Share

Bab 2.

Happy Reading.

"Kak ...." Zayla menghampiri kakaknya yang masih berdiri diambang pintu. "Mama sama papa--"

"Tutup mulutmu! Jangan pernah menyebutkan nama mereka di hadapanku," potong Arion dengan cepat. Kemarahan semakin membuncah, tatkala melihat sosok adik angkatnya di sana.

Zayla terhenyak saat pertama kali mendengar suara kakaknya meninggi. Baru kali ini Arion membentak Zayla. Dari dulu dia memperlakukan Zayla layaknya seorang putri. Ia sangat menyayangi Zayla seperti adik kandungnya sendiri. Namun, sekarang rasa sayang itu berubah menjadi rasa benci yang teramat dalam.

"Kak--" Suara Zayla tercekat di tenggorokan. Kedua matanya berkaca-kaca. Entah kenapa kakak yang begitu menyayanginya kini berubah menjadi garang.

Tanpa menunggu lama lagi, Arion masuk ke dalam rumah. Meninggal Zayla seorang diri di sana. bahkan pada pelayat pun telah pergi dari kediaman Wesley. Hingga suara klakson membuyarkan lamunan Zayla.

"Maaf Nona. Anda belum membayar ongkos taksinya," ucap sopir taksi dari dalam mobil.

"Tunggu sebentar Pak," Zayla memasuki rumah berlari ke dalam kamar yang terletak di lantai dua. Ia mengambil lembaran uang di dalam dompet yang tergeletak di atas nakas. Kebetulan waktu perjalanan ke mall tadi, Zayla tidak membawa dompet, karena berencana akan menghabiskan uang papanya. Namun, yang ada justru kedua orang tuanya meninggal.

Zayla kembali ke luar rumah untuk memberikan ongkos taksi tersebut. Namun Zayla justru memasuki taksi itu lagi untuk pergi ke makam keluarga Wesley. Ia yakin bahwa kedua orang tuanya telah dikebumikan di sana. Tega sekali sang kakak melakukan semua itu tanpa kehadiran dirinya. Padahal Zayla ingin melihat wajah kedua orang tuanya untuk yang terakhir kalinya.

Zayla menangis tersedu-sedu di atas makam kedua orang tuanya yang berdampingan. "Ma, Pa. Kenapa kalian ninggalin aku. Lantas pada siapa aku akan mengadukan keluh kesahku nanti." Isak Zayla di sela-sela tangisnya. "Maafin aku, Ma, Pa. Gara-gara aku, kalian pergi dari dunia ini." Lanjut Zayla dengan tangan yang meremas dadanya.

Rasanya sangat sesak. Zayla merasa dunianya seakan gelap atas kepergian kedua orang tuanya. Bahkan sampai saat ini ia belum juga mengetahui fakta bahwa dirinya cuma anak angkat.

Langit tiba-tiba gelap dan menurunkan air hujan saat itu juga. Seolah alam ikut merasakan kesedihan Zayla. Suara guntur terdengar begitu menggelegar di atas sana. Namun gadis cantik itu seolah tak takut dengan cuaca saat ini.

Tubuh Zayla menggigil, tatkala merasakan dingin yang sangat luar biasa akibat guyuran air hujan. Bibirnya pun membiru. Akan tetapi, Zayla masih betah memeluk batu nisan kedua orang tuanya. Hingga ada sebuah tangan kekar yang mengangkat tubuhnya. "Kak Ion ...." Lirih Zayla saat melihat wajah seseorang yang menggendongnya. Ternyata Arion lah orangnya. Ion adalah panggilan kesayangan dari Zayla untuk kakaknya tersebut.

"Merepotkan!" Gerutu Arion sangat kesal. Bukan karena khawatir dengan keadaan Zayla, melainkan tidak ada yang akan menyiapkan makan malam di rumah. Karena mulai saat ini para pelayanan di kediaman Wesley telah Arion pecat, dan akan digantikan oleh Zayla.

Setibanya di rumah, Arion dengan teganya langsung menyuruh Zayla memasak makan malam untuknya. Tanpa memperdulikan keadaan Zayla yang kedinginan. Bahkan gadis cantik itu masih menggunakan pakaian pasien karena belum berganti baju selepas pulang dari rumah sakit.

"Cepat siapkan makan malam untukku!" Titah Arion bersuara dingin. Jangan lupakan tatapannya yang sangat tajam.

"Tapi Kak--" Zayla tak melanjutkan ucapannya lagi saat mendapatkan tatapan mematikan dari kakaknya.

----------------

Zayla yang memang mahir dalam memasak tentu saja tak merasakan kesulitan sama sekali untuk menyiapkan makan malam tersebut. Walaupun badannya terasa lemas karena kondisinya belum benar-benar pulih, ditambah dengan kehujanan tadi. Ia tetap menjalankan tugasnya. Zayla tidak tahu kenapa kakaknya berubah menjadi dingin dan sedikit jahat terhadapnya.

Zayla berusaha untuk tetap berpikir positif. Mungkin karena kehilangan kedua orang tua yang mereka sayangi, membuat Arion kehilangan semangat hidup. Hingga melampiaskan rasa sedihnya dengan bersikap buruk terhadapnya.

Besok juga pasti Arion akan kembali seperti semula. Penyayang, perhatian, dan protektif terhadapnya. Begitulah pikir Zayla. Ia tersenyum senang begitu selesai menghidangkan makanan di atas meja makan. Dengan cepat gadis cantik itu memanggil sang kakak yang duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya.

"Kak, makan malam sudah siap," ucap Zayla tersenyum manis.

Arion pergi begitu saja tanpa membalas ucapan Zayla. Wajah Zayla ditekuk karena merasa sedih dengan sikap Arion terhadapnya. Ia pun mengekori sang kakak dari belakang. Namun lagi-lagi tindakannya ditentang keras oleh Arion saat ia menarik kursi di sebelah kakaknya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sana! Mulai sekarang, jangan pernah makan di meja yang sama denganku! Satu lagi, perkerjaan rumah semuanya kamu yang urus," titah Arion begitu dingin.

Zayla hanya bisa menundukkan kepala karena takut akan tatapan itu. "Tapi kenapa Kak? Bukankah ada para pelayanan di rumah ini?" Zayla berkata lirih tanpa mau menatap Arion.

"Itu dulu. Saat mama dan papa masih ada. Sekarang mereka telah tiada. Jadi, saatnya kamu membalas kebaikan mereka dengan mengurus pekerjaan rumah yang telah dibangun oleh papa dari hasil jerih payahnya. Paham!" Tegas Arion tak terbantah.

Jika di pikir-pikir memang ada benarnya juga ucapan Arion. Kedua orang tuanya sangat berjasa terhadap Zayla. Ia memang harus membalas kebaikannya. Ya, walaupun Zayla masih berpikir bahwa dirinya adalah keturunan asli dari Wesley.

"Baik Kak," jawab Zayla begitu semangat. Entah karena dia yang polos atau memang bod*h, bisa-bisanya berpikir positif disaat Arion memperlakukannya layaknya seorang pembantu.

Arion tersenyum sinis saat mendengar jawab Zayla. "Gadis bod*h!" Batin Arion mencela adiknya sendiri. Ia memang tahu bahwa adiknya itu sangat polos. Jadi ia memanfaatkan kepolosannya itu untuk dibod*hi.

Zayla duduk di ruang dapur sambil menunggu kakaknya selesai makan. Bahkan perutnya sendiri pun berbunyi karena lapar. Ia hanya makan tadi pagi saat akan pergi bersama kedua orang tuanya. Namun ia harus sabar menunggu sampai kakaknya selesai dan ia akan gantian makan di sana. Zayla sangat senang bisa melihat kakaknya makan begitu lahap.

Selepas kepergian Arion dari meja makan, Zayla membereskan sisa makanan di atas, dan membawanya ke dapur. Lalu ia pun menyantap sarapannya dengan sangat lahap. Ia tak perduli memakan sisa kakaknya. Menurutnya itu adalah hal wajar yang dilakukan oleh seorang kakak beradik. Bahkan dulu Arion juga sering memakan sisa sarapannya di meja makan saat Zayla kekenyangan. Sekarang giliran Zayla yang melakukannya.

Memang benar adanya, bahwa polos dan bod*h itu beda tipis. Sama seperti Zayla saat ini. Jadi jangan sampai kita terkecoh dengan titah orang lain, sebab orang terdekat pun masih bisa memanfaatkan kebaikan saudaranya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status