Happy Reading.
Pagi harinya ...Arion membangunkan Zayla dengan sangat kasar. Ia begitu marah karena di meja makan belum ada sarapan sama sekali. Sedangkan hari ini Arion ada meeting penting dengan klien dari London. Untuk membahas tentang proyek pembangunan pusat perbelanjaan di kota tersebut. Benar-benar membuat mood Arion hancur."Cepat bangun!" Sentak Arion menarik tangan Zayla sampai jatuh dari atas ranjang. Ia sama sekali tak mempunyai hati nurani."Aw!" Zayla meringis, tatkala merasakan sakit di bagian pinggulnya. "Ada apa Kak? Kenapa sampai membangunkan ku seperti ini," suara Zayla terdengar serak sehabis bangun tidur. Apalagi semalam ia tidak bisa memejamkan mata karena terus kepikiran dengan mama dan papanya. Hingga dini hari ia baru bisa terlelap."Kenapa di meja makan belum ada sarapan yang tersaji? Apa kau mau bermalas-malasan, huh! Enak saja, sudah numpang di rumah ini masih mau bersantai," geram Arion dengan suara tinggi."Maaf Kak. Kalo gitu aku mau masak sekarang ya. Kakak tunggu sebentar," gadis cantik itupun bergegas ke dapur. Dengan cekatan ia memasak nasi goreng agar lebih cepat. Namun, siapa sangka. Ternyata kakaknya malah pergi dari rumah dan berangkat ke kantor."Aku tidak lapar! Benar-benar lelet jadi wanita. Mama mengurus dan mendidik mu untuk menjadi wanita pintar dan cerdas. Bukan pemalas yang bisanya hanya numpang," lagi-lagi Arion berkata sangat pedas. Hingga kedua mata Zayla menganak sungai."Lain kali aku gak akan lelet, Kak. Maaf untuk hari ini. Kakak gak perlu marah-marah kayak gitu. Kasih tahu aku dengan baik, aku pasti melakukan semua tugas yang Kakak perintahkan," pinta Zayla sedikit memelas."Sejak kapan kau berani mengatur ku! Kau hanya orang luar di keluarga ini. Ah, sudahlah. Kau membuatku pusing saja," setelah mengatakan berbagai macam kalimat pedas, Arion benar-benar berangkat ke kantor.Zayla yang tak mengerti dengan ucapan kakaknya hanya bisa menangis. "Kenapa Kakak mengatakan aku hanya orang luar? Apa dia sudah tak menganggap aku sebagai adiknya." Gumam Zayla tergugu-gugu dalam tangisnya. Ia hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri. Sebab kakaknya itu selalu marah-marah.Karena Arion tak mau memakan nasi goreng buatan Zayla, akhirnya gadis itu memakannya sendiri. Ia jadi teringat dengan mendiang mama dan papanya yang selalu memanjakannya setiap saat. Bahkan mereka tak ingin melihat Zayla terluka sedikitpun. Jika dilihat-lihat, kedua orang tuanya lebih menyayangi Zayla daripada Arion, putranya sendiri.Menurut Cassi dan Dario, Zayla itu adalah gadis malang yang dibuang dengan sengaja oleh kedua orang tuanya ke pantai asuhan. Mereka hanya ingin memberikan cinta dan kasih sayang untuk Zayla yang tak pernah ia dapatkan dari orang tua kandungnya.Zayla mulai menyapu rumah dan setelah itu mengepelnya. Ia tidak mau kakaknya marah-marah lagi karena ia lalai dalam menjalankan tugasnya. Tak lupa Zayla membersihkan barang-barang antik di rumah itu mulai dari yang ada di dinding, atas meja, dan hiasan lainnya.Setelah itu, Zayla juga membersihkan kamar Arion beserta kamar mandinya. Mengganti sprei, mencuci pakaian kotor, bahkan merapikan baju-baju yang berserakan di atas lantai. Zayla tak mengerti kenapa Arion menjadi jorok seperti ini. Padahal biasanya kamar kakaknya itu selalu terlihat rapi.Tepat jam 12 siang, Zayla baru selesai dengan pekerjaan rumahnya. Ia benar-benar lelah. Rumah yang begitu luas nan besar hanya Zayla seorang yang mengurusnya. Arion sangat tega terhadap adiknya itu. Zayla juga tak bisa membantah setiap ucapan yang keluar dari mulut sang kakak. Sebab dari dulu kakaknya sudah sangat baik kepadanya.Apalagi jika Arion sudah marah, maka Zayla sama sekali tak bisa berkutik. Ia memang gadis yang penuh dengan kelemah lembutan. Ia memasuki kamar untuk membersihkan diri. Setelah itu Zayla ingin beristirahat sebentar guna meredakan pusing di kepalanya. Ya, sejak tadi kepala Zayla terasa sangat pusing. Namun gadis itu berusaha menahannya agar tak mendapatkan amarah lagi dari sang kakak.Dering Ponsel berhasil mengalihkan fokus Zayla. Ternyata ponselnya yang berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Serly, nama sahabatnya terpampang di layar benda pipih tersebut. Dengan cepat Zayla menjawab panggilan itu."Hallo, Ser?" Sapa Zayla kepada seseorang di seberang sana."Zay, maaf ya. Aku belum sempat ke rumah kamu. Aku turut berduka cita atas meninggalnya mama dan papa kamu. Keadaan kamu sekarang gimana? Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Serly dengan suara yang terdengar khawatir."Iya, enggak apa-apa. Mana mungkin aku baik-baik saja setelah kepergian mama dan papa. Kamu tahu sendiri kalau mereka adalah hidupku," tutur Zayla jujur. Ia memang selalu terbuka dengan sahabatnya itu. Mereka berdua sudah lama berteman, jadi tidak ada yang mereka sembunyikan satu sama lain."Aku janji, setelah pulang dari London, aku akan langsung ke rumah kamu. Jujur saja aku merasa tak tenang berjauhan dengan kamu Zay. Tapi aku percaya kakak kamu masih bisa menjaga kamu dengan baik. Dia benar-benar kakak yang baik. Aku sangat iri denganmu," penuturan Serly membuat hati Zayla tercubit."Hm yeah. Kak Ion memang sangat baik. Dari aku kecil, dia selalu menjagaku dengan sangat baik. Aku bahagia sekali mempunyai kakak seperti dia," puji Zayla semakin mengagungkan sang kakak. Padahal sejak kemarin kakaknya itu berubah menjadi jahat dan dingin."Baiklah, aku tutup dulu teleponnya ya. Kamu jaga diri baik-baik di sana. Buang sifat ceroboh mu itu," Serly memperingati Zayla layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya."Oke Mommy," Zayla terkekeh kecil saat memanggil Serly dengan sebutan mommy. Pasti sahabatnya itu sangat kesal. Karena dia tidak pernah suka jika dipanggil mommy olehnya.Dengan berteleponan dengan sahabatnya itu membuat Zayla sedikit senang. Rasa sedih yang dari kemarin menggerogoti hatinya kini sedikit berkurang. Serly selalu bisa membuat mood Zayla membaik. Ia berharap kakaknya bisa kembali lagi ke sifat baiknya. Karena Zayla sangat membutuhkan pelukan kasih sayang dari kakaknya itu.Di sebuah perusahaan besar yang sangat terkenal di Amerika Serikat, tengah berdiri seorang laki-laki tampan dengan tubuh tegap. Siapa lagi kalau bukan Arion. Ia menatap langit dari jendela di dalam ruang kerjanya. Pikirannya sangat kacau. Di satu sisi ia sangat membenci Zayla karena terus menyalahkannya atas kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya. Namun di sisi lain, Arion teringat dengan wasiat mama dan papanya yang menyuruhnya untuk selalu menyayangi Zayla seperti mereka menyayanginya.Semasa hidup Cassi dan Dario, mereka selalu berpesan kepada Arion agar selalu menjaga dan menyayangi Zayla. Serta jangan sampai status Zayla sebagai anak angkat menjadi terbongkar. Karena mereka tidak mau anak gadis mereka bersedih jika sampai semuanya terbongkar"Aaaaaargh!"Happy Reading.Arion memasuki rumah dengan perasaan kesal. Ia mencari Zayla ke kamarnya. "Zayla! Zayla!" Teriak Arion menggedor pintu kamar sang adik dengan keras. Kebetulan pintu kamar Zayla dikunci karena gadis itu sedang mandi."Ada apa Kak?" ucap Zayla terburu-buru keluar dari dalam kamar mandi. Bahkan dia belum menyisir rambutnya yang basah sehabis keramas. Beruntungnya Zayla sudah menggunakan pakaian lengkap. Jadi ia siap kapan saja jika Arion memberikan tugas tambahan."Siapa yang menyuruhmu mengganti gorden di ruang tengah, huh!" Arion sangat marah begitu memasuki rumah, tiba-tiba gorden warna kesukaan mamanya telah diganti tanpa izin oleh Zayla. Padahal selama ini ia sudah melarang siapa pun untuk tidak mengganti gorden itu kalau bukan mamanya sendiri yang memintanya untuk agar diganti. "Gordennya aku cuci, Kak. Karena sudah kotor dan berdebu. Aku cuma menggantinya untuk sementara waktu. Setelah gorden itu kering, aku akan langsung memasangnya lagi," tutur Zayla panjang leba
Happy Reading."Zayla! Bangun!" Arion mengguncang tubuh Zayla, berharap gadis cantik itu terbangun.Keringat dingin membasahi wajah cantik Zayla. Ia terlihat gelisah dan terus memanggil nama mama dan papanya. Sampai akhirnya Zayla benar-benar membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal.Nafas Zayla memburu. Ia cukup merasa lega begitu melihat ada sang kakak di hadapannya. "Kak!" Gadis cantik itu langsung menghambur ke pelukan hangat Arion. Sedangkan yang dipeluk sama sekali tidak memberikan respon apapun."Lepas! Jangan cengeng. Mana main sebut mama dan papa lagi," Arion melepaskan pelukan Zayla dengan kasar. Tujuannya kesana adalah, untuk meminta disiapkan air hangat seperti tadi malam.Namun Zayla justru masih tertidur. Lebih parahnya lagi adiknya itu malah mengigau, sangat menjengkelkan menurut Arion."Aku bermimpi ketemu sama mama dan papa, Kak. Kami ketemu di sebuah taman. Tapi, disaat aku ingin ikut bersamanya, mereka justru menangis dalam pelukanku, dan berkata, " Maafkan
Happy Reading. Pagi-pagi sekali, Arion menyuruh Zayla untuk bersiap karena mereka akan pergi ke luar negeri. Awalnya Arion hanya ingin pindah rumah ke luar kita saja, tetapi ia mengingat sebagian saham properti di perusahaannya juga ada di kota J. Jadi, Arion memilih untuk pindah ke sana saja sambil lalu mengembangkan bisnisnya di kota itu. Untuk perusahaan yang ada di kota A, ini. Arion memasrahkannya kepada Zack, asisten pribadinya. Ia belum tahu sampai kapan akan tinggal di kota Jakarta, karena mungkin saja ia masih akan kembali lagi ke A. "Zayla! cepat! Kenapa lelet sekali sih." Teriak Arion dari lantai bawah. Sudah 1 jam ia menunggu adik angkatnya yang sedang bersiap di dalam kamar. "Maaf, Kak. Aku sedang mengemas barang-barang yang akan kita bawa ke rumah yang baru," ucap Zayla terburu-buru menuruni anak tangga dengan menarik satu koper besar. "Untuk apa membawa barang sebanyak itu, huh! Merepotkan!" Geramnya menatap Zayla deng
Happy Reading. "Kak, bolehkah aku kuliah di Fakultas Gremora?" Zayla bertanya sangat hati-hati karena takut terkena amukan lagi oleh sang kakak. Sebab, ia sudah mengganggu kegiatan Arion di ruang kerjanya. Menunggu besok pun sepertinya tak ada guna. Arion pasti akan berangkat ke perusahaan yang telah dia kuasai sebagian saham propertinya Arion menatap Zayla begitu tajam, sehingga menciptakan suasana mencekam di ruangan tersebut. Gadis cantik itu hanya bisa menundukkan kepala begitu dalam, ia sangat takut melihat ekspresi dingin Arion. "Untuk apa kamu masuk kuliah? Jika kamu kuliah, siapa yang akan menggantikan tugas mu di rumah ini. Ingat! Aku enggak akan pernah memperkerjakan asisten rumah tangga di sini," kecam Arion penuh penekanan. "Aku janji akan tetap menjalankan tugasku dengan baik Kak. Tolong izinkan aku kuliah ya," pinta Zayla sangat memohon kepada sang kakak angkat. "Kalau aku enggak mau membiayai kuliah mu, gimana?" Arion
Happy Reading. Seperti Biasa, Arion tidak memakai kemeja yang telah dicuci dan dikeringkan semalaman oleh Zayla. Ia berangkat ke perusahaan menggunakan kemeja yang lain, membuat jerih payah Zayla sia-sia saja. Meskipun begitu, Zayla tetap melayani sang kakak dengan sangat baik, ia sudah bertekad bahwa akan meluluhkan hati Arion supaya bisa kembali seperti dulu lagi Arion telah sampai di depan gedung besar pencakar langit yang bertuliskan nama 'Rengganis' di depan gedung tersebut. Perusahaan terbesar di kota J yang bergerak di bidang properti, sebagian saham di sana adalah milik keluarga Wesley, karena Dario sudah membelinya dulu saat ia masih hidup dan tinggal di kota tersebut. Kedatangan Arion membuat gempar seisi perusahaan tersebut. Para karyawan menatap takjub akan ketampanan Arion yang sangat mempesona seolah bercahaya terang di mata mereka. Sikap dingin Arion semakin menambah kesan seksi di sana, belum lagi postur tubuhnya yang tinggi tegap, hidup
Happy Reading. Hari pertama mengikuti ospek, membuat Zayla sedikit kelelahan karena sengaja dikerjai habis-habisan oleh kakak seniornya yang bernama Rula Yocelyn. Dia sangat tidak suka akan kehadiran sosok Zayla di kampus tersebut, pria incarannya justru mendekati mahasiswi itu sehingga membuat Rula menaruh dendam kepadanya. Rula menyukai Ansel, teman seangkatannya. Hanya saja pria itu tidak sedikitpun menaruh rasa kepada Rula. Kehadiran Zayla mampu membuka hati seorang Ansel yang selama ini tertutup. "Capek? Ini, minumlah," ucap Ansel seraya seraya memberikan satu botol air mineral kepada Zayla. "Ah, enggak usah, Kak. Makasih. Aku ada juga kok," tolak Zayla dengan halus. Ia pun mengambil air miliknya di dalam tas, Zayla hanya ingin menjaga jarak dari siapa pun demi kelangsungan hidupnya. Sebab, ancaman Arion masih terus terngiang di ingatannya. "Oke," Ansel sama sekali tidak kecewa atas penolakan itu, justru ia semakin kagum dengan
Happy Reading. Suara bel rumah berhasil mengganggu ketenangan Zayla yang sedang memasak di dapur. "Siapa yang bertamu di pagi-pagi buta begini." Gumam Zayla sembari melangkah untuk membukakan pintu rumah. Zayla mengerutkan kening tatkala melihat tamu siapa yang datang. Seorang wanita dewasa berpakaian seksi sedang berdiri di hadapannya. "Maaf, cari siapa ya?" Tanya Zayla bersikap sopan. "Arion nya ada?" wanita seksi itu justru menanyakan keberadaan Arion. Wajahnya terlihat sangat judes dan ... Genit. Yeah, Zayla dapat melihatnya dari gerakan wanita tersebut yang sejak tadi tak bisa diam. "Kakak masih tidur, mungkin sebentar lagi dia bangun," balas Zayla berusaha tersenyum ramah. Walau bagaimanapun, wanita seksi itu adalah tamu sang kakak. "Kakak? Jadi, kamu adiknya Arion? Wah, cantik banget. Perkenalkan namaku Bianca," setelah mengetahui status Zayla yang ternyata adalah adik dari pria yang dia cintai, tentu sikap Bianca berubah mele
Happy Reading. Wajah Zayla terlihat sangat pucat. Sudah satu bulan ini ia disibukkan dengan aktivitas di kampus, belum lagi aktivitasnya di rumah yang sangat berat, sehingga membuat tenaganya melemah. Kurangnya istirahat membuat kekebalan tubuh Zayla menurun. Akan tetapi, Zayla berusaha terlihat baik-baik saja di depan sang kakak agar tak mendapatkan omelan lagi karena sudah menjadi wanita lemah. Mengenai nasibnya di kampus yang selalu ditekan dan diancam oleh Rula membuat psikisnya sedikit terguncang. Bahkan saat pulang ke rumah pun ia harus dihadapkan dengan kemesraan sang kakak dengan kekasihnya yang tidak Zayla sukai. Seperti sekarang, Bianca duduk di atas pangkuan Arion dengan tangan yang bergerak nakal. Zayla merasa tidak rela jika sampai kakaknya dinodai oleh wanita seperti Bianca itu. Entah kenapa feelingnya mengatakan bahwa kekasih sang kakak bukanlah wanita baik-baik. "Sarapannya sudah siap, Kak. Kalau begitu aku ke kamar dulu dan be