Share

Bab 159: Bayangan yang Masih Mengendap

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-07 12:00:21

Cempaka menahan senyum yang nyaris membuncah saat matanya menangkap pemandangan di depannya.

Ada keheningan manis yang melingkupi kamar tamu itu, kehangatan yang nyaris bisa disentuh oleh udara malam.

Dalam diam, hatinya berbisik pelan, serupa desir angin lembut di musim kemarau: Apa pun masa lalu mereka, Pak Pradana dan Nona Alesha memang seperti dua keping teka-teki yang akhirnya menemukan tempatnya.

Sementara itu, Kirana terbaring dalam kelelahan yang nyaris menyedihkan. Biasanya ia tak pernah sepenuhnya menyerah pada tidur, seolah tubuhnya selalu setengah siaga.

Tapi malam itu—entah karena letih atau karena pelukan emosi yang belum sempat ia uraikan—matanya terpejam sebelum sempat ia sadari dirinya telah dibopong perlahan ke atas tempat tidur.

Raka berdiri di sisi ranjang, menatap wajah Kirana yang tenang dalam tidur. Dengan gerakan hati-hati, seolah perempuan itu terbuat dari kaca yang bisa pecah oleh sentuhan yang salah, ia membaring

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 170: Setetes Air Mata

    Genggaman tangan itu mencengkram seperti penjepit besi yang tak sudi mengendur. Jemari Zelina menggali ke dalam lengan Elina, membuat gadis kecil itu meringis, tapi tak bersuara.“Selama ini Tante udah baik banget ke kamu,” suaranya nyaris mendesis, lebih dingin dari embun yang menggantung di kaca jendela mobil mereka.“Bahkan kayak nyembah kamu! Tapi kamu malah balas dengan sikap begini? Kamu kira Tante nggak berani nyakitin kamu?”Elina menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik poni yang lembap oleh uap napas dan sisa air mata semalam.Matanya memerah, bukan hanya karena sakit fisik yang mulai menjalari lengannya, tapi juga karena rasa takut yang mengeras seperti batu di dadanya.Namun mulutnya tetap terkunci. Ia tahu, satu kata bisa memicu badai yang lebih ganas.Zelina kehilangan kesabaran. Ia menarik tubuh mungil itu ke pangkuannya dengan kasar. Elina sempat berusaha menahan diri, tangannya mencengkeram sisi jok mobil, tapi kekuatannya

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 169: Tatapan di Cermin

    Kabut tipis masih menyelimuti udara pagi ketika mobil perlahan menyusuri tikungan-tikungan sunyi di kawasan Dago.Pohon-pohon pinus berdiri tenang di sisi jalan, batangnya tinggi menjulang, seolah ikut mengamati dua jiwa yang diam-diam berseteru dalam ruang kecil yang tertutup kaca.Di bangku belakang, Elina duduk terpaku—rapat dan kaku seperti boneka porselen yang kehilangan tempat berpijak.Ransel ungu mungil yang sudah mulai pudar warnanya ia peluk erat-erat, nyaris menyatu dengan dadanya.Tangannya yang kecil menggenggam tali tas hingga buku-buku jarinya memucat. Wajahnya tertunduk dalam, tersembunyi di balik poni yang belum sempat disisir rapi.Ada kilau basah di matanya, tapi ia tahan. Ia hanya mengunyah kekesalan dalam diam, seperti biasa.Dari kursi depan, Zelina melirik melalui kaca spion tengah. Pandangan itu bukan sekadar mengamati; itu tatapan waspada, pencari celah, mencari tahu apa yang tengah bergolak di balik bungkam si kecil

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 168: Tangan yang Menjauh

    Sekar menghela napas panjang, nadanya pelan, namun cukup untuk menyapu keheningan yang menggantung di antara mereka.Ada jeda di sana—bukan sekadar hening biasa, melainkan semacam batas tak kasat mata yang baru saja mereka semua sepakati tanpa benar-benar mengucapkannya.“Kami tidak akan memaksamu, Nak,” ucap Sekar, suaranya hangat, namun ada sisa gemuruh yang belum sempat padam.“Tapi tetap... pikirkan baik-baik semuanya. Sekarang, mari kita fokus pada Ellie dulu, ya?”Ia bangkit dari duduknya dan melangkah ke arah tangga, memanggil Cempaka dengan nada tegas tapi tidak tergesa.Tak lama, terdengar langkah kaki kecil menuruni tangga, lalu muncullah Elina—gadis mungil dengan piyama bermotif kelinci, rambutnya masih acak-acakan seperti gumpalan awan pagi.Begitu melihat neneknya, mata Elina menyala. Ia berlari kecil dan langsung menyambar pelukan Sekar dengan tubuh mungilnya yang hangat.Tangan Sekar membalas erat, penuh kerinduan dan k

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 167: Bayang-Bayang di Ruang Tamu

    Sekar menatap wajah anaknya yang mulai terlihat retak, seperti tanah kering yang akhirnya bersedia menyerap hujan.Ada secercah celah di sana—celah kecil yang bisa ia dorong lebih jauh. Maka dengan napas tertahan, ia melanjutkan, suaranya hangat, tapi terbungkus ketegasan lembut yang tak bisa diabaikan.“Kalau bukan karena Zelina, kamu nggak akan bisa rawat Ellie sebaik ini, Raka…” ucap Sekar, matanya menyiratkan ketulusan yang lelah.“Dia ada di sampingmu terus. Dalam diam, dia ikut berjaga. Merawat. Menyambut Ellie pulang sekolah, menyiapkan makan malam, menahan kecewa tiap kali tak dipandang.”Sekar mengalihkan pandangannya ke jendela, ke arah taman kecil yang basah habis diguyur hujan sore.Daun-daun pisang merunduk, seolah ikut mendengarkan. Ia menambahkan, “Zelina itu sabar. Perempuan yang nggak menuntut banyak, tapi kasihnya nggak pernah setengah. Masa kamu nggak bisa lihat betapa berharganya dia? Perempuan kayak dia nggak selamanya bisa kam

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 166: Luka yang Tertinggal

    Udara malam menyusup lewat jendela ruang tamu yang terbuka separuh. Tirai tipis berayun perlahan, membawa aroma samar bunga melati dari taman belakang.Di tengah cahaya temaram lampu gantung, wajah Sekar tampak tegang, garis-garis halus di dahinya makin nyata ketika bibirnya mengatup kaku.Raka berdiri ragu sejenak sebelum akhirnya membungkuk, mencium ubun-ubun Elina dan menyerahkannya dengan lembut ke pelukan Cempaka. Gadis kecil itu menoleh, menyunggingkan senyum tipis pada kakek dan neneknya.“Selamat malam, Opa, Oma,” sapanya pelan, lalu menghilang di balik tangga bersama pengasuhnya.Ketika langkah kaki kecil itu tak lagi terdengar, Raka menurunkan tubuhnya ke kursi tunggal di seberang kedua orang tuanya.Kulit kursi berderit pelan, bersatu dengan dentingan jarum jam dinding yang terdengar lebih keras dari biasanya.“Sebenarnya ada apa, Bu, Pak? Kok malam-malam begini datang ke sini?” tanyanya, mencoba menjaga nada suaranya tetap netral

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 165: Aroma di Antara Kita

    Nada suaranya merendah, nyaris serupa bisikan yang nyasar di antara desis pendingin udara. Zelina menunduk, seperti seseorang yang tengah berusaha menyembunyikan badai dalam dadanya.Dari arah jendela, cahaya sore menyusup lembut, menyentuh rambutnya yang tergerai, membuat siluetnya terlihat rapuh namun tetap anggun.Tangannya saling menggenggam di atas pangkuan, seakan memohon kekuatan dari dirinya sendiri.Melihat putrinya begitu, justru membangkitkan sesuatu dalam diri Sekar. Bukan iba—tapi amarah. Amarah yang tumbuh dari kegelisahan yang tak kunjung mendapat penjelasan.“Ada apa sebenarnya? Raka menekan kamu, ya?” Suara Sekar terdengar tajam, namun di baliknya terselip gemetar halus yang hanya bisa dikenali oleh seorang ibu.Zelina tak langsung menjawab. Sorot matanya nanar, penuh keraguan dan ketakutan. Ia menatap ibunya, namun tak benar-benar melihat.Pandangannya seperti tertinggal di antara kenangan yang ingin dia kubur dan kenyataan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status