Share

Bab 37: Di Balik Ciuman

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 14:18:34

Benar, malam itu Kirana memang tak sadarkan diri. Namun saat mendengar kalimat itu keluar dari bibir Raka, darahnya serasa mendidih, mendesak naik hingga ke ubun-ubun.

Bukan hanya karena makna kata-kata itu—yang terasa seperti ludah di wajah masa lalu mereka—tapi juga karena cara Raka mengucapkannya: enteng, tanpa beban, seolah tak ada luka yang pernah ditorehkan.

Tatapan Raka menusuk seperti bayangan pisau dalam cahaya redup. Ia melangkah pelan, lalu dengan gerakan yang tidak terlalu cepat tapi penuh tekanan, mengangkat dagu Kirana.

Sentuhannya keras—bukan dalam artian kasar, tapi cukup untuk membuat leher Kirana terasa tertahan di ujung jemarinya. Suaranya keluar seperti bisikan musim dingin yang menyusup lewat celah jendela yang terbuka, tajam dan menggigit.

“Biasa saja, ya?” katanya. “Kalau begitu, biar aku pastikan sendiri… kali ini kau tidak salah paham.”

Darah Kirana seperti tersedot turun ke

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 60: Kebenaran yang Menyayat

    “Apa maksudmu barusan?” Suara Senja menggema, tajam dan meluncur seperti anak panah yang dilepaskan tanpa ampun.Matanya menyala penuh amarah, menusuk Kirana seperti ingin mengoyak jawabannya dari kedalaman pikirannya.Ruang tamu keluarga itu—yang biasanya tenang dengan aroma teh melati dan tirai tipis yang bergoyang lembut diterpa angin sore—kini terasa panas dan tegang, seolah waktu ikut menahan napas.“Kau bisa menyembuhkannya atau tidak? Kalau tidak bisa, bilang saja! Jangan seolah-olah mengutuk kakekku seperti itu!”Kirana berdiri membatu, wajahnya setenang batu pualam di tengah badai. Ia menatap balik, namun bukan dengan amarah—melainkan dengan dingin yang jauh lebih menggetarkan.Suaranya datar, tapi membawa beban seperti kabar duka yang ditulis dalam huruf-huruf halus.“Aku sudah mencoba menyampaikannya sehalus mungkin,” ucapnya perlahan, namun kata-katanya menggema di antara dind

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 59: Rumah Tanpa Harap

    Begitu daun pintu bergeser perlahan, aroma tajam bercampur antiseptik segera menyeruak keluar, menyergap indera penciuman Kirana seperti kabut yang datang tanpa permisi—menusuk, dingin, dan asing.Bau khas rumah sakit, tapi kali ini berasal dari dalam rumah.Langit-langit tinggi dan lampu gantung kristal yang menggantung anggun dari langit-langit membuat kontras mencolok dengan ranjang medis yang berdiri di tengah ruangan.Dindingnya masih mempertahankan corak krem elegan khas rumah keluarga tua, tapi keberadaan monitor, tabung oksigen, dan alat medis lain menyulap ruang itu menjadi semacam unit perawatan intensif versi mewah.Ini bukan lagi kamar tidur biasa—ini adalah benteng terakhir tempat hidup digantungkan pada detak mesin dan kesigapan manusia.Beberapa sosok berseragam putih berdiri tegak di sekeliling ranjang, dengan sikap dan gerak-gerik yang efisien, minim bicara.Tatapan mereka sesekali saling bertemu, seolah berbagi

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 58: Tatapan yang Membekukan

    “Maaf, kalian ini… saling kenal, ya?” tanya Senja pelan, matanya bergantian menatap Kirana dan Raka, seolah mencoba menafsirkan sesuatu yang tersembunyi di antara keduanya.Kirana langsung menggeleng cepat, hampir terlalu cepat, seperti ingin menepis kemungkinan itu sebelum sempat tumbuh di benak siapa pun.“Tidak! Mana mungkin saya kenal dengan seseorang sekelas Tuan Pradana?”Nada suaranya terdengar sedikit tinggi, dan meskipun bibirnya membentuk senyum kecil yang dipaksakan, sorot matanya berkabut, menyimpan sesuatu yang tak ingin dibuka.Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Kirana segera mengalihkan pandangannya ke Bara. “Saya ke sini untuk memeriksa kondisi Pak Baskoro Tua, Pak Bara. Kalau Bapak tidak keberatan, bolehkah saya mulai memeriksanya?”Ia berdiri tegak, berusaha menenangkan riak di dadanya. Sementara itu, Raka hanya memandangi Kirana dengan tatapan datar—bukan marah, bukan pula terkeju

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 57: Kredensial yang Dipertaruhkan

    Raka menatap dokumen di tangannya sekilas, lalu menggeser pandangannya ke arah Kirana. Kilatan dingin memancar dari matanya, menyusul nada suaranya yang terdengar datar namun mengandung ironi samar, nyaris seperti pisau tipis yang diselipkan di balik senyum sopan.“Sekarang ini,” ujarnya sembari membalik halaman dengan gerakan lambat, “banyak orang yang memalsukan kredensial demi tampak mumpuni. Apalagi dengan kondisi Pak Baskoro Tua yang sudah sangat kritis, kalian harus ekstra hati-hati. Jangan sampai tertipu oleh tampilan luar.”Suara kertas yang terlipat pelan terdengar kontras di ruangan itu, membelah keheningan yang mulai menegang.Setiap lembar ia buka dengan ritme lambat, nyaris seperti sedang menimbang satu per satu fragmen hidup yang tertulis di situ.Tangannya bergerak tenang, tetapi matanya—tajam dan teliti—melahap setiap baris informasi.Kirana berdiri tak jauh, tubuhnya kaku seperti batang pohon mud

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 56: Genggam yang Merampas

    Nada suara dan tatapan tajam itu—Kirana mengenalnya dengan baik. Ia mengingatnya, seperti gurat bekas luka yang tak pernah benar-benar sembuh.Suatu bentuk penghukuman diam-diam yang dulu kerap ia terima dari kepala pelayan di rumah keluarga pasien.Sinis, penuh kecurigaan, dan selalu mengandung penilaian sebelum pertanyaan.Namun kali ini berbeda. Yang berbicara bukan pelayan, melainkan bagian dari keluarga pasien. Itu membuat Kirana menarik napas pelan, menelan sedikit kekesalan yang sempat naik ke permukaan.Ia memilih diam, menyembunyikan ketidaksenangan di balik wajah profesional yang telah lama ia latih.Untungnya, seorang pria muda dengan sikap tenang dan senyum ramah segera mengambil alih suasana yang mulai tegang."Maafkan kami, ya," ucapnya, lembut tapi jelas. Sorot matanya jujur, sedikit letih.“Kondisi Kakek belakangan ini memang memburuk. Kami sudah coba segala cara—dokter dari dalam negeri, bahkan yang

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 55: Pertemuan Tanpa Janji

    Jantung Kirana seperti dihantam gelombang petir tanpa aba-aba. Dentumnya menggema sampai ke ujung jemari, menggetarkan tulang rusuk, saat tatapan mereka bersinggungan dalam kesunyian ruang tamu yang terlalu lapang itu.Udara mendadak terasa lebih berat. Aroma bunga sedap malam di pojok ruangan, yang tadinya samar, kini menusuk, menguatkan sensasi malam itu—malam yang sudah lama ia kubur dalam-dalam di tumpukan ingatan.Namun kini, kenangan itu menyeruak begitu liar. Cahaya lampu gantung kristal yang menggantung di atas kepalanya terasa terlalu terang, membakar sisi wajahnya yang mulai memanas.Ia menunduk cepat, seolah pandangan itu bisa melucuti dirinya hingga telanjang perasaan. Jemarinya mencengkeram rok di pangkuan, menahan getar yang mulai menjalar.Di balik bulu matanya yang menunduk, matanya berusaha mengabaikan bayang pria itu—bayang yang terlalu akrab dan menyakitkan untuk ditatap kembali.Kirana menarik napas panjang, mencoba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status