Share

Bab 417: Untuk Apa Dia Peduli?

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-28 08:46:23

Bara mengangkat sebelah alis, senyumnya miring seolah menyembunyikan rahasia kecil, lalu dengan nada yang setengah menggoda setengah menantang, ia berujar pelan,

“Sekarang memang kecil, tapi denganmu di sana… siapa yang tahu nanti akan berkembang sejauh apa?”

Kalimat itu meluncur seperti percikan api di ruang yang terlalu hening. Ada bara yang samar, tidak benar-benar membakar, tetapi cukup untuk membuat udara di sekelilingnya berubah hangat.

Kirana hanya merespons dengan senyum tipis, samar, bagaikan bayangan awan yang melintas di permukaan danau pada siang hari. Tidak menolak, tidak pula menerima—sekadar hadir, lalu lenyap begitu saja.

Ia tak merasa perlu menanggapi. Pikirannya dipenuhi hal lain, rencana-rencana yang jauh lebih penting daripada sekadar optimisme yang Bara lemparkan seperti mainan ringan.

“Bagaimana rencananya dengan kerja sama para pemasok herbal itu?” tanyanya kemudian, suaranya datar, namun

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 420: Jangan Pergi…

    Bayu memungut jaket yang tadi dilepas Kirana. Ujung kainnya dingin, menyerap embun yang menempel seperti rahasia malam. Saat hendak menggantungkannya di balik pintu, ia terhenti. Dari serat kain itu, sekelebat aroma menyeruak— samar, namun cukup kuat untuk membuat dadanya tercekat.Wangi tanah basah selepas hujan bercampur sabun cuci yang dulu selalu dipakai Ayah. Hangat, akrab, seperti pulang ke masa lalu.Ini… bau Ayah!Refleks, Bayu menoleh pada ibunya. Matanya menuntut penjelasan, meski bibirnya terkatup rapat. Kirana tidak menyadarinya. Ia berdiri di depan tangga, tubuhnya condong ke depan, seolah setiap anak tangga adalah beban yang harus dipikul.Senyum tipis tercetak di wajahnya, tapi rapuh, seperti kertas basah yang mudah koyak.“Maaf Ibu pulang telat,” suaranya nyaris selembar bisikan, letih dan ringkih. “Sudah malam, ayo naik dan istirahat.”Kata-kata yang ingin meledak dari dada Bayu

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 419: Kamu Takut Padaku?

    “Apa yang mau kamu lakukan?”Suara Kirana pecah di udara, tajam seperti bilah kaca, namun di ujungnya terselip getaran halus yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya membidik lurus ke arah pria di depannya, seakan ingin menyingkap isi pikirannya, memaksa keluar rahasia yang bersembunyi di balik tatapannya.Raka berdiri hanya beberapa langkah darinya, tubuhnya tegak dengan aura yang nyaris menelan ruang. Ia tak langsung menjawab, hanya menarik sudut bibirnya dengan senyum tipis yang entah bagaimana terasa lebih berbahaya daripada ramah.Senyum itu bagaikan peringatan samar, tenang di permukaan tapi menyimpan sesuatu yang siap meledak kapan saja.“Saya hanya ingin memperkenalkan diri pada Anda, Nona Alesha,” ucapnya akhirnya. Suaranya rendah, tenang, tapi ada sengatan yang merambat di balik nada itu, semacam racun yang bekerja perlahan.Kirana mengerutkan kening, lalu menukas dingin, “Saya tidak mau mendengar! Dan saya juga

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 418: Kau Takut Aku Menggigitmu?

    Begitu mendengar permintaan itu, wajah Bara langsung mengeras. Rahangnya menegang, otot-otot pipinya kaku seakan sedang menahan sesuatu yang hendak pecah. Tatapannya sesaat kosong, namun sorot matanya yang muram tak mampu menutupi gejolak dalam dadanya.Dalam hatinya, ia mengumpat lirih. Sial... rencana malam ini bisa berantakan.Udara di dalam mobil seperti mendadak menebal. Pendingin ruangan tetap berdengung, tapi hawa gelisah menyelusup di sela-sela. Sopir yang duduk di balik kemudi melirik Bara melalui kaca spion tengah, menunggu aba-aba.Dengan napas panjang yang lebih mirip erangan tertahan, Bara akhirnya berujar, “Nggak usah repot. Raka pasti belum jauh. Kita minta dia antar.”Nada suaranya terdengar ringan, bahkan santai, namun matanya tidak berbohong. Ada kilatan keras yang menyiratkan rencana lain di balik kalimat sederhana itu.Kirana, yang sejak tadi duduk di kursi belakang, mengernyit tipis. Alisnya bertaut, gerak

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 417: Untuk Apa Dia Peduli?

    Bara mengangkat sebelah alis, senyumnya miring seolah menyembunyikan rahasia kecil, lalu dengan nada yang setengah menggoda setengah menantang, ia berujar pelan,“Sekarang memang kecil, tapi denganmu di sana… siapa yang tahu nanti akan berkembang sejauh apa?”Kalimat itu meluncur seperti percikan api di ruang yang terlalu hening. Ada bara yang samar, tidak benar-benar membakar, tetapi cukup untuk membuat udara di sekelilingnya berubah hangat.Kirana hanya merespons dengan senyum tipis, samar, bagaikan bayangan awan yang melintas di permukaan danau pada siang hari. Tidak menolak, tidak pula menerima—sekadar hadir, lalu lenyap begitu saja.Ia tak merasa perlu menanggapi. Pikirannya dipenuhi hal lain, rencana-rencana yang jauh lebih penting daripada sekadar optimisme yang Bara lemparkan seperti mainan ringan.“Bagaimana rencananya dengan kerja sama para pemasok herbal itu?” tanyanya kemudian, suaranya datar, namun

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 416: Tunggu

    Kirana duduk di kursi kayu dengan punggung tegak, tapi jemarinya terus-menerus meremas ujung rok putihnya. Gerakannya berulang, gugup, seperti seseorang yang ingin melarikan diri tapi tak tahu ke mana.Di wajahnya, ketenangan yang biasanya ia kenakan sebagai dokter perlahan runtuh. Ada riak gelisah, seperti benang kusut yang tak henti ditarik tanpa pernah menemukan ujungnya.Di seberangnya, Sekar hanya diam. Mata perempuan itu tenang, dingin, tapi Kirana bisa merasakan bara yang bersembunyi di dalamnya. Bara yang siap menyambar bila ada celah.Ruang kerja itu hening, sunyi seperti menahan napas. Hanya detak jam dinding yang malas terdengar, tik… tak… tik… tak, seolah waktu pun enggan bergerak.Bara berdiri di depan jendela besar, punggungnya tegap, wajahnya setengah tersembunyi oleh pantulan kaca. Pandangannya jauh ke luar, ke jalanan sore yang perlahan disapu cahaya oranye. Ada ketenangan di sorot matanya, tapi bukan ketenangan biasa

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 415: Makanya Tahan Dia

    Raka memejamkan mata sejenak, seakan mencoba meredam pusaran pikiran yang beradu di kepalanya. Ia tahu betul tabiat ibunya: Sekar Pradana bukan perempuan yang mudah dilawan. Kata-katanya selalu jadi hukum, dan siapa pun yang berani menentang akan segera dicap lawan.Membela Kirana terang-terangan sama saja menyeret perempuan itu ke jurang kebencian Sekar. Dan bila itu terjadi, Kirana tak akan punya ruang untuk membela diri.Tetapi bagaimana pun juga, itu tetap ibunya. Sosok yang melahirkannya, membesarkannya, dan menanamkan darah Pradana ke dalam tubuhnya. Hubungan itu tak bisa ia enyahkan begitu saja, meskipun di dadanya ada pertarungan lain yang tak kalah keras.Raka menarik napas panjang. Udara di ruang kerja itu dingin dan sunyi, sejuknya AC bercampur dengan wangi samar lavender dari diffuser elektrik. Aroma lembut itu menyelinap pelan, memberi ilusi bahwa persoalan rumit yang menjerat mereka bisa larut begitu saja.Bara, yang sejak tadi diam, akhirny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status