Warisan Utang Mertua

Warisan Utang Mertua

Oleh:  Duo Sul Enjelika  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 Peringkat
41Bab
336Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinta adalah seorang kepala sekolah di usianya yang terbilang masih muda. di usia pernikahannya yang baru seumur jagung dirinya harus dihadapan oleh sikap mertua yang terlalu mengatur masalah keuangan rumah tangganya. Sebagai menantu baru dirinya juga tak mau durhaka pada mertua. Namun, lama kelamaan dirinya mulai menyadari jika selama ini dia dan suaminya hanya dijadikan sebagai bank berjalan oleh mertua dan iparnya. untuk mempertahankan rumah tangganya, Sinta harus berpura-pura menjadi seorang guru honorer agar tidak terus-terusan dinadika bank berjalan oleh mertua. Suatu hari status Sinta akhirnya ketahuan juga, dirinya mengira mertua dan ipar takkan berani memperlakukan dirinya seenaknya jika tahu status dirinya adalah kepala sekolah. Namun, dugaannya salah. Dirinya harus dihadapkan dengan utang Ibu mertuanya dan rumah tangganya diambang kehancuran

Lihat lebih banyak
Warisan Utang Mertua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Noviyadep
Bagussss karyanya, seru bangettt. Lanjut, Kak. Ditungguin bangettttt
2024-02-05 12:25:09
1
user avatar
Allyaalmahira
sabar ya Sinta.. yaampun bumer bumer haduuhh.. semangat up thor. kasih paham bumernya
2024-02-02 20:31:27
1
user avatar
Ardhya Rahma
Kasihan banget punya mertua seperti itu
2024-01-15 18:38:52
2
user avatar
Fatmah Azzahra
mertua g*la. bikin kesel!
2024-01-15 12:39:52
2
user avatar
Dinara Sofia
Kasian banget Sinta dijadikan bank berjalan, baca deh cerita ini, seru banget.
2024-01-15 12:07:15
1
user avatar
Auphi
Mertua toxic memang bikin hidup jadi neraka.
2024-01-15 10:45:11
0
user avatar
Tatya Miranthy
dikira bakal dihormati sebagai kepala sekolah, ternyata malah dimanfaatkan buat nanggung utang. seru, lanjut kak Thor...
2024-01-14 22:01:25
1
user avatar
Kina nak kuningan
Ceritanya seru! semangat buat kakanya
2024-01-14 21:23:38
1
user avatar
De Lilah
Selalu penasaran sama kisahnya.. lanjut thor!
2024-01-14 20:20:41
1
user avatar
Biru Gerimis
Bisa gak ya keluarga suami Sinta dihujat di sini??? Semangat Kak Author...
2024-01-14 16:11:26
1
user avatar
Phina1901
Mertuanya benar-benar nggak tahu diri! ayo lanjut Kak ceritanya seru
2024-01-14 13:09:22
1
user avatar
NACL
mertua toxic asli kasihan sinta (༎ຶ ෴ ༎ຶ)
2024-01-14 12:50:30
1
user avatar
Rich Mama
Duh kasihan banget Sinta. udah lah tinggalin aja tuh mertua dan ipar
2024-01-14 12:41:19
1
user avatar
MariaGG
ceritanya menarik, kak.
2024-01-14 12:00:42
1
user avatar
Sang_Dewi
Sinta minta suami untuk pindah rumah aja, jangan campur sama mertua dan iparnya
2024-01-14 11:53:09
1
  • 1
  • 2
41 Bab
BAB 1
“Pesan dari siapa, Mas?” tanyaku pada lelaki yang belum lama berstatus suamiku itu. “Pesan dari Adikku, dia minta kirimi uang lagi. Katanya, untuk biaya hidup mereka bulan ini belum aku berikan,” jawabnya sambil memainkan gawainya. “Apakah suaminya tidak memberikan nafkah untuknya, sampai dia terus -terusan meminta kiriman biaya jatah bulanan dari kamu Mas?“ tanyaku dengan sedikit berlebihan. “Kamu tahu sendirikan aku yang dipercayakan mengelola usaha orang tuaku sayang. Jadi, kedua saudaraku punya hak untuk dinafkahi olehku,” jawabnya sambil mengelus pipiku yang mulai kembung. “Tapi, bukankah minggu lalu adik kamu juga minta dikirimi sepuluh juta Mas? Saya rasa, itu sudah lebih dari cukup untuknya sebulan jika ditambah dengan jatah bulanan dari suaminya.” “Iya , tapi saat ini dia lagi membangun usaha kecil – kecilan di rumahnya. Jadi, dia butuh tambahan modal buat usahanya. Tidak apa – apa kan?” jelasnya padaku. “Bukannya uang suami juga uang istri Mas? Seharusnya Kesya mintan
Baca selengkapnya
BAB 2
"Ah...!" Sebuah mobil berwarna putih barusan hampir saja menabrakku. Bersyukur yang kena hanya koperku yang berisi pakaian di dalamnya. Kini koperku tepat berada di tengah jalan. Dari dalam mobil itu terlihat seorang lelaki bertubuh tegap memakai baju seragam polisi menuju ke arahku dan mengambilkan koper milikku yang tergeletak di tengah jalan.“Apakah Ibu tidak apa-apa?” tanya lelaki berseragam polisi itu Padaku. "Ma-maaf ya, aku tidak sengaja," lanjutnya lagi. “ Ti -tidak apa Pak, hanya...kaki saya sedikit terkilir di aspal,” jawabku dengan memegang mata kakiku yang tergores aspal. “Kalau begitu, aku bawa ke puskesmas terdekat ya Bu, Kaki ibu lagi sakit." Pak Polisi tersebut berusaha menawarkan agar aku tetap baik – baik saja. Lama diperhatikannya diriku. Aku yang berusaha menahan sakit sehingga tak memperhatikan pandangan Pak Polisi tersebut kepadaku.“Ma-maaf, Ibu ini Sinta Dewi kan?" tanyanya sekedar untuk memastikan . “I – Iya, kenapa? Apa, Bapak kenal saya?" tanyaku sed
Baca selengkapnya
BAB 3
“ Plak!" Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Malu rasanya ditampar langsung oleh Ibu mertuaku di hadapan Mas Heri. “Dasar wanita murahan, pergi dari rumah sebentar saja kamu sudah berani main hati dengan anakku ya,” dengan nada yang meninggi dimakinya diriku ini. Sehingga, membuat aku semakin malu di hadapan Mas Heri. Apalagi dia baru dekat denganku hari ini. “Ma-maaf Bu, saya dengan Sinta hanya sebatas teman. Lagi pula, kami baru bertemu hari ini.” Mas Heri yang berusaha membelaku. “ Berteman? Tapi, pergi berdua dalam mobil itu apa? Sinta, kamu masih istri Arman, dan kamu seorang polisi beraninya pergi dengan istri orang!” Ibu mertuaku yang makin menjadi – jadi. “ Ibu akan menyesal, jika menuduh menantu berbuat yang bukan-bukan." Mas Heri segera memasang badannya dan menyembunyikan aku di belakangnya. “Percuma kamu membela wanita miskin ini, dia Cuma guru honorer dengan gaji tidak seberapa . Polisi sepertimu sangat tidak cocok dengannya.” Hinaan Ibu mertuaku sudah terbiasa dite
Baca selengkapnya
BAB 4
"Tidak! Aku tidak mau mendengar penjelasan kamu lagi. Semua sudah jelas, kamu selingkuh di belakangku.” Kini Mas Arman berulah lagi layaknya orang kesurupan“Mas, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, tolong dengarkan aku dulu Mas!" Aku yang berusaha menenangkannya lalu dihalangi oleh Ibu mertuaku. “Sudahlah! Tak ada gunanya kami mendengar penjelasan kamu lagi. Sekarang sudah jelas tujuan kamu, mau menikah dengan Arman hanya butuh harta kami kan?” lagi – lagi kalimat hinaan yang dilontarkan Ibu membuat aku sakit hati. “Ma-maaf ini tidak seperti yang kalian bayangkan! Kami... kami hanya berteman. Lagi pula, hari ini hari ulang tahun Sinta, seharusnya dirimu sebagai suamilah yang lebih dulu tahu.” Mas Heri yang berusaha membelaku kemudian melirik ke kue ulang tahun yang ada di atas meja kemudian menatap wajah Mas Arman.“Mas, jangan turuti emosi kamu tanpa mencari tahu lebih dulu! Seharusnya, sebagai suami Kamulah yang lebih peka,” Aku yang berusaha menenangkan Mas Arman. “Ha! Te
Baca selengkapnya
BAB 5
Kesya, satu kata lagi kau berani menghina Sinta akan ku blokir semua ATM pemberianku.” Mas Arman tiba – tiba muncul dari belakangku. Segera diambilnya Handphone di tanganku kemudian dia yang melanjutkan pembicaraan dengan Kesya.“Kak, aku ini adikmu. Kenapa dirimu tega lebih membela dia yang baru beberapa bulan hidup denganmu dari pada adik kandungmu sendiri yang tumbuh bersama dari kecil. Salahkah, jika aku lebih membela Ibu,” jawab Kesya dari seberang sana. “Mengenai cincin yang kau berikan ke aku sebagai sumbanganmu di pernikahanku, akan kuganti. Aku tidak menyangka hal ini akan diungkit olehmu,” Mas Arman mulai emosi. “Saya ingin rumah tanggaku dan Sinta aman, mungkin dengan kami cari kontrakan Ibu perlahan – lahan membuka hati untuk Sinta," lanjut Mas Arman. “Kak, tapi aku lebih percaya Ibu dibanding Sinta yang baru menjadi bagian dari keluarga kami. Jadi, tak perlu mendengar langsung darimu lagi. Semua sudah kudengar dari Ibu.” “Terserah apa tanggapanmu, lagi pula, aku te
Baca selengkapnya
BAB 6
Kata orang aku cantik. Kulit yang berwarna kuning langsat, dan mempunyai bodi yang tinggi semampai membuat orang-orang betah memandang. Gigi yang tersusun rapi dan mempunyai lesung di kedua pipi menambah daya tarik senyumanku. Tapi, entah kenapa diriku lebih suka berpenampilan sederhana dibanding dengan tampil gaya yang berlebihan. Dari kecil aku sudah bisa mencari penghasilan sendiri. Keahlian dalam membuat jajanan kue bisa membantu mencari jajan tambahan. Ibu sangat bangga padaku di usia belia anak seusiaku sudah bisa membeli perlengkapan sekolah dari hasil keringat sendiri. Teman-teman sebayaku sebagian besar sudah menggunakan ponsel android sementara saat duduk di bangku SMP diriku masih menggunakan ponsel adul komuniketer alias Handphone yang bisa komunikasi dan senter. Tapi, aku tak mau membebani ibu untuk segera punya ponsel android, entah ide dari mana yang muncul di benakku tiba-tiba ingin membuat kacang goreng balado kemudian aku titip di warung-warung. Awalnya ti
Baca selengkapnya
BAB 7
“Apa, Mas Arman hanya anak angkat?” Rasanya bagai disambar petir di siang bolong. Entah aku kaget ingin menangis atau gembira, dia yang menjadi suamiku saat ini bukanlah anak kandung dari mertua yang membenciku selama ini. “ Mas, tidak bercanda kan?” tanyaku dengan penuh serius. “Ma-maaf Sin, selama ini Mas belum bisa jujur. Mas takut, kamu tidak menerima keadaanku yang sebenarnya." Sekali lagi di hapus nya air matanya kemudian melanjutkan pembicaraannya. “Mas takut kamu tidak menerima lamaran Mas dulunya, Jika kamu mengetahui yang sebenarnya. Sehingga dalam waktu sebulan mengenalmu aku berusaha cepat melamar mu Sin,” lanjutnya. “ Kenapa Mas Arman tidak jujur dari dulu. Aku tetap menerima diri Mas Arman , meskipun aku tahu yang sebenarnya,” aku tetap berusaha menyemangatinya agar tidak kecewa. “Terima kasih Sin! seharusnya status aku kamu ketahui dari sebelum kita menikah. Sekarang untuk membalas budi kepada mereka, aku tetap membantu usaha milik Ayah dan juga harus memberikan K
Baca selengkapnya
BAB 8
*POV IBU*“Sinta!" Wanita itu menoleh ke arah kami.“ Iya, kalian memanggil saya?” Didekatinya kami. “Kamu Sintakah? Kamu menantu Ibu kan?” Ku pegang seragamnya. “Tumben, Ibu mau mengakui kalau aku ini menantu. Ada perlu apa Bu kemari?”“I-ibu tadi kebetulan lewat kompleks sini jadi Ibu mampir di sekolah tempat menantu Ibu menjabat sebagai kepala sekolah.” Aku yang menahan kikuk. Semudah inikah aku mengakui bahwa dia menantuku. Penampilan Sinta hari ini, dengan riasan tipis di wajahnya membuat penampilannya terlihat lebih elegan tidak seperti biasanya.“Kepala sekolah? Mungkin Ibu salah informasi, aku hanya guru honorer di sekolah ini Bu. Tapi, mohon aminkan saja Bu, semoga suatu hari nanti jadi kenyataan menantu Ibu jadi kepala sekolah.”“ Ta-tapi, Bapak tadi mengatakan bahwa kamu adalah seorang kepala sekolah.” Kutunjuk Pak Satpam yang lagi berjaga di depan pintu gerbang sekolah. “Oh itu, dia belum lama menjadi satpam di sini. Jadi, dia belum banyak tahu tentang sekolah ini.”
Baca selengkapnya
BAB 9
Aku kaget melihat seseorang menuju anak tangga. Akhirnya aku kembali sembunyi di belakang kardus yang berada dekat situ. Syukurlah dia tidak menyadari keberadaan ku di sini. Wanita itu melangkah ke dalam dilihatnya dua orang lelaki itu tumbang karena ulahku. “Hei, apa yang terjadi dengan kalian?" seru wanita itu. “Ada seorang wanita yang berani mengambil gambar kami waktu bertransaksi Bu.” “Si-siapa dia. Apakah dia adalah orang yang kalian kenal?”“I- iya Bu. Sepertinya dia adalah menantu Ibu.” Lelaki bertubuh jangkung berdiri kemudian menggosok-gosok matanya yang sebelumnya dilempar dengan pasir. “Apa... Maksud kalian Sinta. Kenapa bisa dia ada di sini?” Ibu heran ketika nama Sinta disebut. “I-iya Bu, dia menantu Ibu selama ini terlihat lemah tapi sebenarnya dia kuat.” Pria bertubuh kekar itu mencoba meyakinkan Ibu. “Alah! Ngomong apa kalian. Menantuku itu tidak bisa berbuat apa. Dia itu hanya wanita lemah."Aku menyaksikan mereka berbicara dengan Ibu yang keluar dari tem
Baca selengkapnya
BAB 10
Melihat kondisi Ibu kepalanya bercucuran darah diriku panik. Pak Satpam Sekolah mengangkat Ibu untuk di bawa ke rumah sakit sesuai perintahku.“Bu Kepala Sekolah, semuanya sudah siap.” “I-iya Pak, ayo kita berangkat!” Ibu tertidur dalam pangkuanku. Rasa bersalah selalu menghantui. Pikiran tak karuan selama di perjalanan entah apa alasanku nanti jika Mas Arman mengetahui. “ Hati-hati di jalan Bu Kepala Sekolah. Semoga Ibu mertuanya segera sadar.” Bu Anik guru kelas satu mengingatkanku. “I-Iya Bu, terima kasih. Mohon kerja samanya dengan rekan Guru yang lain untuk memantau jaga keamanan sekolah ya Bu.” Mobil Rushku melaju ke rumah sakit. Suara Ibu terus memanggil namaku meskipun kepalanya dalam keadaan terluka.“Sinta, maafkan Ibu ya! Selama ini sering menyakiti kamu. Ibu belum mau mati, takut masuk neraka.” Semoga dia berubah menjadi lebih baik dan menerima Ku apa adanya karena selama ini sudah Capek jadi menantu yang sering sakit hati.“Sinta...dari dulu sudah maafkan Ibu! D
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status