Share

Bab 7

Author: Anonima
Zarend menendang pintu dengan keras, lalu mengangkat Valerie ke dalam pelukannya dengan tangan gemetar. "Val, jangan takut. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit."

Felisha membuka mulutnya, berniat menjelaskan sesuatu. Namun, Zarend langsung membawa wanita di pelukannya keluar. Saat melewatinya, bahunya pun menabrak Felisha dengan keras.

Felisha kehilangan keseimbangan, terhuyung beberapa langkah ke belakang. Zarend tampak tidak menyadarinya, hanya sibuk menenangkan wanita di pelukannya.

Meskipun tanpa satu kata pun, Felisha bisa merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Dia bahkan tidak tahu bagaimana dia sampai di rumah sakit. Saat menemukan ruang operasi tempat Valerie berada, Zarend sedang menunggu di luar, wajahnya jelas terlihat tegang.

Tampaknya, Zarend benar-benar menyukai Valerie. Felisha tidak mengatakan apa pun. Dia duduk diam di sisi lain kursi, menunggu hasil operasi.

Koridor rumah sakit begitu sunyi. Dua orang yang dulunya begitu dekat, kini seolah-olah terpisah oleh galaksi yang tak terlintasi. Yang tersisa di antara mereka hanya keheningan.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu, Zarend mengangkat kepala. Matanya memerah, suaranya serak. "Felisha, aku sudah janji padamu kalau posisi Nyonya Richardy hanya akan menjadi milikmu. Satu-satunya wanita yang kucintai juga cuma kamu. Kenapa kamu masih tega menyakiti Valerie?"

Tujuh tahun bersama, Felisha terlalu mengenal Zarend. Sekarang, dia sedang berada di ambang kemarahan.

Terakhir kali Zarend semarah ini adalah ketika Felisha cedera saat syuting. Zarend melampiaskan amarahnya ke seluruh kru film. Namun kali ini, demi kekasihnya, yang menjadi sasaran amarah adalah dirinya. Ironis sekali.

Felisha menunduk, menelan rasa perih yang memenuhi dadanya. "Aku nggak mendorongnya. Dia yang sengaja menjebakku."

Zarend terkekeh-kekeh, jelas tak memercayainya. "Fel, sejak kapan kamu juga belajar cara wanita rebutan perhatian pria? Apa yang kuberikan padamu masih kurang? Posisi Nyonya Richardy, cintaku, semua sudah milikmu. Aku cuma main-main dengan Valerie, kenapa kamu nggak bisa terima?"

Main-main? Hanya mencintaimu? Mendengar kata-kata itu, Felisha tertawa kecil. Tawa yang pelan, tetapi ujung matanya mulai memerah. "Zarend, kalau terlalu sering berbohong, kamu sendiri lama-lama juga akan percaya, 'kan? Coba kamu pegang dadamu sendiri dan jawab jujur, apa kamu masih mencintaiku?"

Kalau mencintainya, kenapa terus mencari wanita lain di luar sana? Kalau mencintainya, kenapa membiarkan wanita lain mengandung anaknya? Kalau mencintainya, kenapa tidak ada sedikit pun kepercayaan?

Melihat kehampaan di mata Felisha, Zarend tertegun. Amarahnya sedikit mereda. Dalam hatinya, dia berpikir Felisha hanya terlalu mencintainya, hanya sedang cemburu. Sebulan ini dia memang terlalu sibuk dengan Valerie, mungkin memang sudah mengabaikan perasaan Felisha.

Zarend berdiri, menarik Felisha ke dalam pelukannya. "Fel, sabar sedikit lagi. Kalau aku sudah bosan dengan wanita di luar sana, aku pasti akan kembali padamu. Saat itu, apa pun yang kamu mau lakukan, aku akan menemanimu."

Kata-kata yang sama, janji kosong yang sudah terlalu sering dia dengar.

Felisha mendorongnya menjauh, suaranya datar. "Nggak perlu."

Karena mereka sudah resmi bercerai, Felisha tidak perlu menunggu lagi. Apa pun yang ingin dia lakukan ke depan, bisa dia lakukan sendiri.

Zarend hanya mengira dia masih marah. "Soal Valerie, aku akan minta dia untuk nggak menuntutmu lagi. Tapi setelah dia sadar, kamu harus minta maaf padanya."

Felisha nyaris tak percaya dengan apa yang dia dengar. Zarend menyuruhnya meminta maaf? Atas dasar apa? Dia tidak bersalah.

Baru saja dia ingin membantah, pintu ruang operasi terbuka. Seorang perawat berlari keluar dengan wajah panik. "Pak Zarend, pasien mengalami pendarahan hebat. Kami butuh darah golongan A segera!"

Zarend langsung mengeluarkan ponselnya, menelepon sekretaris, dan memerintahkan untuk mengirim semua stok darah A dari seluruh kota ke rumah sakit.

Melihat wajahnya yang cemas, Felisha seolah-olah kembali ke tahun di mana dia pernah kecelakaan saat syuting. Saat itu, Zarend yang gugup, melindunginya dengan tubuhnya sendiri, sampai dia selamat dan Zarend pingsan karena kelelahan.

Felisha menggulung lengan bajunya, menyodorkan tangan pada perawat. "Golongan darahku A. Pakai darahku dulu."

Mendengar itu, tatapan Zarend menjadi rumit. Bibirnya sempat bergerak, ingin bicara, tetapi dia akhirnya diam.

Felisha tak peduli reaksinya, mengikuti perawat masuk untuk diambil darahnya. Setelah 800 mililiter, akhirnya berhenti.

Wajah Felisha memucat, bibirnya nyaris tanpa warna. Dia menekan luka kecil di lengannya, berjalan pelan ke arah Zarend, lalu tersenyum lega. "Sekarang aku nggak berutang apa pun lagi padamu ...."

Tujuh tahun lalu, dia pernah diselamatkan oleh Zarend. Sekarang, dia sudah membayar jasa itu.

Namun, Zarend justru mengira Felisha merasa bersalah karena telah mendorong Valerie dan ingin menebus kesalahannya. Tatapannya melembut, muncul rasa iba dalam hatinya. "Fel, pulanglah dulu dan istirahat. Setelah Valerie membaik, aku akan pulang menjengukmu."

Felisha tidak menjawab. Dia hanya berbalik, menyeret langkah lemahnya meninggalkan tempat itu.

Entah mengapa, melihat punggungnya yang menjauh membuat dada Zarend terasa sesak. Dia ingin memanggilnya, tetapi lampu ruang operasi padam. Dia harus bertanya dulu pada dokter tentang kondisi Valerie.

Ketika dia menoleh lagi, Felisha sudah menghilang.

Sesampainya di rumah, Felisha mengeluarkan koper yang sudah lama disiapkannya, menariknya ke dekat pintu. Dia mengambil surat cerai dari tasnya, meletakkannya di atas rak sepatu. Kemudian, dia merobek selembar kertas dan menulis pesan terakhir untuk Zarend.

[ Zarend, kisah tentang kita berdua hari ini resmi tamat. Mulai sekarang, tak akan ada pertemuan lagi. ]

Dia meletakkan kertas itu di bawah akta cerai, lalu menatap rumah yang telah dia tinggali selama tujuh tahun untuk terakhir kalinya.

Semua cinta dan benci selama tujuh tahun, berakhir hari ini. Felisha akan melangkah menuju kisah baru dalam hidupnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 15

    Setelah mengatakan itu, Felisha berdiri dan pergi. Pertemuan pertama antara mantan suami istri setelah empat tahun, berakhir begitu saja.Sesampainya di hotel, Allen meneleponnya. "Felisha, gimana hasil pembicaraanmu dengan Starlight Media? Lancar?"Felisha tersenyum. "Sangat lancar. Kontraknya sudah ditandatangani. Tinggal menunggu acara pemutaran perdana seminggu lagi. Setelah itu, aku akan langsung kembali ke Inggris."Di seberang sana, Allen menghela napas lega, lalu bertanya dengan nada penasaran, "Dengar-dengar, bos Starlight Media lagi mencari istrinya yang hilang. Apa dia sudah menemukannya?"Allen tidak tahu bahwa Felisha dan Zarend dulu pernah menikah. Felisha terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sudah. Hanya saja, istrinya sudah memutuskan untuk memulai hidup baru dan melepaskan masa lalu."Allen menghela napas penuh penyesalan. "Hais, kenapa selalu ada orang yang baru tahu menghargai setelah kehilangan?"Felisha tidak menanggapi. Setelah membicarakan beberapa detail lain soal

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 14

    Begitu Felisha mendorong pintu dan masuk, seluruh perhatian di ruangan langsung tertuju padanya. Seluruh karyawan di Starlight Media tahu jelas, dia adalah mantan istri yang masih selalu ada di hati sang bos.Zarend mendadak membeku. Detak jantungnya seakan-akan berhenti. Dia bahkan tidak berani berkedip, takut jika ini hanya ilusi dan Felisha akan menghilang di detik berikutnya.Baru setelah Felisha duduk dengan tenang dan anggun di kursinya, barulah dia sadar bahwa ini bukan mimpi. Wanita yang dia rindukan siang dan malam selama empat tahun akhirnya kembali.Tatapan Felisha hanya berhenti di wajah Zarend satu detik. Kemudian, dia menyapa dengan sopan, "Pak Zarend, sudah lama nggak bertemu."Sapaan yang begitu asing itu membuat dada Zarend terasa sesak. Selama empat tahun ini, dia membayangkan ribuan kali adegan pertemuan kembali mereka. Mungkin Felisha masih marah, mungkin Felisha akan menolak menemuinya, tetapi tak pernah dibayangkan Felisha akan bersikap sedingin ini.Sepanjang rap

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 13

    Empat tahun kemudian, di bandara ibu kota.Felisha yang mengenakan mantel baru saja turun dari pesawat. Dia segera mengenakan kacamata hitam dan masker, memastikan wajahnya tertutup rapat sebelum akhirnya berjalan keluar dengan tenang.Begitu tiba di area penjemputan, dia langsung melihat Yani berdiri di sana. Matanya terus berkeliling mencari. Hati Felisha terasa hangat. Dia berjalan ke belakang Yani dan menepuk bahunya pelan.Yani terlonjak kaget. Felisha menurunkan sedikit maskernya dan berkata pelan, "Kak Yani, ini aku."Yani menatapnya lama sekali, lalu tiba-tiba memeluk Felisha erat-erat. Suaranya bergetar. "Felisha, akhirnya kamu pulang juga."Felisha menepuk bahunya dengan lembut, memberi isyarat agar mereka segera pergi dari sana. Baru saat itu Yani tersadar dan buru-buru mendorong koper menuju tempat parkir.Begitu mereka naik ke mobil, Felisha baru melepas masker dan kacamata hitamnya, menampakkan wajahnya yang kini semakin memesona. Keadaannya jauh lebih baik dibanding empa

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 12

    Begitu berkata, Zarend tidak menghiraukan tangisan Valerie dan pergi dengan langkah lebar penuh amarah.Begitu keluar dari rumah sakit, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon asistennya. "Selidiki semua skandal Valerie dan kirimkan ke kantorku."Asisten bekerja sangat cepat. Hanya dalam dua jam, setumpuk berkas tebal sudah sampai di tangan Zarend.Zarend membuka berkas itu satu demi satu halaman. Semakin dia membaca, wajahnya semakin gelap dan amarah di dadanya semakin membara. Saat sampai di halaman terakhir, Zarend tak bisa lagi menahan diri. Kursi di hadapannya ditendang keras hingga terbalik. Makian kasar keluar dari bibirnya.Dia pertama kali bertemu Valerie di sebuah acara penghargaan. Saat itu, Valerie memang mulai dikenal, tetapi belum memenangkan apa pun. Setelah acara selesai, Zarend tanpa sengaja melihat Valerie di belakang panggung, diam-diam memberi semangat pada dirinya sendiri.Semangat dan keberanian itu persis dengan Felisha saat berusia 20 tahun. Itulah alasa

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 11

    Gerakan tangan Zarend yang hendak menekan gagang pintu mendadak membeku di tempat. Ternyata keguguran Valerie semuanya adalah rekayasa dirinya sendiri!Felisha tidak berbohong. Memang bukan dia yang melakukannya. Bahkan kejadian setengah bulan lalu, ketika Felisha dipukuli di tempat parkir bawah tanah, juga karena Valerie memprovokasi para penggemarnya untuk menyerang.Namun, Zarend justru memilih memercayai wanita munafik itu, membiarkan pelaku sebenarnya bebas, bahkan menyalahkan Felisha atas keguguran yang tidak pernah dia sebabkan. Hingga akhirnya, Felisha harus mendonorkan 800 mililiter darahnya secara cuma-cuma!Di dalam kamar rawat, Valerie sama sekali tidak sadar kalau Zarend sudah berdiri di luar pintu. Dia masih terus berbicara di telepon."Kalau saja bayi itu bukan milik orang lain, aku sebenarnya nggak rela menggugurkannya. Kalau punya anak, lebih gampang naik posisi. Tapi nggak apa-apa. Nanti setelah tubuhku pulih, aku akan hamil lagi. Kali ini pasti anak Zarend. Dia sekar

  • Penyesalan Cinta Terdalam Mantan Suami   Bab 10

    Zarend seketika tertegun. Bercerai? Kapan dia dan Felisha mengurus perceraian itu? Kenapa dia sama sekali tidak tahu? Tidak, itu tidak mungkin.Pasti Felisha hanya mengambil akta palsu untuk menipunya. Ya, pasti begitu.Zarend terus menenangkan dirinya dalam hati. Tangannya bergetar saat mengambil akta itu. Namun, begitu dia melihat isi di dalamnya, semua harapannya hancur lebur. Di kolom "suami" dan "istri" tertulis dengan jelas nama Zarend dan Felisha. Cap dari pengadilan negeri juga tampak resmi, bukan palsu. Akta cerai ini benar-benar asli!Wajah Zarend yang biasanya tenang, untuk pertama kalinya menampakkan kebingungan. Dia sama sekali tidak bisa mengingat kapan dirinya dan Felisha pernah mengurus perceraian.Asisten di sampingnya menelan ludah dengan gugup, lalu menyerahkan selembar catatan kecil dari atas rak sepatu dengan hati-hati. "Pak Zarend, Bu Felisha juga meninggalkan pesan."Zarend buru-buru mengambilnya, lalu langsung melihat satu kalimat pendek tertulis di atas kertas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status