Share

05 - Kamu, Mandul?

Author: Heaven Nur
last update Last Updated: 2023-05-18 21:16:25

Tanganku gemetar saat mendapati hasil yang begitu mengejutkan bagiku, karena kupikir akulah yang mandul. Namun, ternyata aku salah. Di lembar hasil pemeriksaan ini dengan jelas diterangkan bahwa Mas Ilham-lah yang tidak subur, bukan aku.

Aku harus senang atau bagaimana? Jika boleh diminta, aku dan Mas Ilham seharusnya mendapatkan hasil yang sama, tidak ada kemandulan di antara kami.

Lama aku tertegun dan berpikir, hingga dokter Yuni kembali bersuara, "Bagaimana, Bu? Apakah Anda puas dengan hasilnya?"

Hatiku luruh, walaupun keadaanku baik-baik saja, tapi aku takut kenyataan ini akan membuat Mas Ilham putus asa. Mengingat suamiku itu sudah sangat menginginkan keturunan.

Ya Allah, aku harus bagaimana?

"Bu ...." Dokter Yuni kembali memanggilku, yang membuatku langsung tersadar dari lamunan.

"Oh, maaf, Bu," sahutku seraya memutar otak. Aku tidak ingin melihat kekecewaan di wajah Mas Ilham. "Bu, apakah saya bisa meminta tolong sama Ibu?" tanyaku pada Dokter Yuni.

"Minta tolong apa? Bukankah hasil sudah keluar, dan Anda dinyatakan subur."

"Bukan begitu, Bu. Jika boleh, saya ingin menukarkan hasil pemeriksaan ini," jelasku dengan memelas.

"Hah?" Dokter Yuni tampak sangat terkejut. "Apa Anda yakin?"

Aku mengangguk dengan penuh keyakinan. "Iya, Bu. Saya yakin, tapi tolong rahasiakan ini dari siapa pun."

Kesepakatan dibuat. Dokter Yuni menyetujui permintaanku dengan syarat harus sama-sama menjaga rahasia, karena hal ini juga akan berimbas pada karir profesinya. Aku harus menjaga juga agar tidak ada yang tahu jika Dokter Yuni memalsukan hasil tes yang keluar.

Keluar dari ruangan dokter aku langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ternyata ibu mertua sudah berdiri di depan pintu menungguku. Sepertinya wanita ini sudah tidak sabar melihat hasil tes yang kami lakukan.

Padahal, sebenarnya aku ingin merahasiakan ini darinya, tapi aku lupa jika di rumah ini ialah yang berkuasa. Bagaimanapun, aku harus patuh padanya. Aku sudah sangat tahu, jika wanita ini pasti akan lebih membenciku jika dia membaca hasil tes yang kubawa. Namun, setidaknya aku bisa membuat hati Mas Ilham lega, karena bukan dia yang tidak subur. Aku harus memilih jalan ini agar Mas Ilham terus bersemangat menjalani hari.

"Benarkan? Kamu mandul? Ibu sudah menduga hal ini sejak awal!" cecar ibu mertua sesaat setelah membaca hasil tes yang ada di tangannya.

Aku hanya diam tidak menanggapi ucapannya, karena saat ini yang sedang kupikirkan adalah perasaan Mas Ilham. Aku memang bodoh lebih mementingkan perasaan Mas Ilham daripada hinaan yang kudapatkan, tapi aku yakin betul jika Mas Ilham akan tetap membelaku dan melindungiku, sesuai janjinya padaku tempo hari. Aku percaya itu.

"Naila, Naima. Kamu ini, sudah tidak punya keluarga, mandul, pula! Apa yang bisa kami banggakan dengan menjadikanmu sebagai menantu kami, hah?!" Pedas sekali ucapan wanita ini, tapi sekali lagi aku tidak perduli.

"Maaf, Bu. Naima capek, mau istirahat." Tanpa menunggu jawaban dari wanita yang memasang wajah kesal itu, aku berlalu meninggalkannya masuk kamar. Sesekali aku mendengar ia memanggil namaku, tapi aku tidak menghiraukannya lagi. Aku masuk kamar, dan langsung mengunci pintu dari dalam. Hanya ruangan inilah satu-satunya tempat ternyaman bagiku jika saat-saat seperti ini terjadi.

Kurebahkan tubuhku ke atas ranjang, melihat atap dengan pikiran menerawang, hingga tak sadar mataku mulai terpejam.

"Hah?" Aku terkesiap dan langsung mengerjapkan kedua mata. Kudengar benda pipih yang berada di tasku berbunyi sangat nyaring membangunkan tidurku yang baru saja dimulai.

Oh, ternyata Mas Ilham yang sedang menelponku. Karena kecapekan membuatku ketiduran, sehingga aku lupa untuk menghubungi Mas Ilham dan memberitahu tentang hasil pemeriksaan kami. Dengan cepat aku menjawab panggilan dari Mas Ilham.

"Dek, Mas sudah tahu hasilnya," ucap Mas Ilham dari seberang telepon. "Kamu yang sabar ya, Dek. Mas akan selalu mendampingimu," imbuhnya lagi yang membuat hatiku lega. Mas Ilham pasti tahu kabar ini dari ibu.

Dan alhamdulillah, keputusan yang sudah kuambil tentang pertukaran has tes kami ternyata sangat tepat. Andai aku tidak menggantinya, Mas Ilham pasti bersedih dan terluka. Sekalipun dalam pikirannya saat ini percaya jika aku yang mandul, ia akan tetap bersamaku sesuai janjinya.

"Eh, iya, Mas. Aku tidak apa-apa," jawabku ragu. "Mas, maafkan aku yang tidak bisa memberikanmu keturunan. Padahal Mas pengen banget punya anak, kan?"

"Tidak apa-apa, Dek. Nanti pas Mas sudah selesai tugas, kita bisa adopsi anak dari panti asuhan," sahut Mas Ilham langsung dengan suara lembut, terasa ia ingin menguatkanku dari kejauhan. Aku tahu pasti saat ini ia juga sedang bersedih, tapi masih tetap ingin menghiburku.

"Iya, Mas." Aku mengangguk setuju.

***

"Apa?! Kalian mau ngadopsi anak??" Ibu memekik terkejut dengan keputusan Mas Ilham.

Baru juga Mas Ilham sampai dari bertugas di luar kota, ia sudah tidak sabar mengutarakan niatnya pada ibu.

"Iya, Bu. Tolong pahami kondisi Naima," pinta Mas Ilham dengan wajah nelangsa.

"Tidak bisa! Ibu tidak terima! Pokoknya yang Ibu mau, cucu dari keturunanmu sendiri! Darah dagingmu sendiri!" Ibu menjawab dengan bentakan yang sangat lantang.

Mas Ilham hanya bisa bernapas dalam-dalam. "Bu, masih ada Nindi kalau ibu ingin cucu ibu sendiri, nanti. Tapi tolong izinkan aku dan Naima mengadopsi anak untuk kami rawat," ucap Mas Ilham lagi ingin meyakinkan ibu.

"Tidak bisa! Pokoknya ibu maunya cucu ibu sendiri dari kamu!" balas ibu tak mau kalah. "Kalau perlu, kamu menikah lagi agar bisa memberikan ibu cucu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Maulidia Naviah
mandulkah die?
goodnovel comment avatar
Ahmad Riyadhi
tega banget ibu mertua...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   51- END (Kebahagiaan yang Ditunggu)

    POV Author"Jadi, kamu suaminya Naima??" Ratih, mantan mertua Naima itu sangat terkejut. Dia begitu kagum melihat pria yang berdiri di hadapannya. Dalam pikirannya, ia tak pernah mebayangkan bahwa menantu yang disia-siakannya sekarang mendapat suami super sempurna.Ratih tahu jika Hakim adalah pria kaya, tetapi ia sama sekalian tidak tahu jika pria itu juga masih sangat muda dan tampan. Bagaimana mungkin, seorang janda rendahan dipersunting pria istimewa ini?Namun, rasa kagum itu tak mungkin ia tampakkan. Tidak mungkin ia memuji Hakim sementara hatinya begitu membenci Naima. "Iya, saya suami dari Naima." Hakim menjawab dengan kalimat penuh penekanan. Sementara tu, hatinya masih menerka-nerka siapa dia orang wanita yang sedang merundung istrinya. Perdebatan pun terjadi, hingga Hakim akhirnya tahu bahwa wanita itu adalah ibu dari Ilham, mantan suami Naima. Dan wanita muda yang berdiri di sampingnya adalah Melissa, istri kedua Ilham saat ini. "Dari mana kamu tahu tentang Ilham? Pasti

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   50 - POV Hakim ( Saling Mengerti)

    "Apa aku nggak salah dengar, Dek?" Aku begitu terkejut mendengar pengakuan dari Naima. Bagaimana mungkin pria yang sudah merugikan perusahaanku adalah mantan dari istriku sendiri.Apa mungkin ... pria itu sengaja melakukan ini padaku? Karena dia tahu aku adalah suami mantan istrinya? Ah, entahlah .... "Mas, kamu jangan marah ya? Aku nggak pernah berniat merahasiakan ini." Naima kembali berucap dengan mata nanar menatapku. Bagaimana mungkin aku akan marah padanya, sementara dia adalah kucing manis yang selalu diam di rumah. Maksudku, dia adalah istri sempurna bagiku terlepas dari sikap buruk mantan suaminya. Dengan penuh cinta aku membelai bahunya. "Siapa yang marah, Dek? Mas nggak marah kok. Cuman agak kaget aja." "Iya, Mas. Aku juga baru tahu kalau perusahaan tempat Mas Ilham bekerja jadi partner kerjamu waktu dia datang ke sini," terang Naima lagu dengan penuh kesungguhan. "Iya, Dek. Mas paham." Aku kembali menyahut. "Tapi, apa kamu tahu bagaimana sifat asli mantan suamimu itu?

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   49 - POV HAKIM ( Hukuman)

    Apa yang terjadi?"Maaf, Pak Haris. Apa maksud Bapak?" Aku sangat terkejut dengan file yang sedang kupegang.Pemuda yang usianya kurasa masih di bawahku itu tersenyum simpul. "Itu adalah rekapan dari semua biaya proyek yang sedang kita garap. Lihatlah lagi dengan teliti. Di sini tidak terlihat adanya kecurangan atau penggelapan dana yang dilakukan Saudara Ilham yang notabene adalah karyawan saya. Jadi, saya harap Anda menarik kembali ucapan dan tuduhan Bapak pada Saudara Ilham!""Apa??" Aku sangat terkejut. Bisa-bisanya Ilham memanipulasi lagi data yang sudah kami dapat sehingga membuatnya terbebas dari kesalahan. Aku sangat marah hingga tak sengaja aku berdiri seketika dan menarik kerah karyawan licik itu. "Jangan kamu pikir setelah membuat file baru kamu akan aman, hah! Aku punya bukti bahwa semua ini sudah kamu rencanakan dari awal. Dasar manusia licik!" "Tenang, Pak. Tenang ...." Romi berusaha menarik lenganku, tetapi tanganku sangat kuat mencengkeram kerah Ilham, membuat pria

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   48 - POV Hakim ( Kenyataan Lain)

    Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Sesuai rencana, aku dan Romi akan ke perusahaan tempat Ilham bekerja. Di mana perusahaan itu saat ini sedang bekerja sama dengan kami.Aku sangat berharap proyek yang kami garap ini berakhir dengan hasil yang memuaskan. Sayang seribu kali sayang, bukannya untung aku malah buntung. Karena keserakahan satu orang membuat hasil yang akan kami dapat sangat tidak sesuai. Bidang perusahaan yang sedang kurintis adalah tentang properti. Di mana aku bekerja sama dengan berbagai perusahaan kontraktor untuk membangun perumahan yang siap huni. Dengan penuh harap aku memulai kerja sama dengan perusahaan besar yang cukup terkenal milik seorang pemuda bernama Haris. Awalnya, proyek terlihat berjalan dengan baik. Aku juga sering memantau langsung ke lapangan. Akan tetapi, karena kesibukan dan aku selalu ingin menemani Naima di rumah, itu menjadikanku tidak bisa mengontrol langsung proyek yang sedang berjalan. Hanya Romi yang kutugaskan sesekali untuk mengontrol

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   47 - POV Hakim (Menyelesaikan Permasalahan)

    Aku begitu terkejut mendapati kabar dari sekretarisku. Pikiranku yang panas karena Intan seketika terasa semakin mau pecah. Bagaimana mungkin, file penting tentang proyek baru kami dicuri oleh seseorang. Untung saja kami memasang beberapa CCTV di berbagai titik di perusahaan, sehingga membuat Romi, sekretaris sekaligus orang kepercayaanku bisa dengan cepat melacak dan menemukan pencurinya. "Bapak harus segera ke kantor. Ini saya sudah mengkonfirmasi pencurinya. Jika Bapak mau, kita bisa melaporkan hal ini langsung ke kantor polisi," ucap Romi memberikan saran. Ia juga begitu geram dengan ulah Ilham.Sudahlah menggunakan uang proyek yang sedang berjalan, kini malah mencuri data penting yang kami simpan. Aku sudah bisa memastikan motif pria itu melakukan hal ini, tetapi aku juga ingin mendengar pengakuannya sendiri nanti. "Baiklah, nanti kita bicarakan di kantor. Ini saya masih di rumah ibu. Saya mau antar istri pulang dulu, baru setelah itu langsung ke kantor. Kamu tunggu saja di san

  • Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku   46 - Pilihan yang Tepat

    "Intan, ada apa? Kenapa kamu menangis?" Aku memeluk tubuh adik ipar dengan penuh kekhawatiran. Padahal di ruang tamu saat ini, kekasihnya sedang melamar, tetapi kenapa dia malah menangis di sini? "Ada apa, Intan? Kenapa kamu menangis?" Sekali lagi aku bertanya. Hubunganku dengan Intan terbilang cukup dekat. Selain karena umur kami yang tidak terlalu jauh, Intan adalah wanita supel yang selalu bisa membuatku tersenyum.Gadis itu masih belum mau menjawab. Dia malah kembali membenamkan wajah ke bantal, hingga suara tangis histeris terdengar."Ada apa ini?" Tiba-tiba pintu terbuka. Mas Hakim sudah Berdiri tegap di ambang pintu. Mungkin suamiku mendengar tangisan adiknya, sehingga membuatnya bergegas untuk memastikan. "Dek, ada apa ini? Kenapa Intan menangis?" tanyanya padaku yang langsung kutanggapi dengan gelengan kepala. "Aku juga nggak tahu, Mas. Tadi pas aku masuk, Intan sudah nangis begini."Mas Hakim bergerak mendekati adiknya. "Kamu kenapa, Intan? Di luar sana, kekasihmu seda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status