Share

Bab 37: Di Balik Ciuman

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 14:18:34

Benar, malam itu Kirana memang tak sadarkan diri. Namun saat mendengar kalimat itu keluar dari bibir Raka, darahnya serasa mendidih, mendesak naik hingga ke ubun-ubun.

Bukan hanya karena makna kata-kata itu—yang terasa seperti ludah di wajah masa lalu mereka—tapi juga karena cara Raka mengucapkannya: enteng, tanpa beban, seolah tak ada luka yang pernah ditorehkan.

Tatapan Raka menusuk seperti bayangan pisau dalam cahaya redup. Ia melangkah pelan, lalu dengan gerakan yang tidak terlalu cepat tapi penuh tekanan, mengangkat dagu Kirana.

Sentuhannya keras—bukan dalam artian kasar, tapi cukup untuk membuat leher Kirana terasa tertahan di ujung jemarinya. Suaranya keluar seperti bisikan musim dingin yang menyusup lewat celah jendela yang terbuka, tajam dan menggigit.

“Biasa saja, ya?” katanya. “Kalau begitu, biar aku pastikan sendiri… kali ini kau tidak salah paham.”

Darah Kirana seperti tersedot turun ke

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 315: Tepat Setelah Kepergianmu

    Namun Raka hanya terdiam. Matanya menatap tajam, menusuk bagai bilah belati yang tidak perlu suara untuk menyampaikan maksudnya.Dalam keheningan itu, ada sesuatu yang runtuh perlahan di dalam dirinya, sesuatu yang mendadak saja jadi masuk akal.Ia akhirnya mengerti. Tunangan yang disebut Kirana waktu itu... adalah Zelina.Kepastian itu menghantamnya dengan berat, seperti kabut yang mendadak tersibak, menyisakan pemandangan yang tidak ingin ia lihat.Zelina adalah alasan Kirana pergi dengan begitu cepat, dengan begitu tenang, seolah tak ada yang layak diperjuangkan lagi.“Ini kamarku. Jelas aku ada di sini,” ucap Raka datar, suaranya nyaris tak berwarna. “Kamu sendiri, ngapain datang kemari?”Zelina, yang berdiri tak jauh dari pintu, menarik napas dalam sebelum menjawab. “Aku… kebetulan ada kerjaan di Yogyakarta. Ibu juga bilang kamu sedang dinas ke sini, jadi aku mampir.”Nada suaranya terde

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 314: Pergi Tanpa Menoleh

    “Aku cuma gak mau ambil risiko. Gak ada yang bisa aku dapat dari bertahan di sini. Kalau pergi bisa bikin semuanya lebih tenang, kenapa nggak?”Kirana mengucapkannya pelan, nyaris seperti gumaman, sambil menautkan kedua tangan di depan tubuh.Senyumnya tipis, namun bukan senyum ramah—lebih seperti bentuk perpisahan yang enggan diberi nama.Di hadapannya, Lukman hanya menatapnya sejenak. Diam. Wajahnya netral, tapi matanya memantulkan sesuatu yang tak dikatakannya.Setelah jeda yang menggantung di udara seperti kabut yang malas pergi, ia mengangguk pelan.“Kamu benar. Toh, kita juga udah selesai di sini,” suaranya datar tapi mantap. “Kalau kamu pulang, aku juga ikut. Sekalian aja.”Tak ada pelukan perpisahan atau drama. Hanya kesepakatan tenang di antara dua orang yang sama-sama sudah lelah menunggu keajaiban yang tak datang.Kirana mengangguk. Tak lebih dari itu.Tas koper mereka menimb

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 313: Tak Mungkin Kebetulan

    Zelina menarik kembali tangannya dengan anggun, lalu melontarkan kalimat dengan senyum menantang, “Mungkin resepsionis tadi kenal saya dari berita pertunangan kami. Belum sempat saya minta, mereka sudah langsung kasih kartu kamarnya.”Nada suaranya sengaja ditekankan. Setiap katanya seperti anak panah yang diarahkan tepat ke dada Kirana, seolah seluruh dunia sudah tahu: ia dan Raka akan tinggal sekamar.Entah informasi itu penting bagi siapa pun, tapi Zelina menyampaikannya seolah itu berita utama pagi ini.Lift terbuka, dan ketiganya melangkah masuk. Udara di dalamnya terasa lebih dingin dari pendingin ruangan mana pun.Zelina, masih mengenakan senyum diplomatik, hendak menekan tombol ke lantai mereka, namun Lukman lebih dulu mengarahkan jarinya ke tombol paling atas.Lantai 15.Zelina terhenti, jemarinya mengambang di udara, lalu turun perlahan. Ia menoleh cepat, memastikan ia tidak salah lihat.Ketegangan perlahan mencu

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 312: Kejutan yang Tak Diundang

    Seharusnya, seorang pria seperti Raka Pradana hanya memilih hotel-hotel berstandar tinggi, yang karpet lorongnya tebal seperti bisikan rahasia, dan lobi marmernya berkilau seolah memantulkan prestise tamunya.Namun, hotel ini, dengan lampu-lampu redup dan ornamen kayu jati yang sedikit lusuh, jelas tidak termasuk dalam daftar itu.Terlalu sederhana. Terlalu biasa.Kecuali, tentu saja, tujuan Raka ke Yogyakarta bukan hanya soal bisnis.Pikiran itu datang seperti bayangan yang melintas di cermin berembun. Hati Zelina mencelos, dingin menyusup seperti kabut tipis pagi hari di lereng Merapi.Ia menggenggam tas kecilnya lebih erat, langkahnya cepat menuju meja resepsionis."Maaf," ucapnya dengan nada tenang namun tergesa, "saya sedang mencari seseorang. Bisa bantu cek kamar atas nama Raka Pradana?"Petugas resepsionis, seorang perempuan muda berseragam krem dan berwajah ramah, sempat ragu.Matanya menyapu Zelina dari atas ke bawah,

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 311: Perempuan Itu Lagi

    Layar ponsel masih menyala, namun suara dari seberang sudah tak terdengar. Zelina mematung, memandangi nama Raka yang masih terpampang di layar.Panggilan belum ditutup, namun keheningan terasa lebih menusuk dari kata-kata.Ia menggigit bibir bawah, jemarinya menggenggam erat sisi ponsel, seolah berharap logam dingin itu bisa meredam gejolak dalam dadanya.Tapi tak sempat ia menyusun rencana, suara perempuan itu—Kirana—menyusup dari ujung sambungan, mengucapkan terima kasih pada Raka dengan nada lembut yang terasa seperti penghinaan di telinganya.Klik.Zelina menutup panggilan dengan kasar. Giginya terkatup rapat, rahangnya menegang, dan wajahnya yang semula pucat berubah merah padam, nyaris semerah gaun yang tadi tergantung di belakang pintu.Suhu emosinya melonjak.“Kirana lagi...” gumamnya, nyaris tak terdengar. Napasnya berat. “Sudah aku peringatkan sebelumnya.”Ia memutar tubuh

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 310: Suara yang Tidak Asing

    Mata Kirana menatap Lukman, seolah menggantungkan harap. Sorot matanya bukan sekadar permintaan, tapi semacam panggilan diam yang hanya bisa dimengerti oleh orang yang cukup lama mengenalnya.Dan Lukman, dengan senyum tenang yang seperti biasa mengendap lembut di wajahnya, menangkap maksud itu tanpa perlu dijelaskan lebih jauh."Iya, kami memang ada yang perlu dibicarakan. Boleh kami diberi waktu sebentar berdua?" ucapnya, sopan namun cukup tegas.Raka berdiri tak jauh dari mereka, posturnya tegak, bahunya sedikit menegang. Matanya menyorot sinis pada dinamika yang terasa terlalu akrab antara Kirana dan Lukman.Suara yang keluar dari mulutnya tetap datar, tapi ada bara halus di baliknya."Begitu ya? Saya akan pergi... kalau waktunya sudah benar-benar tiba."Kirana menghela napas pelan. Ia tak menyangka Raka akan sekeras itu mempertahankan posisinya. Ia membuka mulut, hendak merespon, tapi Raka lebih dulu mengambil alih pembicaraan."K

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status