Share

Bab 2.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2023-08-22 17:36:45

Happy Reading.

"Kak ...." Zayla menghampiri kakaknya yang masih berdiri diambang pintu. "Mama sama papa--"

"Tutup mulutmu! Jangan pernah menyebutkan nama mereka di hadapanku," potong Arion dengan cepat. Kemarahan semakin membuncah, tatkala melihat sosok adik angkatnya di sana.

Zayla terhenyak saat pertama kali mendengar suara kakaknya meninggi. Baru kali ini Arion membentak Zayla. Dari dulu dia memperlakukan Zayla layaknya seorang putri. Ia sangat menyayangi Zayla seperti adik kandungnya sendiri. Namun, sekarang rasa sayang itu berubah menjadi rasa benci yang teramat dalam.

"Kak--" Suara Zayla tercekat di tenggorokan. Kedua matanya berkaca-kaca. Entah kenapa kakak yang begitu menyayanginya kini berubah menjadi garang.

Tanpa menunggu lama lagi, Arion masuk ke dalam rumah. Meninggal Zayla seorang diri di sana. bahkan pada pelayat pun telah pergi dari kediaman Wesley. Hingga suara klakson membuyarkan lamunan Zayla.

"Maaf Nona. Anda belum membayar ongkos taksinya," ucap sopir taksi dari dalam mobil.

"Tunggu sebentar Pak," Zayla memasuki rumah berlari ke dalam kamar yang terletak di lantai dua. Ia mengambil lembaran uang di dalam dompet yang tergeletak di atas nakas. Kebetulan waktu perjalanan ke mall tadi, Zayla tidak membawa dompet, karena berencana akan menghabiskan uang papanya. Namun, yang ada justru kedua orang tuanya meninggal.

Zayla kembali ke luar rumah untuk memberikan ongkos taksi tersebut. Namun Zayla justru memasuki taksi itu lagi untuk pergi ke makam keluarga Wesley. Ia yakin bahwa kedua orang tuanya telah dikebumikan di sana. Tega sekali sang kakak melakukan semua itu tanpa kehadiran dirinya. Padahal Zayla ingin melihat wajah kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya.

Zayla menangis tersedu-sedu di atas makam kedua orang tuanya yang berdampingan. "Ma, Pa. Kenapa kalian ninggalin aku. Lantas pada siapa aku akan mengadukan keluh kesahku nanti." Isak Zayla di sela-sela tangisnya. "Maafin aku, Ma, Pa. Gara-gara aku, kalian pergi dari dunia ini." Lanjut Zayla dengan tangan yang meremas dadanya.

Rasanya sangat sesak. Zayla merasa dunianya seakan gelap atas kepergian kedua orang tuanya. Bahkan sampai saat ini ia belum juga mengetahui fakta bahwa dirinya cuma anak angkat.

Langit tiba-tiba gelap dan menurunkan air hujan saat itu juga. Seolah alam ikut merasakan kesedihan Zayla. Suara guntur terdengar begitu menggelegar di atas sana. Namun gadis cantik itu seolah tak takut dengan cuaca saat ini.

Tubuh Zayla menggigil, tatkala merasakan dingin yang sangat luar biasa akibat guyuran air hujan. Bibirnya pun membiru. Akan tetapi, Zayla masih betah memeluk batu nisan kedua orang tuanya. Hingga ada sebuah tangan kekar yang mengangkat tubuhnya. "Kak Ion ...." Lirih Zayla saat melihat wajah seseorang yang menggendongnya. Ternyata Arion lah orangnya. Ion adalah panggilan kesayangan dari Zayla untuk kakaknya tersebut.

"Merepotkan!" Gerutu Arion sangat kesal. Bukan karena khawatir dengan keadaan Zayla, melainkan tidak ada yang akan menyiapkan makan malam di rumah. Karena mulai saat ini para pelayanan di kediaman Wesley telah Arion pecat, dan akan digantikan oleh Zayla.

Setibanya di rumah, Arion dengan teganya langsung menyuruh Zayla memasak makan malam untuknya. Tanpa memperdulikan keadaan Zayla yang kedinginan. Bahkan gadis cantik itu masih menggunakan pakaian pasien karena belum berganti baju selepas pulang dari rumah sakit.

"Cepat siapkan makan malam untukku!" Titah Arion bersuara dingin. Jangan lupakan tatapannya yang sangat tajam.

"Tapi Kak--" Zayla tak melanjutkan ucapannya lagi saat mendapatkan tatapan mematikan dari kakaknya.

----------------

Zayla yang memang mahir dalam memasak tentu saja tak merasakan kesulitan sama sekali untuk menyiapkan makan malam tersebut. Walaupun badannya terasa lemas karena kondisinya belum benar-benar pulih, ditambah dengan kehujanan tadi. Ia tetap menjalankan tugasnya. Zayla tidak tahu kenapa kakaknya berubah menjadi dingin dan sedikit jahat terhadapnya.

Zayla berusaha untuk tetap berpikir positif. Mungkin karena kehilangan kedua orang tua yang mereka sayangi, membuat Arion kehilangan semangat hidup. Hingga melampiaskan rasa sedihnya dengan bersikap buruk terhadapnya.

Besok juga pasti Arion akan kembali seperti semula. Penyayang, perhatian, dan protektif terhadapnya. Begitulah pikir Zayla. Ia tersenyum senang begitu selesai menghidangkan makanan di atas meja makan. Dengan cepat gadis cantik itu memanggil sang kakak yang duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya.

"Kak, makan malam sudah siap," ucap Zayla tersenyum manis.

Arion pergi begitu saja tanpa membalas ucapan Zayla. Wajah Zayla ditekuk karena merasa sedih dengan sikap Arion terhadapnya. Ia pun mengekori sang kakak dari belakang. Namun lagi-lagi tindakannya ditentang keras oleh Arion saat ia menarik kursi di sebelah kakaknya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana! Mulai sekarang, jangan pernah makan di meja yang sama denganku! Satu lagi, perkerjaan rumah semuanya kamu yang urus," titah Arion begitu dingin.

Zayla hanya bisa menundukkan kepala karena takut akan tatapan itu. "Tapi kenapa Kak? Bukankah ada para pelayanan di rumah ini?" Zayla berkata lirih tanpa mau menatap Arion.

"Itu dulu. Saat mama dan papa masih ada. Sekarang mereka telah tiada. Jadi, saatnya kamu membalas kebaikan mereka dengan mengurus pekerjaan rumah yang telah dibangun oleh papa dari hasil jerih payahnya. Paham!" Tegas Arion tak terbantah.

Jika di pikir-pikir memang ada benarnya juga ucapan Arion. Kedua orang tuanya sangat berjasa terhadap Zayla. Ia memang harus membalas kebaikannya. Ya, walaupun Zayla masih berpikir bahwa dirinya adalah keturunan asli dari Wesley.

"Baik Kak," jawab Zayla begitu semangat. Entah karena dia yang polos atau memang bod*h, bisa-bisanya berpikir positif disaat Arion memperlakukannya layaknya seorang pembantu.

Arion tersenyum sinis saat mendengar jawab Zayla. "Gadis bod*h!" Batin Arion mencela adiknya sendiri. Ia memang tahu bahwa adiknya itu sangat polos. Jadi ia memanfaatkan kepolosannya itu untuk dibod*hi.

Zayla duduk di ruang dapur sambil menunggu kakaknya selesai makan. Bahkan perutnya sendiri pun berbunyi karena lapar. Ia hanya makan tadi pagi saat akan pergi bersama kedua orang tuanya. Namun ia harus sabar menunggu sampai kakaknya selesai dan ia akan gantian makan di sana. Zayla sangat senang bisa melihat kakaknya makan begitu lahap.

Selepas kepergian Arion dari meja makan, Zayla membereskan sisa makanan di atas, dan membawanya ke dapur. Lalu ia pun menyantap sarapannya dengan sangat lahap. Ia tak perduli memakan sisa kakaknya. Menurutnya itu adalah hal wajar yang dilakukan oleh seorang kakak beradik. Bahkan dulu Arion juga sering memakan sisa sarapannya di meja makan saat Zayla kekenyangan. Sekarang giliran Zayla yang melakukannya.

Memang benar adanya, bahwa polos dan bod*h itu beda tipis. Sama seperti Zayla saat ini. Jadi jangan sampai kita terkecoh dengan titah orang lain, sebab orang terdekat pun masih bisa memanfaatkan kebaikan saudaranya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 109.

    Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 108.

    Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 107.

    Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 106.

    Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 105.

    Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 104.

    Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status