Share

Bab 8

Author: Kael_99
Nama asli Master Higa adalah Higa Rayana. Sebenarnya, dia memang adalah seorang pendeta yang punya sedikit kemampuan. Hanya saja, alih-alih tekun berlatih dan mendalami ilmu, dia lebih gemar berkeliling ke kota-kota besar dan menawarkan jasa fengsui pada para konglomerat demi meraup keuntungan.

Ucapan barusan tentang "Dewa Dapur" jelas hanya omong kosong yang dia karang di tempat, agar nanti bisa menagih bayaran besar dari Robby.

Kenyataannya, dapur ini memang dipenuhi aura negatif jahat yang mengerikan. Rasa sakit di leher para pekerja dapur sebagian besar juga disebabkan oleh aura negatif jahat itu.

Saat Higa membakar jimat dan memainkan pedang kayu, memang benar dia menyingkirkan sebagian besar aura negatif tersebut. Karena itu, dia merasa masalahnya sudah selesai.

Namun tanpa diketahuinya, semua perbuatannya dan bahkan apa yang ada di pikirannya, sudah terbaca jelas oleh Bradford yang berdiri di samping.

Andai Higa hanyalah pendeta setengah matang yang datang sekadar untuk mengeruk uang lalu pergi, Bradford mungkin takkan mengungkapkan kelemahannya. Sekalipun diungkap, dia tidak akan turun tangan menghukumnya.

Namun masalah utamanya, aura negatif yang muncul di dapur ini justru bersumber dari tata letak fengsui yang dirancang Higa dua tahun lalu saat dia menata Restoran Hardara. Hal itu meninggalkan celah besar yang kini menjadi bencana.

Dengan kata lain, rasa sakit di leher para pekerja dapur ... semua itu akibat ulah Higa sendiri!

Melihat Higa masih berlagak seolah masalah sudah selesai dan siap menagih upah besar, mana mungkin Bradford membiarkannya begitu saja?

Bradford meraih sisa aura negatif jahat yang masih melayang di udara dan menggenggamnya, lalu menghantamkannya ke tubuh Higa. Dia membuat Higa merasakan sendiri penderitaan para pekerja yang seakan-akan lehernya ditebas dengan kapak tajam!

Higa tidak pernah membayangkan Bradford punya kemampuan seperti itu. Di tengah rasa sakit yang luar biasa, dia merasa panik dan segera berlutut memohon Bradford melepaskannya. Aura negatif yang dipaksa masuk ke tubuhnya jauh lebih pekat. Jika pekerja lain hanya merasakan sakit di level satu, maka Higa kini menanggung level sembilan!

Walau dirinya seorang praktisi ilmu fengsui, Higa tetap tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa itu.

Melihatnya tergeletak di lantai dan berguling kesakitan hingga hampir pingsan, Bradford menilai bahwa hukuman itu sudah cukup. Dia lalu mengangkat tangannya dan menarik keluar aura negatif jahat dari tubuh Higa.

Ajaibnya, begitu Bradford mengibaskan tangannya, rasa sakit yang dialami Higa langsung hilang. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat dan tergeletak di lantai dengan napas tersengal-sengal. Penampilannya sama sekali tidak terlihat seperti pertapa yang berwibawa lagi.

Robby, Husein, dan yang lain melihat adegan itu dengan mata kepala sendiri. Tanpa sadar, sorot mata mereka terhadap Bradford seolah-olah sedang menatap sosok dewa yang turun ke dunia!

Di mata mereka, Higa sebelumnya sudah dianggap layaknya setengah dewa. Namun kini, dia dibuat tak berdaya oleh Bradford dalam sekejap. Siapa yang sebenarnya pantas disebut "dewa", jawabannya sudah jelas sekali.

"Clayden, menurutmu, di mana letak masalah dapur ini? Dan bagaimana seharusnya diselesaikan?" Robby melangkah ke depan dan bertanya dengan tulus pada Bradford.

Saat ini hatinya dipenuhi kegembiraan, sekaligus rasa syukur atas keputusannya yang terlebih dulu menunjukkan niat bersahabat dengan Bradford. Dia sadar, jika tadi dia baru memberikan kartu anggota royal setelah melihat kemampuan Bradford, kesannya pasti akan sangat berbeda.

Husein dan yang lain juga merasa sangat kagum pada Robby. Mereka berpikir dalam hati, 'Kakek Hardara memang hebat sesuai reputasinya. Kemampuannya menilai orang ini benar-benar tidak ada tandingannya.'

Bradford menjawab tenang, "Masalahnya bermula dari Master Higa ini. Waktu menata fengsui Restoran Hardara dua tahun lalu, dia membuat kesalahan kecil dan meninggalkan celah yang menjadikan dapur ini sebagai tempat berkumpulnya aura negatif jahat."

"Setiap kali ada penyembelihan, kalau yang dibunuh adalah makhluk dengan tingkat spiritualitas tertentu, maka bisa timbul 'sisa kesadaran' yang akhirnya memengaruhi orang-orang yang bekerja lama di dapur."

Bradford terdiam sejenak, lalu menoleh pada salah satu koki dan bertanya, "Orang pertama di antara kalian yang pertama kali mulai sakit leher ... apakah dia membunuh seekor labi-labi?"

Mata koki itu langsung membelalak dan dia buru-buru mengangguk. "Betul, aku ingat jelas. Beberapa hari lalu, kami memang membunuh seekor labi-labi yang sangat besar di dapur. Waktu itu semua orang bahkan sempat bercanda, bilang hewan itu hampir saja jadi siluman."

Bradford kembali bertanya, "Bagaimana cara kalian membunuhnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 100

    Sherine tertawa keras, pura-pura berlapang dada sambil melambaikan tangan. Kalau dulu, dia memang tak akan merasa sayang hanya karena sebuah mobil. Namun sekarang, setelah baru saja ditipu lebih dari 100 miliar, dia menjadi agak cemas soal keuangan.Meskipun mobil ini bisa diperbaiki lewat klaim asuransi, tetap saja hanya akan menjadi mobil bekas reparasi. Tentu sudah tak layak dipakai lagi.Bradford melihat ekspresi Sherine yang tampak tenang di luar tetapi sebenarnya perih di dalam hati. Dia tidak banyak berbicara, hanya berpamitan dan keluar. Dalam hati, dia sudah berencana, setelah urusan perceraian selesai dan keadaan agak longgar, dia akan membeli mobil baru untuk Sherine.Hari ini dia dan Elaine sudah janjian untuk bertemu di pengadilan negeri yang letaknya tak jauh dari Vila Golden Bay. Jalan kaki kurang dari setengah jam sudah sampai. Bradford lebih dulu tiba, sementara Elaine belum kelihatan. Dia pun sabar menunggu.Sampai jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi, Elaine baru mu

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 99

    Dalam sekejap, waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi. Saat ini, Elaine masih berada di kantor polisi bersama Jauhar dan Ferona. Mereka bertiga tidak tidur semalaman. Mata mereka pun merah karena cemas.Mereka sudah mencoba berbagai cara, menggerakkan semua koneksi, mencari semalaman, tetap saja belum menemukan jejak Ellie.Dengan bibir pecah-pecah dan hati penuh kekhawatiran, Elaine berkata, "Paman, satu malam sudah lewat, apa yang harus kita lakukan? Jangan-jangan Ellie dalam bahaya ...."Jauhar menenangkan dengan suara rendah, "Jangan panik, jangan pikir yang aneh-aneh. Orang-orang yang menculik Ellie pasti punya tujuan, mungkin sebentar lagi akan telepon kamu dan minta tebusan. Sekarang aku sudah pasang penyadap dan pelacak ke ponselmu dan ibumu. Selama ada yang menelepon kalian, aku pasti bisa lacak lokasi mereka!"Saat berikutnya, ponsel Ferona berdering.Melihat layar, Ferona langsung berseru dengan kaget, "Nomor nggak dikenal!"Jauhar dan Elaine seketika waspada. Jauhar berkat

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 98

    Tas dan ponsel Ellie sudah tidak ada, sepertinya sudah dibuang oleh anak buah Aaron tadi. Bradford mengeluarkan ponselnya sendiri dan merasa heran. Sudah selama ini, tetapi tidak ada seorang pun yang meneleponnya."Sepertinya Elaine dan yang lain belum tahu kalau Ellie diculik. Kalau mereka tahu, pasti sudah menghubungiku."Memikirkan itu, Bradford pun memutuskan untuk tidak memberi tahu siapa pun. Dia menyimpan kembali ponselnya.Sekarang sudah lewat pukul 4 dini hari. Dia berniat menunggu sampai pagi, lalu membiarkan Ellie pulang sendiri, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, supaya keluarganya juga tidak perlu ikut khawatir.Namun, begitu mengingat hal-hal yang dilakukan Ellie padanya saat setengah sadar karena pengaruh obat, Bradford merasa agak canggung. Dia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap setelah gadis itu bangun nanti.Akhirnya, dia menuliskan secarik catatan, meminta Ellie mengurus pengembalian kartu kamar, lalu memakai uang deposit untuk naik taksi pulang setel

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 97

    Resepsionis itu akhirnya tersadar dan buru-buru berkata, "Oh, baik, kartu identitasnya.""Nggak bawa!" bentak Bradford."Nggak bawa ya nggak bawa, ngapain galak begitu?"Resepsionis itu menciutkan lehernya, lalu mengeluarkan satu kartu kamar. Dengan kesal, dia memberi Bradford kamar paling mahal, tema pasangan romantis dengan ranjang bundar besar. "Biaya kamar 1,3 juta, tambah deposit jadi 2 juta."Bradford membayar, mengambil kartu kamar, lalu langsung pergi."Sekilas lihat saja sudah kelihatan kalian bukan orang baik-baik, terburu-buru amat. Euw!" Resepsionis itu mencibir ke arah punggung mereka berdua. Namun, begitu teringat bagaimana Ellie menggigit-gigit tubuh Bradford dengan liar, hatinya malah menjadi gusar.....Brak! Begitu tiba di kamar, Bradford langsung menendang pintu, menancapkan kartu kamar untuk menyalakan listrik, lalu menutup pintu dengan tumit.Lampu merah muda kamar tema pasangan romantis menyala, memenuhi ruangan dengan suasana ambigu. Terutama ranjang bundar besar

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 96

    "Ellie, jangan seperti ini."Bibir merah Ellie tiba-tiba menempel di bibir Bradford. Lidahnya yang lembut menjulur keluar, berusaha membuka paksa bibir Bradford dan menjelajahi mulutnya.Bradford terkejut, buru-buru mendorong Ellie. Jantungnya berdebar kencang. Bagaimanapun, itu adalah adik iparnya. Empat tahun lalu, Ellie masih duduk di kelas tiga SMA. Dia melihat gadis ini tumbuh besar.Di hatinya, dia selalu menganggap Ellie sebagai adik kandung. Karena itu, saat ini perasaan bersalah pun tak terhindarkan."Kak ... aku sangat tersiksa .... Aku sudah nggak tahan lagi." Tatapan Ellie menyala penuh hasrat, tubuh mungilnya terus bergesekan di tubuh Bradford, seakan-akan ingin melebur ke dalam tubuhnya.Pada saat yang sama, jemarinya pun tak terkendali meraba tubuh Bradford, merasakan betapa kekar dan kerasnya otot-otot pria itu. Sentuhan itu membuat pikirannya semakin kabur."Ellie, kamu sekarang di bawah pengaruh obat. Wajar kalau merasa begitu. Bertahanlah, tetap sadar, aku akan menol

  • Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin   Bab 95

    Setelah berkata begitu, Elaine mengeluarkan ponselnya dan menelepon Tasya, menyuruhnya mengabari seluruh Alliance Group agar mengerahkan koneksi untuk menemukan keberadaan Ellie. Kemudian, dia segera menuju ruang rapat, menemui Jauhar, dan berdiskusi dengannya.Di pabrik terbengkalai, Aaron, Arden, dan sekelompok bawahan menunggu. Mereka tahu kemampuan bela diri Bradford luar biasa sehingga menyandera Ellie.Selain itu, Aaron punya kekuasaan besar di Kota Herburt, jadi tidak takut Bradford menelepon polisi.Saat ini, Aaron bahkan sudah mendapat kabar bahwa Jauhar sudah mencari keberadaan Ellie. Dia bahkan tahu betul setiap pergerakan Jauhar dan anak buahnya.Crown Group telah lama berdiri di Kota Herburt. Sebagai raksasa bisnis, jaringan dan pengaruhnya begitu kuat sehingga Aaron yakin dia bisa menyingkirkan Bradford malam ini tanpa konsekuensi.Arden adalah seorang playboy. Kecantikan Ellie memang luar biasa dan sangat cocok dengan seleranya. Hanya saja, sebelum kemari, Arden sudah di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status