Share

Bab 3.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2023-08-22 18:24:19

Happy Reading.

Pagi harinya ...

Arion membangunkan Zayla dengan sangat kasar. Ia begitu marah karena di meja makan belum ada sarapan sama sekali. Sedangkan hari ini Arion ada meeting penting dengan klien dari London. Untuk membahas tentang proyek pembangunan pusat perbelanjaan di kota tersebut. Benar-benar membuat mood Arion hancur.

"Cepat bangun!" Sentak Arion menarik tangan Zayla sampai jatuh dari atas ranjang. Ia sama sekali tak mempunyai hati nurani.

"Aw!" Zayla meringis, tatkala merasakan sakit di bagian pinggulnya. "Ada apa Kak? Kenapa sampai membangunkan ku seperti ini," suara Zayla terdengar serak sehabis bangun tidur. Apalagi semalam ia tidak bisa memejamkan mata karena terus kepikiran dengan mama dan papanya. Hingga dini hari ia baru bisa terlelap.

"Kenapa di meja makan belum ada sarapan yang tersaji? Apa kau mau bermalas-malasan, huh! Enak saja, sudah numpang di rumah ini masih mau bersantai," geram Arion dengan suara tinggi.

"Maaf Kak. Kalo gitu aku mau masak sekarang ya. Kakak tunggu sebentar," gadis cantik itupun bergegas ke dapur. Dengan cekatan ia memasak nasi goreng agar lebih cepat. Namun, siapa sangka. Ternyata kakaknya malah pergi dari rumah dan berangkat ke kantor.

"Aku tidak lapar! Benar-benar lelet jadi wanita. Mama mengurus dan mendidik mu untuk menjadi wanita pintar dan cerdas. Bukan pemalas yang bisanya hanya numpang," lagi-lagi Arion berkata sangat pedas. Hingga kedua mata Zayla menganak sungai.

"Lain kali aku gak akan lelet, Kak. Maaf untuk hari ini. Kakak gak perlu marah-marah kayak gitu. Kasih tahu aku dengan baik, aku pasti melakukan semua tugas yang Kakak perintahkan," pinta Zayla sedikit memelas.

"Sejak kapan kau berani mengatur ku! Kau hanya orang luar di keluarga ini. Ah, sudahlah. Kau membuatku pusing saja," setelah mengatakan berbagai macam kalimat pedas, Arion benar-benar berangkat ke kantor.

Zayla yang tak mengerti dengan ucapan kakaknya hanya bisa menangis. "Kenapa Kakak mengatakan aku hanya orang luar? Apa dia sudah tak menganggap aku sebagai adiknya." Gumam Zayla tergugu-gugu dalam tangisnya. Ia hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri. Sebab kakaknya itu selalu marah-marah.

Karena Arion tak mau memakan nasi goreng buatan Zayla, akhirnya gadis itu memakannya sendiri. Ia jadi teringat dengan mendiang mama dan papanya yang selalu memanjakannya setiap saat. Bahkan mereka tak ingin melihat Zayla terluka sedikitpun. Jika dilihat-lihat, kedua orang tuanya lebih menyayangi Zayla daripada Arion, putranya sendiri.

Menurut Cassi dan Dario, Zayla itu adalah gadis malang yang dibuang dengan sengaja oleh kedua orang tuanya ke pantai asuhan. Mereka hanya ingin memberikan cinta dan kasih sayang untuk Zayla yang tak pernah ia dapatkan dari orang tua kandungnya.

Zayla mulai menyapu rumah dan setelah itu mengepelnya. Ia tidak mau kakaknya marah-marah lagi karena ia lalai dalam menjalankan tugasnya. Tak lupa Zayla membersihkan barang-barang antik di rumah itu mulai dari yang ada di dinding, atas meja, dan hiasan lainnya.

Setelah itu, Zayla juga membersihkan kamar Arion beserta kamar mandinya. Mengganti sprei, mencuci pakaian kotor, bahkan merapikan baju-baju yang berserakan di atas lantai. Zayla tak mengerti kenapa Arion menjadi jorok seperti ini. Padahal biasanya kamar kakaknya itu selalu terlihat rapi.

Tepat jam 12 siang, Zayla baru selesai dengan pekerjaan rumahnya. Ia benar-benar lelah. Rumah yang begitu luas nan besar hanya Zayla seorang yang mengurusnya. Arion sangat tega terhadap adiknya itu. Zayla juga tak bisa membantah setiap ucapan yang keluar dari mulut sang kakak. Sebab dari dulu kakaknya sudah sangat baik kepadanya.

Apalagi jika Arion sudah marah, maka Zayla sama sekali tak bisa berkutik. Ia memang gadis yang penuh dengan kelemah lembutan. Ia memasuki kamar untuk membersihkan diri. Setelah itu Zayla ingin beristirahat sebentar guna meredakan pusing di kepalanya. Ya, sejak tadi kepala Zayla terasa sangat pusing. Namun gadis itu berusaha menahannya agar tak mendapatkan amarah lagi dari sang kakak.

Dering Ponsel berhasil mengalihkan fokus Zayla. Ternyata ponselnya yang berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Serly, nama sahabatnya terpampang di layar benda pipih tersebut. Dengan cepat Zayla menjawab panggilan itu.

"Hallo, Ser?" Sapa Zayla kepada seseorang di seberang sana.

"Zay, maaf ya. Aku belum sempat ke rumah kamu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya mama dan papa kamu. Keadaan kamu sekarang gimana? Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Serly dengan suara yang terdengar khawatir.

"Iya, enggak apa-apa. Mana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergian mama dan papa. Kamu tahu sendiri kalau mereka adalah hidupku," tutur Zayla jujur. Ia memang selalu terbuka dengan sahabatnya itu. Mereka berdua sudah lama berteman, jadi tidak ada yang mereka sembunyikan satu sama lain.

"Aku janji, setelah pulang dari London, aku akan langsung ke rumah kamu. Jujur saja aku merasa tak tenang berjauhan dengan kamu Zay. Tapi aku percaya kakak kamu masih bisa menjaga kamu dengan baik. Dia benar-benar kakak yang baik. Aku sangat iri denganmu," penuturan Serly membuat hati Zayla tercubit.

"Hm yeah. Kak Ion memang sangat baik. Dari aku kecil, dia selalu menjagaku dengan sangat baik. Aku bahagia sekali mempunyai kakak seperti dia," puji Zayla semakin mengagungkan sang kakak. Padahal sejak kemarin kakaknya itu berubah menjadi jahat dan dingin.

"Baiklah, aku tutup dulu teleponnya ya. Kamu jaga diri baik-baik di sana. Buang sifat ceroboh mu itu," Serly memperingati Zayla layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya.

"Oke Mommy," Zayla terkekeh kecil saat memanggil Serly dengan sebutan mommy. Pasti sahabatnya itu sangat kesal. Karena dia tidak pernah suka jika dipanggil mommy olehnya.

Dengan berteleponan dengan sahabatnya itu membuat Zayla sedikit senang. Rasa sedih yang dari kemarin menggerogoti hatinya kini sedikit berkurang. Serly selalu bisa membuat mood Zayla membaik. Ia berharap kakaknya bisa kembali lagi ke sifat baiknya. Karena Zayla sangat membutuhkan pelukan kasih sayang dari kakaknya itu.

Di sebuah perusahaan besar yang sangat terkenal di Amerika Serikat, tengah berdiri seorang laki-laki tampan dengan tubuh tegap. Siapa lagi kalau bukan Arion. Ia menatap langit dari jendela di dalam ruang kerjanya. Pikirannya sangat kacau. Di satu sisi ia sangat membenci Zayla karena terus menyalahkannya atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Namun di sisi lain, Arion teringat dengan wasiat mama dan papanya yang menyuruhnya untuk selalu menyayangi Zayla seperti mereka menyayanginya.

Semasa hidup Cassi dan Dario, mereka selalu berpesan kepada Arion agar selalu menjaga dan menyayangi Zayla. Serta jangan sampai status Zayla sebagai anak angkat menjadi terbongkar. Karena mereka tidak mau anak gadis mereka bersedih jika sampai semuanya terbongkar

"Aaaaaargh!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 109.

    Happy Reading. 2 tahun kemudian. "Mama Biel mau cucu," teriak bocah berusia 2 tahun setengah sambil merengek manja minta dibuatin susu. Logatnya masih belepotan dan dibuat buat cadel, padahal Gabriel sudah bisa mengucapkan huruf R, hanya saja bocah itu kadang manja dan berbicara seperti itu. "Iya, sayang. tunggu sebentar. Mama lagi ganti popok adik kamu," balas Zayla dari dalam kamar. Yeah, dia sudah punya anak lagi berjenis kelamin perempuan. "Mana biar aku yang ganti pokok si cantik, kamu temui Gabriel sebelum anak itu berulah," Arion mengambil alih pekerjaan sang istri yang belum selesai mengganti popok sang putri. "Makasih, Dear," satu kecupan mendarat sempurna di pipi Arion dari sang istri tercinta. Arion tersenyum lembut kepada bayi mungil nan cantik versi dirinya perempuan. Kedua anaknya mewarisi wajah Arion semua, Zayla hanya mengandung dan melahirkannya tanpa ada satupun anak-anaknya yang mirip dengannya. Gisella Arieta Wesley, nama yang cantik secantik wajah bayi mung

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 108.

    Happy Reading. Randy menatap sang adik yang baru pulang dari cafe depan setelah makan siang bersama dengan Johan. Wajah ibu hamil itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah sudah mati rasa akan cinta. Ah, bukankah Laudya memang tidak pernah jatuh cinta selama ini? Kepada Rafly pun ia tidak merasakannya dan cuma sebatas partner ranjang saja. "Gimana?" cetus Randy bertanya kepada sang adik, ia sangat penasaran proses Johan mendekati adiknya tersebut. "Gimana apanya?" Laudya justru bertanya balik karena tak mengerti dengan maksud dari ucapan sang Kakak. "Acara makan siang tadi," Randy tidak langsung to the point, tangannya meletakkan lap meja yang sedari tadi ia genggam sehabis membersihkan tempat di sana karena sebentar lagi toko kue akan segera tutup. "Lancar," jawab Laudya sekenanya, ia tidak berpikir kalau pertanyaan sang Kakak mengarahkan pada hal lain bukan pada acara makan siang saja. Randy menghela nafas kasar karena sang adik tak kunjung mengerti maksud perkataannya, s

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 107.

    Happy Reading. Kota D. Laudya dan Randy sukses memulai hidup baru hanya berdua di sana. Kehamilan Laudya sudah berusia 3 bulan, dia sangat sehat dan bisa bekerja dari rumah dengan membuka usaha usaha kecil-kecilan, yaitu toko kue aneka rasa. Sisa uang pemberian dari Rafly masih sangat banyak, tetapi tidak Laudya pakai semuanya karena dipersiapkan untuk biaya persalinannya nanti. Sekarang tabungannya mulai menipis setelah membuka toko kue dengan biaya pembelian tanah yang cukup mahal. Meskipun mereka tinggal jauh dari kota besar, tetap saja apa-apa serba mahal. Itupun menghabiskan hampir semua tabungan yang Laudya punya. Sebagian kecil ia sisakan untuk calon anaknya nanti. Laudya memang berbakat di bidang pembuatan kue sesuai dengan kemampuannya selama ini. Sebelumnya dia juga bekerja di pabrik kue pie dan kek, sekarang dia tidak akan kesulitan jika membuka toko kue kecil-kecilan karena sudah berpengalaman di bidang tersebut. Akan tetapi, Laudya sedikit bimbang karena semakin bert

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 106.

    Happy Reading. Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah dua bulan dari kematian Juanda. Semua orang sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing, begitu juga dengan Zayla yang kembali memasuki kuliah di fakultas yang sama dengan Serly. Kehadirannya di sana disambut hangat oleh teman-temannya di kampus. Mengenai Gabriel sudah ada Ririn yang menjaganya selama Zayla beraktivitas di kampus. "Aku seneng banget bisa menikmati suasana kampus walaupun di kampus yang berbeda. Tapi, di sini aku mendapatkan kenyamanan yang sangat luar biasa yang enggak aku dapatkan di kampus sebelumnya," ucap Zayla sambil menikmati suasana taman di belakang kampus. "Aku ikut bahagia, Zay. Ini adalah impianku dari dulu bisa satu kampus sama kamu," Serly tersenyum senang kepada sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Uh, sayang banyak sama Kakak iparku yang cantik ini," pelukan hangat Zayla berikan kepada Serly, mereka berdua sama-sama bahagia akan hal itu. Takdir berpihak kepadanya sehingga tetap menyatukan

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 105.

    Happy Reading. Rula menangis histeris saat mengetahui bahwa Papanya sudah meninggal dalam keadaan mengenaskan. Sungguh hatinya sangat sakit, walaupun ia tahu orang seperti apa sang Papa, tetap saja tidak ada seorang anak yang membenci Papanya sendiri. Roger mendekati sang istri yang duduk di samping makam mertuanya. Padahal dia belum sempat bertatap muka dengan Juanda bahkan di hari pernikahannya sekalipun dia tidak bisa menghubunginya. Roger menyerahkan semuanya ke wali hakim saat melaksanakan acara pernikahan kala itu bersama Rula. "Jangan menangis, kasian anak kita," ucap Roger memperingatkan sang istri akan calon anaknya. "Kamu enggak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai di dunia ini. Papa adalah cinta pertamaku, bagaimana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergiannya, apa kamu waras berkata seperti itu, huh!" akibat terlalu sedih, Rula marah-marah kepada suaminya sendiri dan salah mengartikan ucapan Roger barusan. 'Sabar Roger, hormon ibu hamil memang naik

  • Penyesalan Kakak Angkat   Bab 104.

    Happy Reading. Jika kemarin adalah hari bahagia bagi Ansel dan Serly, sekarang adalah hari terbahagia bagi Zayla dan Arion. Sesuai yang telah direncanakan, mereka berdua melangsungkan acara resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang 5 milik keluarganya sendiri di tengah-tengah kota. Tamu yang hadir melebihi banyaknya tamu Ansel dan Serly 2 minggu yang lalu, sekarang pengantin baru itu turut andil dalam pernikahan Zayla dan Arion. Bahkan mereka lah yang meng-handle semua persiapan acara tersebut. Semua anggota keluarga mengucapkan selamat kepada sang pengantin baru, yeah anggaplah begitu walaupun mereka sudah lama resmi menjadi pasangan suami istri. Sekarang hanyalah pesta perayaannya yang digelar sangat mewah. "Aku enggak nyangka bisa hidup bersamamu," ucap Arion tak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri. "Aneh ya, Kak. Kita dibesarkan sebagai Kakak dan Adik, eh sekarang malah jadi pasangan suami istri," balas Saya terkekeh kecil. "Andaikan Mama sama Papa masih ada, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status