Happy Reading.
Arion memasuki rumah dengan perasaan kesal. Ia mencari Zayla ke kamarnya. "Zayla! Zayla!" Teriak Arion menggedor pintu kamar sang adik dengan keras. Kebetulan pintu kamar Zayla dikunci karena gadis itu sedang mandi."Ada apa Kak?" ucap Zayla terburu-buru keluar dari dalam kamar mandi. Bahkan dia belum menyisir rambutnya yang basah sehabis keramas. Beruntungnya Zayla sudah menggunakan pakaian lengkap. Jadi ia siap kapan saja jika Arion memberikan tugas tambahan."Siapa yang menyuruhmu mengganti gorden di ruang tengah, huh!" Arion sangat marah begitu memasuki rumah, tiba-tiba gorden warna kesukaan mamanya telah diganti tanpa izin oleh Zayla. Padahal selama ini ia sudah melarang siapa pun untuk tidak mengganti gorden itu kalau bukan mamanya sendiri yang memintanya untuk agar diganti."Gordennya aku cuci, Kak. Karena sudah kotor dan berdebu. Aku cuma menggantinya untuk sementara waktu. Setelah gorden itu kering, aku akan langsung memasangnya lagi," tutur Zayla panjang lebar agar kakaknya tidak salah paham."Alasan! Pokoknya malam ini gorden itu harus sudah diganti!" Geram Arion dengan mata menyala."Tapi gordennya masih basah, Kak. Bagaimana caranya aku mengeringkannya," Zayla menatap sendu pada kakaknya itu. Mengeringkan gorden dalam waktu singkat sangatlah mustahil. Kecuali Zayla diizinkan menggunakan pengering pakaian di dalam ruangan khusus. Tapi kakaknya itu sudah melarangnya sejak kemarin agar tidak menyentuh barang-barang yang ada di ruangan khusus."Aku tidak mau tahu! Pokoknya besok pagi saat aku bangun, gorden itu sudah diganti dengan gorden yang sebelumnya!" Tegas Arion penuh penekanan. "Cepat siapkan air hangat. Aku mau mandi," titahnya lagi yang benar-benar membuat Zayla seperti seorang pembantu.Bahkan para pelayanan di rumah itu saat masih berkerja tidak ada yang ditugaskan untuk menyiapkan air hangat ketika Arion ingin mandi. Laki-laki itu terbilang mandiri dan tak mau ada satu orang pun yang menyentuh barangnya, kecuali orang-orang terdekatnya."Baik Kak," Zayla bergegas memasuki kamar Arion yang berhadapan dengan kamarnya. Dengan cekatan Zayla mengisi bathtub dengan air hangat. Serta menyiapkan handuk di atas wastafel agar Arion bisa dengan mudah meraihnya setelah selesai mandi."Sudah siap Kak," ucap Zayla saat berpapasan dengan Arion di kamar laki-laki tersebut."Jangan lupa siapkan pakaian ganti untukku," sungguh perlakuan Arion sangat keterlaluan. Namun Zayla sama sekali tidak keberatan. Ia merasa memang bertanggungjawab atas semua kebutuhan kakaknya. Sebab Arion lah yang menjadi tulang punggung keluarga sekarang. Yang pastinya sangat lelah dalam menjalankan bisnis di perusahaan Wesley."Siap Kak," apa itu! Kenapa Zayla malah terlihat senang saat diperintahkan ini dan itu oleh Arion. Benar-benar menjengkelkan."Gadis aneh," gumam Arion begitu memasuki kamar mandi. Ia kira adiknya itu akan sedih karena diperlakukan semena-mena olehnya. Tapi yang Arion lihat justru kebalikannya. Mungkin ia harus memberikan tugas yang lebih berat dari sebelumnya.Zayla mengambil kaos polos berwarna putih dan celana panjang berwarna hitam. Sangat cocok menurutnya jika dipakai oleh kakaknya itu untuk bersantai di rumah. Setelah itu Zayla keluar dari kamar Arion dan menuju ke balkon tempat ia menjemur gorden kesukaan mamanya. Ia memang memisahkan gorden tersebut dengan jemuran yang lain, karena ia pun juga menyukai apa yang mamanya sukai."Bagaimana caranya aku mengeringkannya ya." Zayla kebingungan mencari cara agar gorden tersebut lekas kering. Hingga sebuah ide muncul di benaknya. Ia berlari ke dalam kamar, lalu mengambil dua hairdryer. Zayla akan menggunakan benda tersebut untuk mengeringkan gorden yang sedikit basah.Mungkin Zayla akan menghabiskan waktu lama dalam mengeringkan gorden tersebut. Sebab bukan hanya satu gorden, melainkan tiga gorden dengan ukuran sama-sama jumbo. Luna terus berdiri di atas balkon kamarnya. Ia merasakan kesemutan pada kedua kakinya. Namun sekuat tenaga ia mencoba untuk menahannya.Zayla sangat takut dan sedih jika melihat kakaknya marah. "Semoga setelah ini Kak Ion kembali lagi seperti dulu. Aku sangat merindukannya." Zayla hanya bisa berharap sang kakak kembali bersikap lembut padanya. Mungkin karena kepergian kedua orang mereka membuat Raka menjadi stres sampai dan suka marah-marah saat ada di rumah.Sedangkan Arion memperhatikan Zayla melalui CCTV yang terpasang di balkon kamar adiknya itu. Ah, lebih tepatnya adik angkat. Tatapannya begitu tajam. Ia seolah tak puas melihat Zayla tersiksa karena terus berdiri di balkon kamarnya. Ia tak perduli meskipun Zayla tak tidur semalaman. Karena memang itulah tujuannya.Arion memlih untuk beristirahat daripada terus memperhatikan Zayla yang belum jelas kapan selesainya. "Biarkan saja. Dia sudah cukup lama hidup enak di rumah ini. Siapa suruh jadi gadis pembawa sial." Gerutu Arion sambil merebahkan dirinya di atas kasur serta menarik selimut tebal untuk menutupi sebagian tubuhnya.Bukan cuma Arion yang mengantuk dan lelah, Zayla pun juga merasakannya. Bahkan gadis itu jauh lebih ngantuk dan lelah. Hanya saja rasa takut lebih mendominasi daripada segalanya. Zayla memilih untuk duduk di atas kursi sambil mengarahkan hairdryer pada gorden yang ada di tangannya. Sebentar lagi gorden tersebut akan segera kering.Tepat jam 2 malam, Zayla telah selesai dengan kegiatannya. Ia tak ingin menunggu sampai besok untuk memasang gorden tersebut. Sekarang gadis cantik itu telah turun ke ruang tengah untuk mengganti gorden seperti semula.Zayla cukup kesusahan dalam membongkar pasang gorden tersebut. Ia harus naik ke atas kursi karena tak dapat menjangkaunya. Zayla hampir saja terjatuh. Namun ia berusaha menyeimbangkan diri di atas kursi, hingga ia kembali aman. 30 menit berlalu ... Akhirnya Zayla selesai mengganti gorden di ruang tengah.Kamar adalah tujuannya, Zayla tak ingin membuang waktu lagi untuk segera tidur. Tak butuh waktu lama gadis cantik nan malang itu telah menuju ke alam mimpi. Ia seperti berada sebuah taman kecil yang bergitu indah. Sampai membuatnya tak ingin pulang.Tiba-tiba ada mama dan papanya di sana tengah tersenyum menghampirinya. Namun begitu mereka dekat, kedua orang tuanya menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh Zayla."Ma, Pa, kenapa kalian menangis?" tanya Zayla begitu pelan."Maafin kami, Nak. Gara-gara kami hidup kamu jadi sengsara," tutur keduanya bersamaan. Hal tersebut semakin membuat Zayla tak mengerti akan maksud dari ucapan tersebut."Maksud Mama sama Papa apa? Jangan menangis. Zayla baik-baik saja. Temani Zayla main disini ya," pinta Zayla sedikit merengek."Maaf kami tidak bisa menemanimu di sini, Nak. Kami harus pergi," Cassi dan Dario pun melerai pelukannya dari Zayla. Mereka melangkah mundur hingga semakin jauh."Ma, Pa. Jangan tinggalin Zayla. Zayla mau ikut kalian!" Teriak Zayla histeris. Ia berusaha mengejar mama dan papanya, tapi mereka berdua telah hilang entah kemana."Mama ... Papa ....""Zayla! Bangun!"Happy Reading."Zayla! Bangun!" Arion mengguncang tubuh Zayla, berharap gadis cantik itu terbangun.Keringat dingin membasahi wajah cantik Zayla. Ia terlihat gelisah dan terus memanggil nama mama dan papanya. Sampai akhirnya Zayla benar-benar membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal.Nafas Zayla memburu. Ia cukup merasa lega begitu melihat ada sang kakak di hadapannya. "Kak!" Gadis cantik itu langsung menghambur ke pelukan hangat Arion. Sedangkan yang dipeluk sama sekali tidak memberikan respon apapun."Lepas! Jangan cengeng. Mana main sebut mama dan papa lagi," Arion melepaskan pelukan Zayla dengan kasar. Tujuannya kesana adalah, untuk meminta disiapkan air hangat seperti tadi malam.Namun Zayla justru masih tertidur. Lebih parahnya lagi adiknya itu malah mengigau, sangat menjengkelkan menurut Arion."Aku bermimpi ketemu sama mama dan papa, Kak. Kami ketemu di sebuah taman. Tapi, disaat aku ingin ikut bersamanya, mereka justru menangis dalam pelukanku, dan berkata, " Maafkan
Happy Reading. Pagi-pagi sekali, Arion menyuruh Zayla untuk bersiap karena mereka akan pergi ke luar negeri. Awalnya Arion hanya ingin pindah rumah ke luar kita saja, tetapi ia mengingat sebagian saham properti di perusahaannya juga ada di kota J. Jadi, Arion memilih untuk pindah ke sana saja sambil lalu mengembangkan bisnisnya di kota itu. Untuk perusahaan yang ada di kota A, ini. Arion memasrahkannya kepada Zack, asisten pribadinya. Ia belum tahu sampai kapan akan tinggal di kota Jakarta, karena mungkin saja ia masih akan kembali lagi ke A. "Zayla! cepat! Kenapa lelet sekali sih." Teriak Arion dari lantai bawah. Sudah 1 jam ia menunggu adik angkatnya yang sedang bersiap di dalam kamar. "Maaf, Kak. Aku sedang mengemas barang-barang yang akan kita bawa ke rumah yang baru," ucap Zayla terburu-buru menuruni anak tangga dengan menarik satu koper besar. "Untuk apa membawa barang sebanyak itu, huh! Merepotkan!" Geramnya menatap Zayla deng
Happy Reading. "Kak, bolehkah aku kuliah di Fakultas Gremora?" Zayla bertanya sangat hati-hati karena takut terkena amukan lagi oleh sang kakak. Sebab, ia sudah mengganggu kegiatan Arion di ruang kerjanya. Menunggu besok pun sepertinya tak ada guna. Arion pasti akan berangkat ke perusahaan yang telah dia kuasai sebagian saham propertinya Arion menatap Zayla begitu tajam, sehingga menciptakan suasana mencekam di ruangan tersebut. Gadis cantik itu hanya bisa menundukkan kepala begitu dalam, ia sangat takut melihat ekspresi dingin Arion. "Untuk apa kamu masuk kuliah? Jika kamu kuliah, siapa yang akan menggantikan tugas mu di rumah ini. Ingat! Aku enggak akan pernah memperkerjakan asisten rumah tangga di sini," kecam Arion penuh penekanan. "Aku janji akan tetap menjalankan tugasku dengan baik Kak. Tolong izinkan aku kuliah ya," pinta Zayla sangat memohon kepada sang kakak angkat. "Kalau aku enggak mau membiayai kuliah mu, gimana?" Arion
Happy Reading. Seperti Biasa, Arion tidak memakai kemeja yang telah dicuci dan dikeringkan semalaman oleh Zayla. Ia berangkat ke perusahaan menggunakan kemeja yang lain, membuat jerih payah Zayla sia-sia saja. Meskipun begitu, Zayla tetap melayani sang kakak dengan sangat baik, ia sudah bertekad bahwa akan meluluhkan hati Arion supaya bisa kembali seperti dulu lagi Arion telah sampai di depan gedung besar pencakar langit yang bertuliskan nama 'Rengganis' di depan gedung tersebut. Perusahaan terbesar di kota J yang bergerak di bidang properti, sebagian saham di sana adalah milik keluarga Wesley, karena Dario sudah membelinya dulu saat ia masih hidup dan tinggal di kota tersebut. Kedatangan Arion membuat gempar seisi perusahaan tersebut. Para karyawan menatap takjub akan ketampanan Arion yang sangat mempesona seolah bercahaya terang di mata mereka. Sikap dingin Arion semakin menambah kesan seksi di sana, belum lagi postur tubuhnya yang tinggi tegap, hidup
Happy Reading. Hari pertama mengikuti ospek, membuat Zayla sedikit kelelahan karena sengaja dikerjai habis-habisan oleh kakak seniornya yang bernama Rula Yocelyn. Dia sangat tidak suka akan kehadiran sosok Zayla di kampus tersebut, pria incarannya justru mendekati mahasiswi itu sehingga membuat Rula menaruh dendam kepadanya. Rula menyukai Ansel, teman seangkatannya. Hanya saja pria itu tidak sedikitpun menaruh rasa kepada Rula. Kehadiran Zayla mampu membuka hati seorang Ansel yang selama ini tertutup. "Capek? Ini, minumlah," ucap Ansel seraya seraya memberikan satu botol air mineral kepada Zayla. "Ah, enggak usah, Kak. Makasih. Aku ada juga kok," tolak Zayla dengan halus. Ia pun mengambil air miliknya di dalam tas, Zayla hanya ingin menjaga jarak dari siapa pun demi kelangsungan hidupnya. Sebab, ancaman Arion masih terus terngiang di ingatannya. "Oke," Ansel sama sekali tidak kecewa atas penolakan itu, justru ia semakin kagum dengan
Happy Reading. Suara bel rumah berhasil mengganggu ketenangan Zayla yang sedang memasak di dapur. "Siapa yang bertamu di pagi-pagi buta begini." Gumam Zayla sembari melangkah untuk membukakan pintu rumah. Zayla mengerutkan kening tatkala melihat tamu siapa yang datang. Seorang wanita dewasa berpakaian seksi sedang berdiri di hadapannya. "Maaf, cari siapa ya?" Tanya Zayla bersikap sopan. "Arion nya ada?" wanita seksi itu justru menanyakan keberadaan Arion. Wajahnya terlihat sangat judes dan ... Genit. Yeah, Zayla dapat melihatnya dari gerakan wanita tersebut yang sejak tadi tak bisa diam. "Kakak masih tidur, mungkin sebentar lagi dia bangun," balas Zayla berusaha tersenyum ramah. Walau bagaimanapun, wanita seksi itu adalah tamu sang kakak. "Kakak? Jadi, kamu adiknya Arion? Wah, cantik banget. Perkenalkan namaku Bianca," setelah mengetahui status Zayla yang ternyata adalah adik dari pria yang dia cintai, tentu sikap Bianca berubah mele
Happy Reading. Wajah Zayla terlihat sangat pucat. Sudah satu bulan ini ia disibukkan dengan aktivitas di kampus, belum lagi aktivitasnya di rumah yang sangat berat, sehingga membuat tenaganya melemah. Kurangnya istirahat membuat kekebalan tubuh Zayla menurun. Akan tetapi, Zayla berusaha terlihat baik-baik saja di depan sang kakak agar tak mendapatkan omelan lagi karena sudah menjadi wanita lemah. Mengenai nasibnya di kampus yang selalu ditekan dan diancam oleh Rula membuat psikisnya sedikit terguncang. Bahkan saat pulang ke rumah pun ia harus dihadapkan dengan kemesraan sang kakak dengan kekasihnya yang tidak Zayla sukai. Seperti sekarang, Bianca duduk di atas pangkuan Arion dengan tangan yang bergerak nakal. Zayla merasa tidak rela jika sampai kakaknya dinodai oleh wanita seperti Bianca itu. Entah kenapa feelingnya mengatakan bahwa kekasih sang kakak bukanlah wanita baik-baik. "Sarapannya sudah siap, Kak. Kalau begitu aku ke kamar dulu dan be
Happy Reading. "Aakh! Lepas! Sakit, Kak Rula," rintih Zayla di ruangan toilet. Rambutnya ditarik paksa oleh kakak seniornya itu seperti halnya apa yang dilakukan oleh Arion kemarin. "Kau mau cari mati ternyata ya. Sudah aku tegaskan agar kamu menjauhi Ansel, tapi apa, kalian justru semakin lengket bahkan pulang bersama," Rula semakin kencang menarik rambut Zayla sehingga wanita itu tak bisa berkata-kata dari saking sakitnya. "Memangnya apa salahku, Kak. Kalian juga enggak punya hubungan apa pun, dan aku hanya temenan sama kak Ansel, enggak lebih," papar Zayla berusaha meluruskan kesalahpahaman yang ada. "Heh! Ansel itu milikku! Aku enggak mau dengar alasan apa pun dari mulutmu itu. Pokoknya kamu harus menjauhi Ansel, paham!" Rula menghempas rambut Zayla begitu kasar, sampai gadis cantik itu membentur dinding toilet. Beruntung tidak ada mahasiswa lain di dalam sana sehingga perbuatan Rula tidak ada yang tahu. Zayla menangis di depan c