공유

Niat mertua Jahat

작가: Pulungan
last update 최신 업데이트: 2024-05-14 13:52:59

Di perjalanan pulang, Nova benar-benar tidak menyangka kalo Reza menemui Naya diam-diam, rasanya mulutnya sudah gatal untuk menceritakan semuanya kepada Neni.

Sampai di rumah Reza, Nova langsung tergesa-gesa turun dari mobil, rasanya ia sudah ingin menceritakan semuanya pada Neni. "Tante … Tante!" teriaknya begitu sampai di ambang pintu membuat Neni yang sedang mengotak-atik ponselnya sambil rebahan langsung menoleh.

"Eh Nova, kenapa kok teriak-teriak?" tanya Neni, tanpa membuang waktu Nova langsung masuk dan duduk di dekat Neni. "Gawat Tante, gawat!" ucapnya heboh membuat Neni bingung.

"Gawat? Apanya yang gawat?" tanya Neni membuat Nova langsung mengatur nafasnya. "Dugaan Tante benar, Mas Reza sering keluar-keluar untuk menemui Naya!" jawabnya membuat Neni langsung duduk. Deg!

"What?!" pekik Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Kamu tau darimana?" tanya Neni masih belum percaya membuat Nova langsung menarik nafas dalam-dalam sambil mendongak.

"Nih Tante aku kasih tau, barusan aku ngikutin Mas Reza itu ke tempat yang lumayan jauh dari kantor tuh sekitar 4 jam an kalo gak macet, awalnya aku kira ntah rapat atau gimana, tapi dugaanku salah Tante Mas Reza pergi ke sebuah pabrik nah disitu tempat Naya bekerja, aku juga kaget banget Tante," terang Nova panjang lebar membuat Neni manggut-manggut.

"Oh ternyata ini taktik Naya rupanya, ia sengaja minggat dari sini supaya diperhatikan sama anakku, oh oke kita liat aja Naya, seberapa hebat kamu," ujar Neni membuat Nova tersenyum sambil mengangguk.

"Tante mau ngapain emangnya?" tanya Nova melihat Neni tersenyum licik. "Lihat aja nanti, kamu tahu kan dimana pabriknya?" tanya Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Tau Tante, aku udah ke sana dan melihat sendiri semuanya," ujar Nova yang dibalas anggukan oleh Neni.

"Oke, besok atau lusa anterin Tante kesana," ajak Neni membuat Nova sedikit kaget, tapi dengan cepat ia mengangguk. "Oke Tante," jawab Nova.

Di pabrik, Reza terus memperhatikan Naya dari kejauhan sebenarnya ia kasihan melihat gadis itu bekerja padahal belum sembuh total.

"Pak Wawan," panggil Reza membuat pak Wawan menoleh. "Iya Pak," sahut pak Wawan. "Boleh saya bicara sebentar di ruangan, Bapak?" tanya Reza yang dibalas anggukan oleh pak Wawan. "Boleh … boleh Pak, ayo kita kesana," ajak Wawan lalu mereka berdua pergi ke ruangan Wawan.

Silvi yang melihat Reza pergi langsung mengerucutkan bibirnya, saat Naya menoleh ke samping ia heran melihat Silvi terus melihat ke arah luar sambil tangannya berhenti bekerja.

"Heh!" Naya menepuk lengan Silvi membuat Silvi kaget. "Hah? Kenapa?" tanyanya. "Kamu tuh kenapa? Melamun gak jelas, kesurupan baru tau," omel Naya membuat Silvi cengengesan.

"Oh gak, gak apa-apa cuma ngeliatin pak Aga aja kok main pergi-pergi aja," jawab Silvi sambil mengerucutkan bibirnya membuat Naya langsung melongo. "O hallo! Sadar woi, sadar! Kamu siapanya Pak Aga emang harus di jaga-jagain pas kerja," kesal Naya sambil menepuk lengan Silvi.

"Gak siapa-siapanya sih, tapi 'kan setidaknya bisa jadi penyemangat hehe, masih ingat banget awal Pak agak ke sini dia orangnya diem tapi semenjak ketemu dengan aku Dia ceriakan itulah hebatnya seorang Silvi," jawab Silvi membuat Naya menghela nafas panjang lalu melanjutkan kerjaannya.

"Udah sih nggak usah sensi, aku tahu kamu pengen tapi kamu nggak bisa hahah ... nasib sambil tertawa nasib jadi orang yang suka malu-malu," ujarnya membuat Naya menghela nafas panjang.

Di ruangan HRD, Reza dan Pak Wawan sedang duduk berdua sambil ngobrol. "Jadi gitu Wan, saya udah obrlin juga sama Alex dan beliau mengizinkan makanya saya kesini," terang Reza membuat Wawan mangut-mangut.

"Bisa aja sih Pak di pindahin, tapi Pak maaf nih bukan bermaksud lancang, tapi saya lihat sejak awal Bapak kemari Bapak suka nanya-nanya soal Naya, ada apa ya Pak?" tanya Wawan penasaran. Deg!

"Em … gak apa-apa sih, saya kenal Naya jadi saya ingin sekali membantunya," jawab Reza mambuat Wawan mau tidak mau mengangguk walaupun sebenarnya masih banyak tanda tanya di hatinya tapi ia urungkan.

Setelah selesai ngobrol dengan Wawan, Reza pamit pulang sebelum pulang ia sengaja lewat dari bagian produksi sambil melihat Naya sekilas. 'Semoga dengan kamu di pindahin ke yang lebih santai kerjanya kamu gak terlalu capek Nay,' gumam Reza dalam hati sambil memperhatikan Naya dari kaca.

Dari dalam tidak sengaja Silvi menoleh ke arah kaca, detik kemudian ia langsung tersenyum lalu melambaikan tangannya lalu satu tangannya menyenggol tangan Naya.

"Apa sih Vi? Dari tadi heboh mulu," tanya Naya sambil memanyunkan bibirnya karena kesal. "Liat kaca buru, sebelum nyesal," ucap Silvi tanpa mengalihkan pandangannya membuat Naya dengan wajah yang masam perlahan menoleh ke arah kaca.

Detik kemudian Reza tersenyum melihat wajah kesal istrinya tersebut sangat menggemaskan, Reza mangangkat tangannya lalu melambaikannya seolah-olah membalas lambaian tangan Silvi.

Naya langsung kikuk lalu merubah ekspresi wajahnya sambil tersenyum sekilas lalu melambaikan tangannya biasa saja, tidak seperti Silvi sudah seperti orang konser.

Setelah itu Reza pergi sedangkan Naya langsung mengusap dadanya, hampir saja ia mengomeli Silvi tadi karena terus menanggungnya.

"Ih sweet banget deh, istrinya pasti bahagia banget punya suami perhatian gitu, ya tuhan tolong kirimkan laki-laki kayak Pak Aga satu lagi untukku," gumam Silvi dengan lebaynya. Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya pusing melihat tingkah temannya tersebut.

Malam hari, Reza pulang ke rumah dengan ekspresi yang ceria karena setelah bertemu dengan Naya, urusan kantornya juga bisa cepat ia selesaikan, biasanya butuh waktu berhari-hari karena selalu ia tunda-tunda.

"Assalamualaikum," ucapnya begitu sampai di ambang pintu. "Walaikumsalam, darimana aja sih Za seharian?" tanya Neni membuat Reza langsung menaikkan alisnya sebelah, ia bingung akhir-akhir ini Ibunya selalu menanyakan dirinya darimana.

"Dari kantor Ma," jawab Reza membuat Neni langsung tersenyum simpul. "Bohong, pasti kamu lagi bahagia kan, buktinya tuh ceria banget gak kayak biasanya," goda Neni membuat Reza langsung menghela nafas panjang.

"Ya ampun Ma, dikirain apaan, iya hari ini Reza lagi bahagia karena urusan kantor lancar semuanya," jawab Reza membuat Neni manggut-manggut. "Kamu dapat perempuan baru 'kah?" tanya Neni lagi membuat Reza terkekeh.

"Mama apaan sih, nanyanya kok gitu," jawab Reza, ntah kenapa akhir-akhir ini jika Mamanya mencoba menghilangkan nama Naya dari pikirannya atau mencoba menjodohkannya, ia langsung merasa tidak suka dan kesal.

"Oh gak apa-apa, kamu mandi dulu, Mama pesan makanan online," lanjut Neni membuat Reza mengernyitkan dahinya. "Mama gak masak?" tanya Reza yang dibalas gelengan oleh Neni.

"Gak, orang cuma kita bertiga aja. Biaya masak itu lebih mahal dibanding beli sendiri," jawab Neni membuat Reza manggut-manggut.

"Biasanya juga masak kemarin-kemarin pas ada Naya di sini, itu juga kan cuma berempat doang tapi menurut aku lebih hemat sih," ujar Reza sengaja memancing amarah mamanya.

"kamu tahu apa sih soal dapur, udahlah mending kita beli aja express dan tinggal makan gak usah repot ngabisin gas terus ke pasar dan lain-lain," ujarnya membuat Reza menghela nafas panjang. "Ya sudah, Reza kamar dulu," lanjut Reza yang dibalas anggukan oleh Neni.

'Awas kamu Naya, aku akan memberikan pelajaran untukmu menantu tak tau diri!' umpat Neni dalam hati sambil memperhatikan punggung Reza yang mulai menjauh.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status