Share

Bab 3.

Happy Reading.

Pagi harinya ...

Arion membangunkan Zayla dengan sangat kasar. Ia begitu marah karena di meja makan belum ada sarapan sama sekali. Sedangkan hari ini Arion ada meeting penting dengan klien dari London. Untuk membahas tentang proyek pembangunan pusat perbelanjaan di kota tersebut. Benar-benar membuat mood Arion hancur.

"Cepat bangun!" Sentak Arion menarik tangan Zayla sampai jatuh dari atas ranjang. Ia sama sekali tak mempunyai hati nurani.

"Aw!" Zayla meringis, tatkala merasakan sakit di bagian pinggulnya. "Ada apa Kak? Kenapa sampai membangunkan ku seperti ini," suara Zayla terdengar serak sehabis bangun tidur. Apalagi semalam ia tidak bisa memejamkan mata karena terus kepikiran dengan mama dan papanya. Hingga dini hari ia baru bisa terlelap.

"Kenapa di meja makan belum ada sarapan yang tersaji? Apa kau mau bermalas-malasan, huh! Enak saja, sudah numpang di rumah ini masih mau bersantai," geram Arion dengan suara tinggi.

"Maaf Kak. Kalo gitu aku mau masak sekarang ya. Kakak tunggu sebentar," gadis cantik itupun bergegas ke dapur. Dengan cekatan ia memasak nasi goreng agar lebih cepat. Namun, siapa sangka. Ternyata kakaknya malah pergi dari rumah dan berangkat ke kantor.

"Aku tidak lapar! Benar-benar lelet jadi wanita. Mama mengurus dan mendidik mu untuk menjadi wanita pintar dan cerdas. Bukan pemalas yang bisanya hanya numpang," lagi-lagi Arion berkata sangat pedas. Hingga kedua mata Zayla menganak sungai.

"Lain kali aku gak akan lelet, Kak. Maaf untuk hari ini. Kakak gak perlu marah-marah kayak gitu. Kasih tahu aku dengan baik, aku pasti melakukan semua tugas yang Kakak perintahkan," pinta Zayla sedikit memelas.

"Sejak kapan kau berani mengatur ku! Kau hanya orang luar di keluarga ini. Ah, sudahlah. Kau membuatku pusing saja," setelah mengatakan berbagai macam kalimat pedas, Arion benar-benar berangkat ke kantor.

Zayla yang tak mengerti dengan ucapan kakaknya hanya bisa menangis. "Kenapa Kakak mengatakan aku hanya orang luar? Apa dia sudah tak menganggap aku sebagai adiknya." Gumam Zayla tergugu-gugu dalam tangisnya. Ia hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri. Sebab kakaknya itu selalu marah-marah.

Karena Arion tak mau memakan nasi goreng buatan Zayla, akhirnya gadis itu memakannya sendiri. Ia jadi teringat dengan mendiang mama dan papanya yang selalu memanjakannya setiap saat. Bahkan mereka tak ingin melihat Zayla terluka sedikitpun. Jika dilihat-lihat, kedua orang tuanya lebih menyayangi Zayla daripada Arion, putranya sendiri.

Menurut Cassi dan Dario, Zayla itu adalah gadis malang yang dibuang dengan sengaja oleh kedua orang tuanya ke pantai asuhan. Mereka hanya ingin memberikan cinta dan kasih sayang untuk Zayla yang tak pernah ia dapatkan dari orang tua kandungnya.

Zayla mulai menyapu rumah dan setelah itu mengepelnya. Ia tidak mau kakaknya marah-marah lagi karena ia lalai dalam menjalankan tugasnya. Tak lupa Zayla membersihkan barang-barang antik di rumah itu mulai dari yang ada di dinding, atas meja, dan hiasan lainnya.

Setelah itu, Zayla juga membersihkan kamar Arion beserta kamar mandinya. Mengganti sprei, mencuci pakaian kotor, bahkan merapikan baju-baju yang berserakan di atas lantai. Zayla tak mengerti kenapa Arion menjadi jorok seperti ini. Padahal biasanya kamar kakaknya itu selalu terlihat rapi.

Tepat jam 12 siang, Zayla baru selesai dengan pekerjaan rumahnya. Ia benar-benar lelah. Rumah yang begitu luas nan besar hanya Zayla seorang yang mengurusnya. Arion sangat tega terhadap adiknya itu. Zayla juga tak bisa membantah setiap ucapan yang keluar dari mulut sang kakak. Sebab dari dulu kakaknya sudah sangat baik kepadanya.

Apalagi jika Arion sudah marah, maka Zayla sama sekali tak bisa berkutik. Ia memang gadis yang penuh dengan kelemah lembutan. Ia memasuki kamar untuk membersihkan diri. Setelah itu Zayla ingin beristirahat sebentar guna meredakan pusing di kepalanya. Ya, sejak tadi kepala Zayla terasa sangat pusing. Namun gadis itu berusaha menahannya agar tak mendapatkan amarah lagi dari sang kakak.

Dering Ponsel berhasil mengalihkan fokus Zayla. Ternyata ponselnya yang berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Serly, nama sahabatnya terpampang di layar benda pipih tersebut. Dengan cepat Zayla menjawab panggilan itu.

"Hallo, Ser?" Sapa Zayla kepada seseorang di seberang sana.

"Zay, maaf ya. Aku belum sempat ke rumah kamu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya mama dan papa kamu. Keadaan kamu sekarang gimana? Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Serly dengan suara yang terdengar khawatir.

"Iya, enggak apa-apa. Mana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergian mama dan papa. Kamu tahu sendiri kalau mereka adalah hidupku," tutur Zayla jujur. Ia memang selalu terbuka dengan sahabatnya itu. Mereka berdua sudah lama berteman, jadi tidak ada yang mereka sembunyikan satu sama lain.

"Aku janji, setelah pulang dari London, aku akan langsung ke rumah kamu. Jujur saja aku merasa tak tenang berjauhan dengan kamu Zay. Tapi aku percaya kakak kamu masih bisa menjaga kamu dengan baik. Dia benar-benar kakak yang baik. Aku sangat iri denganmu," penuturan Serly membuat hati Zayla tercubit.

"Hm yeah. Kak Ion memang sangat baik. Dari aku kecil, dia selalu menjagaku dengan sangat baik. Aku bahagia sekali mempunyai kakak seperti dia," puji Zayla semakin mengagungkan sang kakak. Padahal sejak kemarin kakaknya itu berubah menjadi jahat dan dingin.

"Baiklah, aku tutup dulu teleponnya ya. Kamu jaga diri baik-baik di sana. Buang sifat ceroboh mu itu," Serly memperingati Zayla layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya.

"Oke Mommy," Zayla terkekeh kecil saat memanggil Serly dengan sebutan mommy. Pasti sahabatnya itu sangat kesal. Karena dia tidak pernah suka jika dipanggil mommy olehnya.

Dengan berteleponan dengan sahabatnya itu membuat Zayla sedikit senang. Rasa sedih yang dari kemarin menggerogoti hatinya kini sedikit berkurang. Serly selalu bisa membuat mood Zayla membaik. Ia berharap kakaknya bisa kembali lagi ke sifat baiknya. Karena Zayla sangat membutuhkan pelukan kasih sayang dari kakaknya itu.

Di sebuah perusahaan besar yang sangat terkenal di Amerika Serikat, tengah berdiri seorang laki-laki tampan dengan tubuh tegap. Siapa lagi kalau bukan Arion. Ia menatap langit dari jendela di dalam ruang kerjanya. Pikirannya sangat kacau. Di satu sisi ia sangat membenci Zayla karena terus menyalahkannya atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Namun di sisi lain, Arion teringat dengan wasiat mama dan papanya yang menyuruhnya untuk selalu menyayangi Zayla seperti mereka menyayanginya.

Semasa hidup Cassi dan Dario, mereka selalu berpesan kepada Arion agar selalu menjaga dan menyayangi Zayla. Serta jangan sampai status Zayla sebagai anak angkat menjadi terbongkar. Karena mereka tidak mau anak gadis mereka bersedih jika sampai semuanya terbongkar

"Aaaaaargh!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status