sekarang, dia sadar kalau rasa bersalah itu ternyata sangat konyol.

"Dulu aku mengira, dia cuma nggak punya ambisi. Tapi setidaknya masih jujur dan sederhana ...."

"Nggak nyangka, ternyata selama masih berstatus suami-istri sama dia, dia sudah melakukan hal menjijikkan seperti berselingkuh. Tapi bagus juga kalau begitu, setidaknya aku nggak perlu merasa bersalah lagi cerai sama dia."

Selesai berkata dengan suara dingin, Elaine menoleh pada Tasya. "Sebarkan pemberitahuan. Sepuluh menit lagi adakan rapat pimpinan Alliance Group untuk mempersiapkan pertemuan dengan Galaxy Group sore ini."

Tasya segera mengiakan, lalu beranjak keluar.

Saat kantor hanya tersisa dirinya seorang, Elaine membuka laci meja dan mengeluarkan sebuah foto. Itu adalah foto prewedding dirinya bersama Bradford yang dulu menjadi favoritnya.

Selama dua tahun pertama, foto itu selalu dia pajang di atas meja kerjanya. Namun setahun terakhir, karena berbagai alasan, dia hanya menyimpannya di laci. Meski begitu, di dalam hatinya, selalu masih ada ruang yang dia sisakan untuk Bradford.

Namun sekarang, setelah tahu Bradford ternyata sudah berselingkuh duluan, perasaan itu akhirnya benar-benar kandas.

Elaine menatap foto itu sejenak, lalu membuka bingkai dengan tenang. Dia menarik foto itu keluar dan merobeknya tepat di antara sosok mereka berdua. Kemudian, dia melemparkannya ke tempat sampah bersama bingkainya.

"Mulai sekarang, kita jalani hidup kita masing-masing. Kita nggak saling berutang lagi."

....

Kawasan Vila Hillside, nomor 8.

Di situlah rumah Keenan.

Sebagai pendiri sekaligus Ketua Galaxy Group yang memiliki aset sebesar puluhan triliun, nama Keenan sudah menjadi legenda di Kota Herburt. Dia adalah salah satu dari tiga taipan terkaya di kota besar itu.

Namun kini, sosok yang dulu penuh wibawa itu terbaring di ranjang dengan wajah pucat dan tak sadarkan diri. Tubuhnya tampak lemah seolah nyawanya bisa melayang kapan saja.

Di kamar tidur yang mewah itu, terlihat Keenan yang terbaring lemah. Di sekelilingnya berdiri beberapa dokter. Orang-orang itu tidak lain adalah para profesor medis ternama di Kota Herburt.

Masing-masing dari mereka adalah pakar di rumah sakit kelas atas. Bagi orang awam, bahkan untuk sekadar mendaftar konsultasi dengan mereka saja sudah sangat sulit.

"Profesor Wallace, gimana kondisi Keenan? Apa kalian ada cara untuk menanganinya?"

Seorang wanita paruh baya dengan penampilan anggun dan mewah akhirnya tak kuasa menahan cemas. Pasalnya, para profesor itu sudah memeriksa cukup lama, tetapi tetap belum menemukan jalan keluar.

Wanita itu tak lain adalah Chelsea, istri sah Keenan, sekaligus salah satu sosialita papan atas di Kota Herburt.

Profesor Wallace yang merupakan sosok paling dihormati di antara rombongan dokter itu, adalah seorang pria tua bernama asli Wallace Kartono. Dia menjabat sebagai wakil rektor Universitas Kedokteran Herburt, sekaligus wakil direktur rumah sakit afiliasi pertama universitas tersebut, serta kepala departemen bedah saraf.

Bisa dibilang, dialah pakar paling berotoritas di bidang bedah saraf di Kota Herburt.

Wallace melirik Chelsea sejenak lalu berkata, "Nyonya Chelsea jangan khawatir, kami akan keluar sebentar untuk rapat dan menyusun rencana perawatan. Nggak lama lagi kami akan memberikan jawaban."

Selesai bicara, dia pun membawa tim medisnya keluar dari kamar menuju ruang kerja sebelah untuk berdiskusi.

Chelsea hanya bisa mondar-mandir di kamar dengan hati gusar.

Tak lama kemudian, Kimmy bergegas masuk sambil membawa Bradford. "Bu, aku sudah bawa Dokter Clayden yang direkomendasikan Ketua Marva!"

Kimmy segera memperkenalkan Bradford pada Chelsea, berharap dia bisa memeriksa kondisi Keenan.

Namun, ketika Chelsea melihat Bradford yang masih muda dan sama sekali tidak terlihat seperti seorang dokter sakti, alisnya langsung mengernyit. Dia menghalangi sambil berkata, "Kimmy, kamu yakin anak muda ini benar-benar seorang dokter sakti? Jangan-jangan dia penipu?"

Kimmy menunduk dan berbisik, "Sepertinya nggak, Bu. Dia direkomendasikan sama Pak Marva, masa iya penipu?"

"Marva juga bukan dewa. Dia bisa saja keliru. Kalau ternyata dia ini cuma penipu, lalu membuat kondisi ayahmu tambah parah, gimana dong?"

"Ini ...."

Kimmy sempat ragu sejenak.

Di tengah percakapan ibu dan anak itu, mata Bradford berkilat. Dia menoleh pada Keenan yang terbaring di ranjang, seolah bisa memahami penyakit yang dideritanya hanya dengan sekilas melihatnya.

Bradford berkata, "Kondisi pasien sudah sangat kritis. Kalau nggak segera ditangani, nyawanya akan melayang. Aku datang ke sini hanya demi menghormati Pak Marva. Kalau kalian nggak ingin aku mengobati, aku bisa langsung pergi sekarang."

"Dokter Clayden, jangan marah!"

Kimmy langsung ketakutan dan buru-buru meraih tangan Bradford. Kemudian, dia menoleh pada Chelsea. "Bu, biarkan Dokter Clayden mencoba. Aku percaya dia!"

Chelsea menarik napas panjang, lalu berkata dingin, "Sepertinya kamu bisa langsung tahu penyakit Keenan cuma dengan lihat sekilas? Kalau memang sehebat itu, coba lihat tubuhku. Kalau kamu bisa menyebutkan penyakitku dengan tepat, aku baru percaya kamu memang dokter sakti dan aku akan biarkan kamu mengobatinya."

Telapak tangan Kimmy yang putih mungil, langsung menggenggam erat tangan Bradford. Karena terlalu cemas memikirkan kondisi ayahnya, keringatnya membasahi tangan hingga terasa lengket.

Bradford melihat betapa tulusnya Kimmy mengkhawatirkan sang ayah. Jadi, meski merasa sikap Chelsea tidak sopan, dia tetap berkata dengan tenang, "Kamu sering batuk kering, mulut terasa panas, ada lapisan kuning di lidah, juga kerap terkena sariawan. Itu tandanya ada inflamasi di paru."

"Selain itu, energi ginjalmu juga lemah, ditandai dengan keputihan berlebihan, menstruasi nggak teratur, dan insomnia menahun ...."

Chelsea langsung terperanjat!

Apa yang disebutkan Bradford semuanya tepat. Semua itu memang masalah kesehatan yang telah lama mengganggunya selama bertahun-tahun.

Mungkinkah anak muda ini benar-benar seorang dokter sakti?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
tukang baca
awal yang bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 142

    Bradford sebenarnya tidak pernah belajar trik klasik Negara Serica, tapi bagi seseorang yang telah menguasai 36 Hukum Langit sepertinya, melakukan sedikit keajaiban di depan umum hanyalah perkara kecil.Pembawa acara yang memang profesional dan cukup memahami seni tradisional Negara Serica, segera mengambil mikrofon dan berkata dengan setengah menjelaskan, "Trik klasik Negara Serica memang luar biasa.""Saya pernah membawakan sebuah acara di mana saya bertemu dengan seorang seniman tua yang menampilkan trik-trik ajaib. Semua pertunjukannya sangat memukau."Bradford tersenyum ringan. "Saya tidak akan menampilkan trik sederhana seperti itu. Saya akan menunjukkan sesuatu yang lebih besar, pertunjukan menghilangkan manusia hidup-hidup."Setelah berkata demikian, dia tersenyum santai memandang ke arah penonton. "Entah siapa di antara teman-teman di sini yang bersedia naik ke atas panggung untuk bekerja sama dengan saya?"Kimmy, Dahlia, dan Sherine langsung mengangkat tangan sambil berseru,

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 141

    Matthew menoleh ke arah Bradford sambil menyeringai dingin, lalu mengangkat tangannya dan berteriak, "Enam belas miliar!"Dahlia menggertakkan gigi dan terus menaikkan tawaran beberapa kali. Namun, berapa pun harga yang dia sebutkan, Matthew akan langsung menyainginya tanpa ragu sedikit pun.Dalam sekejap, seluruh aula hanya dipenuhi dengan suara mereka berdua yang saling bersaing menawar. Tak ada satu pun peserta lain yang berani ikut."Hmph, berani melawanku? Apa kamu pikir bisa menang dariku?" kata Matthew dengan nada congkak dan penuh percaya diri. Benda yang dimilikinya paling banyak adalah uang, jadi dia bersikeras harus mendapatkan relik suci ini. Bahkan kalau barang itu tidak dia inginkan, dia tetap akan menyaingi Dahlia yang duduk di samping Bradford sampai akhir hanya karena Bradford telah memukulnya.Tak lama kemudian, harga relik suci itu melonjak hingga 40 miliar.Bradford menoleh kepada Dahlia dan berkata, "Sudahlah, jangan lawan dia lagi. Sepertinya dia menawar Cuma kare

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 140

    Bradford memang suka membuat masalah. Sebelumnya dia sudah memukul William di luar, lalu memukul Velovita, dan sekarang demi membela Sherine, dia kembali menghajar Matthew. Padahal Matthew bukan orang biasa, mana bisa seenaknya memukul orang seperti itu? Sekalipun Elaine sendiri yang turun tangan, dia tetap takkan bisa meredam amarah Matthew.Di barisan pertama, wakil presdir Dragon Group, Johan, juga menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri. Dia menatap serius sambil berkata kepada Franklin di sampingnya, "Mantan kakak iparmu itu benar-benar nekat. Bahkan berani memukul Matthew. Kamu sebaiknya menjauh dari orang seperti itu. Dia hanya akan membawa petaka."Franklin buru-buru mengangguk penuh hormat. "Terima kasih atas peringatannya, Pak Johan. Tenang saja, aku dan Bradford sudah nggak ada hubungan apa pun. Dulu nggak ada dan ke depannya pun nggak akan ada."Sementara itu, seorang pria paruh baya yang duduk di samping Johan juga mengerutkan kening. "Apa yang dipikirkan anak muda

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 139

    Karena Sherine adalah bintang besar yang selalu menarik perhatian ke mana pun dia pergi, pertikaiannya dengan Matthew segera menarik sorotan seluruh ruangan. Banyak orang yang menoleh dan menatap mereka berdua dengan penasaran sambil berbisik-bisik."Pak Matthew, lelangnya sebentar lagi akan dimulai. Kalau Bu Sherine bilang dia sedang kurang sehat dan nggak bisa minum, mungkin sebaiknya jangan dipaksa, ya?" ujar pembawa acara dengan senyum canggung dari panggung.Matthew langsung melotot ke arahnya dan membentak, "Kamu urus saja lelangmu! Jangan ikut campur urusan orang lain!"Sang pembawa acara langsung menutup mulut dan tertawa hambar, tidak berani bicara lagi. Semua orang tahu, Matthew adalah salah satu tokoh besar di Kota Herburt yang tak bisa diganggu gugat. Sedangkan Sherine hanyalah artis tamu dari luar kota. Siapa yang berani berpihak padanya?Tak seorang pun berani bicara membela Sherine. Di mata mereka, ini hanya urusan kecil dan tidak ada alasan untuk menyinggung perasaan or

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 138

    "Terima kasih." Sherine mengangguk sopan.Asisten itu segera melanjutkan, "Bos kami, Pak Matthew, sangat mengagumi Anda, Bu Sherine. Dia ingin mengundang Bu Sherine untuk minum segelas bersama."Sherine mengikuti arah tangan asisten itu dan melihat Matthew dari kejauhan. Pria itu sedang tersenyum lebar sambil melambai ke arahnya dengan gaya yang sangat percaya diri.Melihat kepala botaknya yang berkilat, tubuh pendek gemuknya, dan wajah berminyak yang penuh senyum menjijikkan, Sherine refleks mengerutkan alis. Dia menolak dengan sopan, "Maaf sekali, saya sedang kurang sehat, jadi nggak bisa minum alkohol. Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada Pak Matthew."Ekspresi asisten itu langsung berubah. "Bu Sherine, Pak Matthew itu ketua dari Grup Merly, salah satu dari sepuluh konglomerat terbesar di Kota Herburt. Menolak undangan seperti ini ... bukankah terlalu nggak sopan terhadap beliau?""Grup Merly?"Ekspresi Sherine sedikit berubah. Tentu saja dia tahu grup itu ... salah satu per

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 137

    Sherine, Kimmy, dan Dahlia sama-sama menyadari bahwa pandangan Bradford tiba-tiba terhenti pada satu arah. Mereka pun ikut menoleh ke sana.Sherine dan Kimmy saling bertukar senyum ringan ke arah Elaine.Dahlia yang tidak mengenal Elaine tampak penasaran. "Kalian kenal sama wanita itu?" tanyanya pelan.Sherine tersenyum manis, tapi nada suaranya terdengar sedikit menggoda. "Wanita itu namanya Elaine, Presdir dari Alliance Group. Tapi yang paling penting bukan itu, dia adalah mantan istri Bradford."Sherine kemudian menambahkan dengan ekspresi santai, "Ya, Elaine juga tahu tentang aku yang tinggal serumah dengan Bradford."Bradford menghela napas, tidak tahu harus tertawa atau kesal. "Kamu ini sengaja banget ya bikin orang salah paham?"Sherine menatapnya sambil tersenyum licik. "Apa salahnya? Daripada orang lain salah sangka, lebih baik aku jujur terang-terangan saja."Setelah berkata demikian, dia melirik jam tangannya dan berkata cepat, "Ah, acara sebentar lagi mulai. Aku harus ke be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status