Share

Bab 38: Tubuh Tak Bohong

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 13:18:58

Jika aku bereaksi… baginya aku tak berbeda dari enam tahun lalu.

Pikiran itu menghantam Kirana seperti air es yang mengguyur tiba-tiba di tengah malam. Tubuhnya menegang, bukan karena dingin, melainkan karena kesadaran yang datang begitu saja, menamparnya lebih keras dari angin musim hujan.

Saat bibir Raka mulai menuntut lebih, nyaris menghapus garis tipis antara masa lalu dan sekarang, Kirana tahu—ia tak boleh tenggelam lagi.

Dengan tekad yang muncul dari ruang-ruang kecil dalam hatinya yang pernah hancur, ia menggigit bibirnya sendiri. Kuat. Sampai rasa logam menguar di mulut mereka.

Darah.

Getirnya merambat cepat, mencampur panas, marah, dan kenangan yang tak ingin diingat. Raka terdiam sejenak, seperti tersentak. Tatapannya terpaku pada wajah Kirana, mungkin tak percaya. Tapi hanya sekejap.

Detik berikutnya, seolah tertantang, ia justru menjadi lebih agresif.

Napas Kirana tercekat, nyaris habis. Ciuman itu ma

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 247: Tatapan yang Tak Pergi

    Arga mengangkat tangannya setengah, seperti gerakan seseorang yang ingin menepis angin, bukan tuduhan.Nada suaranya tetap ringan, namun tak kehilangan ketulusan.“Ah, jangan bilang seperti itu, dong,” ujarnya sambil menatap lembut ke arah Zelina. “Meskipun saya cuma bisa rebahan, saya tahu kok, semua yang kamu lakukan selama ini. Kamu udah berkeliling, cari dokter ke mana-mana demi saya, kan?”Tatapan Arga hangat, seperti cahaya lampu senja yang menyentuh lembut permukaan air. Di balik matanya yang mulai menua, ada penghargaan yang tak bisa ditakar kata.Zelina membalas pandangannya, dan di matanya tampak genangan air yang berkilau tertahan.“Tapi… semuanya nggak berhasil, Paman,” bisiknya pelan, seperti angin malam menyusup lewat celah jendela.Suaranya nyaris tenggelam di antara riuh tamu, namun bagi Arga, kata-kata itu terasa paling lantang.Arga hanya tersenyum, perlahan dan tenang, sepe

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 246: Tatapan yang Mengusik

    Langkah rombongan itu pelan namun mantap, menyusuri halaman luas tempat resepsi digelar. Pijar lampu taman yang temaram menari di permukaan kolam kecil, menciptakan kilau berpendar di wajah-wajah yang datang dengan senyum.Di antara mereka, Sekar berdiri anggun, mengenakan kebaya berwarna senja yang menonjolkan ketegasan sikap sekaligus menyembunyikan pikirannya.Di sisi kirinya, Zelina menunduk sedikit saat menyapa para orang tua, suaranya halus, nyaris berbisik, menciptakan kesan manis yang disengaja.Mata mereka, tanpa aba-aba, serempak beralih ke satu arah: Sekar menatap Kirana.Kirana menyambutnya dengan senyum kecil yang tertahan, seakan menaruh jarak tanpa bersikap tidak sopan.Ia tahu senyum itu bukanlah benteng yang kuat, namun cukup untuk menyamarkan kegugupannya.Zelina mengamati situasi, lalu memilih tetap tenang. Ia hanya berjalan pelan di antara mereka, membiarkan percakapan mengalir tanpa merasa perlu ikut menimpali, tapi sese

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 245: Senyuman yang Tertahan

    Di balik lapisan tulle gaunnya yang berkilau samar diterpa lampu gantung kristal, tangan Zelina terkepal erat.Jemarinya menekan telapak sekuat tenaga, nyaris membentuk jejak lunak di kulit putihnya yang halus.Senyum palsu masih menggantung di bibir, tapi matanya tak bisa menyembunyikan percik cemburu dan rasa tak terima yang menggelegak dalam diam.Nanti… kita lihat siapa yang menang, Kirana, batinnya membara.***Sementara itu, di tengah hiruk-pikuk rumah keluarga Baskoro yang megah dan dipenuhi kehangatan para tamu, Arga hanya sempat berdiri beberapa menit sebelum akhirnya harus duduk.Usianya tak lagi muda, dan tubuhnya tak lagi sekuat dulu, tapi pancaran wibawa pria itu masih kuat terpancar dari tatapannya yang lembut dan suara yang penuh keyakinan.Bara, yang tak pernah jauh dari sisi sang kakek, segera meluncur dengan kursi roda yang sudah dipoles mengkilap.Ia mencondongkan tubuh sedikit, berbicara pela

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 244: Tatapan yang Tak Bisa Dibantah

    Meski langkahnya tak tergesa, kehadiran Kirana menyedot perhatian seketika, seolah udara di ruangan sempit bergeser hanya untuknya.Rambut hitam legamnya diikat rapi ke belakang, memperlihatkan lekuk leher jenjang yang menambah anggun siluet tubuhnya.Cahaya lampu gantung menyentuh lembut pipinya, memantulkan semburat hangat dari riasan tipis yang nyaris tak terlihat namun menonjolkan kecantikan alaminya.Senyumnya melengkung tenang, dengan mata yang berkilau—bukan seperti bintang, tapi seperti permukaan danau yang menyimpan sesuatu di bawahnya.Dalam balutan gaun satin berwarna biru yang membingkai tubuhnya tanpa cela, Kirana melangkah bagai gema sunyi di tengah pesta yang riuh.Bisik-bisik segera menyusul.“Siapa dia?”“Dari keluarga mana?”“Cantik sekali... tapi aku belum pernah lihat sebelumnya.”Tapi Kirana tetap tenang. Ia hanya melirik sekeliling sekali, cukup untuk menaka

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 243: Wajah yang Akan Berubah

    Zelina sudah mendengar kabar soal pesta ulang tahun itu, yang katanya akan digelar cukup besar di rumah keluarga Baskoro.Sebagai salah satu lingkaran dalam keluarga Pradana, ia nyaris tak mungkin absen. Sudah bisa ditebak, kehadirannya bukan sekadar diharapkan, melainkan dianggap pasti.Maka ia hanya mengangguk ringan sambil menjawab, “Iya, aku datang. Emangnya kenapa?”Senja memicingkan mata sambil menyandarkan tubuh ke kursi, lalu menatap Zelina dengan senyum penuh makna.“Eh... Raka bakal datang bareng kamu, kan? Semua orang tahu kalian berdua itu pasangan!”Pertanyaan itu menampar seperti angin dingin yang menyusup dari sela-sela jendela. Gerak tubuh Zelina seketika kaku, meski ia berusaha tetap tenang.Ia tahu, Raka pasti akan hadir. Tapi soal datang bersama... ia tidak yakin. Akhir-akhir ini, keberadaan mereka lebih mirip dua planet yang berputar pada poros masing-masing, hanya sesekali berpapasan dalam orbit y

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 242: Undangan yang Menggugah

    Elina selama ini tinggal di rumah Bu Kirana, di kamar yang menghadap ke halaman belakang, di mana pohon belimbing sering merontokkan daunnya di pagi hari.Meski tinggal di bawah atap yang sama, ia hampir tak pernah bertatap muka dengan Pak Pradana. Mereka seperti dua garis yang berjalan sejajar, tak pernah bersilangan.“Saya khawatir mereka akan makin jauh karena kurangnya komunikasi,” gumam Kirana, matanya menatap kosong ke arah jendela yang berembun tipis.Raka hanya menggeleng pelan, tak ada kata yang lolos dari mulutnya. Ia lebih memilih diam, membiarkan pikirannya berputar sendiri.Udara dalam ruangan mobil terasa berat, seolah dipenuhi pikiran-pikiran yang tak terucap.Aidan dan Bayu masih menyimpan jarak. Meskipun hari ini Raka sudah mengikuti langkah mereka sejak matahari terbit, membelikan es krim favorit dan sebuah action figure edisi terbatas, dingin yang membeku di mata mereka belum sepenuhnya mencair.Ada sedikit sen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status