Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku

Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku

Oleh:  Heaven Nur  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
10 Peringkat
51Bab
5.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Dasar wanita mandul! Aku sangat menyesal telah menyetujui pernikahan kalian!" Kalimat pedas itu meluncur dari bibir wanita yang telah melahirkan suamiku. Ya, dia adalah ibu mertuaku. Ibu mertua yang selalu menyulitkanku dengan banyaknya pekerjaan rumah. Ibu mertua yang selalu memojokkanku karena aku masih belum bisa memberikannya cucu. Dan lain sebagainya. Masih banyak tuntutan demi tuntutan yang selalu ibu mertua harapkan dariku. Apakah aku harus tetap bertahan? Atau sebaiknya aku menyerah dan memilih mundur?

Lihat lebih banyak
Penyesalan Mantan Suami dan Mertuaku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
itme Aing
ceritanya membuat jantung dugem.. wkwkwkkk
2023-08-16 08:17:32
2
user avatar
Naviah
suka ceritanya... bagus
2023-08-16 07:22:45
3
user avatar
Surayya Alam
bagus ceritanya
2023-08-16 01:22:01
3
user avatar
Heaven Nur
Terima kasih yang sudah mampir... Mohon dukungannya, ya...
2023-08-05 06:57:33
3
user avatar
Mahmudah
suka bangettt
2023-06-03 07:09:35
1
user avatar
Mahmudah
sucks banget
2023-06-03 07:09:06
1
user avatar
Mahmudah
sucks ceritanya... Semangat tor
2023-06-03 07:07:48
1
user avatar
Naura
semangat up bab nya tor
2023-05-24 14:30:44
3
user avatar
Naura
bagus cerita tanya seru... sering terjadi d kehidupan nyata.. semangat Naima..
2023-05-24 11:44:46
4
default avatar
Bunga Merah
bagus ceritanya.. .........
2023-05-24 11:32:45
3
51 Bab
01 - Mertua Garang
"Naima!" teriak ibu mertua dengan sangat lantang membangunkan tidurku pagi hari ini. Aku yang agak kurang enak badan terpaksa harus cepat bangun dan menghampirinya. "Ada apa Bu?""Kamu, ya! Jam berapa ini? Kenapa masih belum masak juga?? Hah!" sentak ibu mertua yang sepertinya sudah berpatroli dari dapur.Ya, sehari-hari tugasku di rumah ini sudah seperti seorang babu. Ibu mertuaku tak pernah menganggapku sebagai anak menantunya. Aku hanya dijadikan pekerja rodi yang tak pernah mendapatkan imbalan.Sebenarnya aku sangat tersiksa, namun aku juga tak tega jika harus bercerita tentang hal ini kepada mas Ilham, suamiku. Aku takut jika nanti mas Ilham malah merasa keberatan dan tak nyaman dengan ibu kandungnya sendiri. "Hei! Diajak ngomong koq malah bengong??" Lagi, dan lagi, mukaku disemprot dengan omelannya.Andai aku bisa mengeluh satu kata saja, aku akan berteriak kepada semua orang bahwa aku LE-LAH! Aku sungguh lelah! "Maaf Bu, hari ini agak kurang enak badan," jawabku ragu. Aku ta
Baca selengkapnya
02 - Ikhlas dan Sabar
Siang ini aku berniat untuk belanja di pasar. Membeli kebutuhan semua bahan dapur adalah tugas bulananku. Sudah menjadi jadwal rutinku setiap Mas Ilham gajihan, sebagian besar uangnya kugunakan untuk menyetok bahan dan keperluan. Sebagian besar? Iya. Semua pengeluaran keluarga kami yang tanggung. Hingga aku tidak bisa menyisihkan sebagian uang untuk kutabung.Kalau kalian tanya untuk belanja apa saja? Kujawab semuanya. Mulai dari keperluan depan rumah, dalam rumah, dapur, hingga kamar mandi. Semua aku yang urus. Koq bisa, gitu? Bagaimana dengan mertuamu?Mertuaku tidak mau tau, euy! Sedih memang. Pernah aku coba-coba saat belanja bulanan meninggalkan beberapa keperluan yang kurasa mertuaku sanggup membantu, tapi apa?? Nihil! Bukannya membantu, ibu mertuaku malah menceramahiku dari alif sampai ya' yang membuat hati dan jantungku berdegup lebih kencang.Dilema hidup serumah dengan mertua ya, begini. Aku sudah pernah mengajak Mas Ilham untuk pindah rumah walaupun di kontrakan sepetak
Baca selengkapnya
03 - Mencari Perlindungan
Ya Allah ... kenapa aku harus mengalami hal ini? Nindi, adik iparku itu semakin bersemangat mengerjaiku. Aku sudah menuruti keinginannya untuk meminta maaf, tapi dia seolah masih kurang puas. Nindi beranjak dari posisinya. "Mbak Naima. Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kamu berlutut di kakiku!" ucap Nindi lagi yang membuatku semakin geram. Sungguh! Sikap gadis remaja ini padaku sama persis seperti ibunya.Mendengar permintaannya kali ini membuatku tak habis pikir. Aku yang semakin emosi memilih diam. Sudah berkali kuladeni sikap kasarnya, namun dia sama sekali tidak menghargaiku. "Naima! Cepat lakukan perintah Nindi!" Ibu mertua kembali ikut campur. Tangan kananya menarik kasar lenganku dan memaksaku untuk berlutut di hadapan putrinya. "Ibu!" Aku memekik. Ini sungguh di luar dugaanku. Bisa-bisanya kedua wanita ini semakin bersikap semau mereka padaku. Ibu mertua berhasil mendudukkan tubuhku di bawah kaki anaknya. "Cepat, minta maaflah sekarang!" titahnya lagi dengan sorot mata t
Baca selengkapnya
04 - Kapan Hamil?
"Mas tahu kamu mendapatkan perlakuan yang tidak nyaman selama ini. Tapi, Mas minta kamu bisa bersabar, ya." Mas Ilham mengatakan itu dengan penuh hati-hati. Sepertinya dia sudah membaca semua isi hatiku hingga apa yang diucapkannya berhasil membuatku diam.Baiklah. Demi Mas Ilham, aku akan berusaha sabar dan mengalah.Mas Ilham mengurai pelukan. Pandangannya tak lepas dari wajahku yang membuatku seketika tersipu. "Ada apa, Mas? Kenapa memandangku seperti itu?""Dek," bisiknya seraya tersenyum."Hmm.""Mas pengen punya anak."Deg! Kenapa tiba-tiba Mas Ilham mengatakan ini? Bukankah beberapa hari lalu dia baik-baik saja karena kondisiku yang tidak kunjung hamil ini?Aku tertegun sesaat tanpa membalasnya."Dek, koq diam?" Pria itu semakin menatap lekat wajahku, yang membuatku sedikit melengos ke samping kanan."Dek, besok ikut Mas, ya!""Ke mana, Mas?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya."Kita periksa ke dokter.""Ke dokter? Periksa apa??" Aku ingin memastikan bahwa apa yang kupikirkan saa
Baca selengkapnya
05 - Kamu, Mandul?
Tanganku gemetar saat mendapati hasil yang begitu mengejutkan bagiku, karena kupikir akulah yang mandul. Namun, ternyata aku salah. Di lembar hasil pemeriksaan ini dengan jelas diterangkan bahwa Mas Ilham-lah yang tidak subur, bukan aku. Aku harus senang atau bagaimana? Jika boleh diminta, aku dan Mas Ilham seharusnya mendapatkan hasil yang sama, tidak ada kemandulan di antara kami. Lama aku tertegun dan berpikir, hingga dokter Yuni kembali bersuara, "Bagaimana, Bu? Apakah Anda puas dengan hasilnya?"Hatiku luruh, walaupun keadaanku baik-baik saja, tapi aku takut kenyataan ini akan membuat Mas Ilham putus asa. Mengingat suamiku itu sudah sangat menginginkan keturunan. Ya Allah, aku harus bagaimana? "Bu ...." Dokter Yuni kembali memanggilku, yang membuatku langsung tersadar dari lamunan. "Oh, maaf, Bu," sahutku seraya memutar otak. Aku tidak ingin melihat kekecewaan di wajah Mas Ilham. "Bu, apakah saya bisa meminta tolong sama Ibu?" tanyaku pada Dokter Yuni. "Minta tolong apa? Bu
Baca selengkapnya
06 - Antara Aku dan Ibumu
"Jangan bicara seperti itu, Bu. Kasihan Naima," Mas Ilham membantah ucapan ibunya, dan malah membelaku, yang membuat hatiku semakin terharu. 'Terima kasih, Mas.' Baru kali ini Mas Ilham bersikap tegas pada ibunya. Tapi, bukan Bu Ratih namanya kalau bisa ditentang oleh anak. Wanita yang telah melahirkan Mas Ilham itu tampak sangat marah. "Oh, jadi kamu lebih memilih istri mandulmu ini," ucapnya dengan tatapan sinis ke arahku, kemudian berpindah pada Mas Ilham lagi. "Mulai hari ini juga, kamu bawa istrimu keluar dari rumah ini! Aku tak sudi melihatnya!" bentak Ibu mertua lagi dengan menunjuk ke arahku. Ya Allah, sakit sekali melihat pemandangan ini. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti Mas Ilham."Kalau memang Ibu pengennya begitu, kami akan terima, karena aku tidak bisa meninggalkan Naima dan malah menikah dengan wanita lain," ucap Mas Ilham lagi semakin menegaskan pilihannya. Mendengar perkataan itu membuatku dilema. Aku sangat senang, tetapi aku juga sedih karena menj
Baca selengkapnya
07 - Sikap Aneh Ibu
"Naima, ibu seneng banget kamu ke sini," ucap Ibu mertua dengan senyum penuh arti. Sangat-sangat tidak wajar, karena yang selama ini terjadi adalah sebaliknya. Tidak perlu kujelaskan lagi, kan? Karena kalian semua pasti juga sudah pada paham. Ibu tersenyum ke arahku sambil berkata dengan sangat lembut. "Kenapa baru ke sini sekarang? Padahal ibu sudah kangen banget sama kalian," ucapnya lagi, yang seharusnya aku sangat bahagia ketika mendengarnya,tapi entah mengapa hatiku terasa sangat janggal. Hati nurani yang terdalamku tidak membenarkan perubahan sikap ibu ini. Setelah menyapaku, ibu berjalan menghampiri putranya. "Ilham, maafkan ibu ya, Nak. Karena ibu sudah egois sama kalian, khususnya sama Naima." Ibu mengatakan itu dengan raut wajah sedih penuh penyesalan. Aku sih, masih berfirasat ini hanya drama saja. Pasti ada satu hal yang akan dimintanya dari Mas Ilham lagi, karena aku sudah paham betul bagaimana sikap dan watak ibu mertuaku ini. Ya Allah ... padahal niat awal ke sini ada
Baca selengkapnya
08 - Teman Lama
[Naima, bisakah kita bertemu?]Begitulah isi pesan singkat terakhir dari Malik yang tak kubalas lagi. Entah mengapa mengingat masa-masaku dengannya dulu membuatku jengkel. Aku yang saat itu merupakan anak baru di panti, selalu dikerjainya. Sebenarnya bukan pembullyan, hanya selalu menyuruhku mengambil alih jadwal tugas kesehariannya. Mulai dari nyapu halaman, hingga menyikat wc. Itu kulakukan karena dia memiliki buku diary rahasiaku, yang entah bagaimana caranya buku itu bisa jatuh di tangannya. Dan dia menggunakan beberapa lembar curhatan isi hatiku itu untuk mengancamku.Pasti kalian bertanya kenapa aku bisa patuh pada semua perintahnya hanya karena sebuah diary. Ya, aku memang lebay pada masa itu, menuliskan semua kejadian yang kualami secara detail di sana. Mulai dari hal yang kusuka, bagaimana aku menjalani hari, hingga satu jerawat yang tumbuh di wajah pun tak luput dari coretan tanganku. Karena memang aku sudah hobi menulis sejak SD, jadi kegemaranku itu yang membuatku menulisk
Baca selengkapnya
09 - Kesalahpahaman
Ma-Malik?Kucoba menelisik wajah pria bertubuh dempal ini dengan seksama. Malik yang kukenal dulu kurus ceking, tapi kenapa tubuh pria ini, gemuk?Namun, semakin dilihat dari raut wajah memang sedikit ada kemiripan. Sepertinya memang benar dia adalah Malik. "Malik? Dari mana kamu tahu aku tinggal di sini?" Mendengar pertanyaanku ia malah tersenyum, dan tanpa permisi ia melangkah masuk ke rumahku. Aku bingung. Mau kuusir, tidak nyaman. Tapi jika kubiarkan Malik masuk, pasti Mas Ilham akan semakin marah padaku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kemurkaan suamiku lagi. Masalah yang kemarin saja belum selesai, jika ditambah lagi maka akan semakin memanas. "Malik, tolong keluar dari rumahku." Aku tidak akan membiarkan hubunganku dengan Mas Ilham akan semakin kacau karena kedatangan Malik. "Lho? Kenapa?" tanya Malik dengan sangat santai. Ya, memang begitulah sikapnya sejak kecil. Tidak pernah memperdulikan perasaan dan keadaan orang lain. "Maaf, suamiku tidak ada di rumah. Tolong k
Baca selengkapnya
10 - POV Ilham
"Astaghfirullah! Ini beneran Naima??" Aku memekik dengan rasa penasaran. Aku masih tidak percaya jika foto mesra yang kupegang ini adalah foto istriku bersama pria lain. Walaupun postur pria ini tampak sangat jauh dibandingkan, tapi kenapa Naima bisa berselingkuh dengannya? Apa mungkin dia kaya raya? Ya Allah ... Naima. "Benar, Mas. Itu Mbak Naima dan kekasihnya. Kalau tidak salah namanya Malik. Mereka sudah berpacaran sejak kecil, dan katanya mau balikan," jelas Nindi, adik perempuanku dengan penuh keyakinan. "Kamu tahu ini dari mana, Nin? Bukannya kamu tidak begitu menyukai Mbakmu? Jangan-jangan, kamu cuma mengada-ngada?" cecarku. Aku tidak ingin hanya mendengar omongan dari Nindi, membuat hatiku curiga pada Naima. Aku perlu bukti lain, karena Naima yang kukenal sepertinya tidak akan membohongiku. Mendengar penuturanku Nindi malah berdecih. "Ck! Dibilangin kok nggak percayaan sih, Mas. Aku tu dapat info ini dari pria itu langsung. Kemarin tidak sengaja ketemu saat pulang sekolah,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status