Share

Penyesalan Kakak Angkat
Penyesalan Kakak Angkat
Author: Vita Zhao

Bab 1.

Happy Reading.

Suara sirene memenuhi jalan raya, yang mana terjadi kecelakaan tunggal. Sebuah mobil hitam menabrak pembatas jalan. Kedua penumpang langsung mati ditempat. Sedangkan satu orang lagi masih selamat. Seorang gadis cantik bernama Zayla Oakley, yang berusia 18 tahun, tak sadarkan diri di kursi belakang. bagian kepalanya terluka, tapi tidak parah. Anggap saja hari ini adalah keberuntungannya yang masih diberikan keselamatan oleh yang maha kuasa.

Para korban terlah dibawa ke rumah sakit terdekat oleh ambulance dan tim dokter. Setibanya di sana, Zayla langsung ditangani oleh tim medis. Sedangkan kedua orang tuanya yang telah dinyatakan meninggal langsung di bawa ke ruang mayat. Pihak rumah sakit sudah menghubungi keluarga korban agar segera pergi ke rumah sakit.

Seorang laki-laki tampan tengah berlari di Koridor rumah sakit. Guratan cemas terpampang nyata di wajahnya. Dialah putra pertama dari pasangan suami istri yang baru saja mengalami kecelakaan, sekaligus kakak dari Zayla. Tubuhnya bergetar tatkala petugas rumah sakit mengarahkannya pada ruang mayat, saat ia menanyakan keberadaan korban kecelakaan tunggal tersebut.

Dadanya bergemuruh, tangannya bergetar, seolah tak mampu membuka pintu ruang mayat itu. Ia menepis segala pikiran buruk yang terlintas di benaknya. Ia berharap bukan kedua orang tuanya yang ada di dalam sana. Dengan langkah pelan, akhirnya laki-laki tersebut memasuki ruangan itu dengan jantung yang berdebar. Bahkan keringat dingin muncul di wajahnya.

Deg.

Debaran jantung menjadi tak terkontrol tatkala melihat sosok kedua orang tuanya di sana. Arion Wesley, laki-laki berusia 27 tahun itu meneteskan air mata begitu melihat orang yang paling ia sayangi terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. "Ma, Pa. Kenapa kalian pergi ninggalin aku." Isak Arion dalam tangisnya. Hatinya benar-benar sakit atas kenyataan ini. Padahal beberapa jam yang lalu, mereka masih ber teleponan.

"Satu korban lagi ada di dunia IGD, Pak. Dia masih ditangani oleh tim dokter. Beruntung adik Anda masih selamat," ucap petugas yang berjaga di ruang mayat itu.

Arion baru ingat bahwa kedua orang tuanya pergi bersama Zayla. Dengan cepat Arion keluar dari ruang mayat dan menuju ke IGD untuk melihat kondisi adiknya. Rasa marah dan benci mulai menggerogoti relung hati Arion. Andaikan Zayla tidak memaksa kedua orang tuanya untuk pergi bersamanya, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi. Kedua orang tuanya pasti masih hidup.

Arion memilih pergi dari sana dan meminta pihak rumah sakit untuk mengurus kepulangan jenazah kedua orang tuanya. Tanpa berpikir panjang, Arion akan segera memakamkan kedua orang tuanya ketika sampai di rumah. Biarlah Zayla tak melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.

"Gara-gara kamu, mama dan papa jadi meninggal, Zayla. Aku tidak akan pernah memaafkan mu." Batin Arion terus menyalahkan Zayla. Menurutnya sang adik hanya pembawa sial bagi keluarganya. Dulu, saat mama dan papanya mengadopsi Zayla dari panti asuhan, Arion harus kehilangan sang nenek yang saat itu memang sakit parah.

Ya, Zayla hanyalah anak pungut yang di adopsi dari panti asuhan Pelita Hati. Namun, Zayla tidak mengetahui akan hal itu. Karena Cassi dan Dario, kedua orang tua Arion, melarang anggota keluarganya untuk mengatakan fakta tersebut. Sebab mereka sangat menyayangi Zayla dan menganggapnya seperti anak sendiri.

*****

Zayla telah dipindahkan ke ruang VIP untuk pengobatan intensif. Lukanya memang tidak terlalu parah. Hanya saja pihak rumah sakit menjalankan sesuai dengan perintah keluarga korban. yaitu Arion. Walau bagaimana pun ia ingin adik angkatnya itu lekas pulih supaya bisa pulang dengan cepat.

Perlahan Zayla membuka matanya. Hal pertama yang ia rasakan adalah, kepalanya berdenyut nyeri. Ia menyapu ruangan bernuansa putih itu. "Aku dimana?" Gumam Zayla sambil melihat jarum infus yang menancap di punggung tangannya.

Seketika itu juga Zayla mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dimana ia dan kedua orang tuanya dalam perjalanan ke mall. Namun, di pertengahan jalan Dario mendapatkan telepon dari seseorang. Setelah panggilan berakhir papanya itu memutar arah dan kembali ke jalan pulang. Dario menambah laju kecepatan mobil yang dikendarai sampai tidak memperhatikan jalan.

Hingga akhirnya mobil tersebut lepas kendali dan menabrak pembatas jalan. Saat itu juga Zayla tidak bisa mengingat apapun lagi. Ia merasakan kepalanya dihantam oleh benda keras dan terasa pening. Sampai akhirnya Zayla benar-benar tak sadarkan diri.

"Mama, Papa." Seru Zayla dengan jantung yang berdebar. Ia mencabut jarum infus yang menancap di punggung tangannya secara paksa. Hingga mengeluarkan banyak darah. Namun Zayla seakan tak perduli dengan rasa sakit itu. Yang ia pikirkan adalah kedua orang tuanya.

Zayla pergi ke ruang rawat lainnya untuk mencari keberadaan mama dan papanya yang mungkin saja tengah di rawat juga sama seperti dirinya. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal.

Sampai akhirnya ada seorang dokter perempuan yang menghampiri Zayla. Dia adalah dokter yang menangani Zayla waktu berada di ruang IGD. "Siapa yang Anda cari, Nona?" tanya dokter tersebut dengan sopan. Ia sangat tahu siapa gadis cantik yang ada di hadapannya. Putri dari keluarga Wesley. Pengusaha terkenal di Amerika.

"Mama dan Papa saya dirawat di ruangan mana ya Dok?" tutur Zayla dengan wajah cemas.

"Apakah Anda tidak tahu kalau jasad tuan Dario dan nyonya Cassi sudah di bawa pulang oleh Tuan Arion," dokter yang bernama Mirna itu bertanya penuh selidik.

"Apa! Jasad?" ulang Zayla terkejut. Ia belum bisa mencerna ucapan dokter Mirna itu. Sebab ia merasa kedua orang tuanya masih hidup.

"Kedua orang tua Anda sudah tidak ada, Nona. Mereka langsung meninggal di tempat saat kecelakaan berlangsung," terang Mirna dengan mata sendu. Ia yakin kalau Zayla sama sekali belum mengetahui akan fakta itu.

"Enggak mungkin. Dokter pasti bohong 'kan? Mama dan papa saya masih hidup," tegas Zayla menolak fakta tersebut. Setelah itu Zayla berlari keluar dari area rumah sakit. Tujuannya adalah pulang ke rumah. Ia harus memastikan bahwa ucapan dokter Mirna tidak benar.

Zayla menghentikan taksi yang kebetulan melintas di depan rumah sakit. Kemudian ia meminta sopir tersebut untuk mengantarkannya ke rumah. Dalam perjalanan pulang Zayla terus merapalkan doa, berharap mama dan papanya baik-baik saja di rumah. Mana mungkin mereka tega meninggalkan Zayla dengan cara seperti itu. Sungguh Zayla tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai ucapan dokter Mirna benar.

Sopir taksi menghentikan mobilnya di depan rumah besar yang mana telah banyak orang di sana dengan berpakaian serba hitam. Jantung Zayla berdegup sangat kencang, tatkala melihat kakaknya berdiri diambang pintu dengan sorot mata yang tajam. Jangan lupakan bengkak di matanya karena terlalu lama menangis selepas kepergian orang tuanya.

"Kak ...."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Syaifan Anyam
sdh mampir aku kak semangat ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status