Share

tidak sengaja

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-15 13:15:05

Dua hari kemudian, Neni meminta Nova untuk menemaninya ke pabrik tempat Naya kerja. Nova menyelesaikan sebagian pekerjaannya lalu berniat meminta izin pulang terlebih dahulu.

Tok! Tok! Tok! "Masuk," sahut Reza. Nova masuk kemudian berjalan mendekati meja Reza. Sebelumnya ia membuka bagian atas pakaiannya lalu menarik roknya agar terlihat lebih mini.

"Pak ini berkas-berkas penting yang harus si tanda tangani," ucap Nova barusaha membuat Reza agar mendongak melihatnya yang sudah sengaja berpakaian seksi.

"Oh, taro aja disitu, nanti saya tanda tangani," jawab Reza tanpa mendongak membuat Nova langsung mendengus kesal lalu menghela nafas panjang.

"Aku izin pulang duluan, Pak," lanjut Nova dengan nada yang masih sedikit kesal membuat Reza menoleh sekilas. Ia sedikit kaget melihat pakaian Nova, detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa?" tanya Reza. "Ada sedikit urusan Pak," jawab Nova yang dibalas anggukan oleh Reza. "Ya sudah," jawab Reza sedatar mungkin membuat Nova langsung menganga.

"Bapak gak nanya-nanya dulu atau nahan saya gitu?" tanya Nova lagi membuat Reza bingung. "Buat apa? 'kan kamu ada urusan ya sudah silahkan urus dulu," lanjut Reza membuat Nova semakin kesal.

'Liat aja aku akan kasih perhitungan sama istri kamu, berani-beraninya kamu malah nyuekin aku cuma gara-gara gadis kampung itu,' umpat Nova dalam hati lalu ia keluar begitu saja.

Sedangkan Reza yang melihat Nova pergi langsung menghela nafas panjang. Ia hampir saja nafsu melihat pakaian Nova yang menampakkan belahan dada dan paha Nova.

"Astaga, ini cewek bikin stress, Naya aja sepanjang pernikahan gak pernah pakai baju seperti ini, bisa-bisanya dia malah begini di kantor.

Cukup sudah kejadian Nova menciumku tempo hari yang lalu membuat Naya benar-benar salah paham. Padahal aku tidak melakukan apapun Novalah yang tiba-tiba datang main cium-cium aja," gumam Reza sambil memijit pelipisnya, ia berusaha mengingat wajah Naya untuk membuang semua pikiran buruknya.

"Jangan bilang dia sengaja menggodaku lagi, dasar ..." kesal Reza lalu melonggarkan dasinya lalu menyederhanakan punggungnya ke sisi sofa. "Huh ..." Reza menghela nafas panjang.

Setelah keluar dari ruangan Reza, Nova kembali merapikan pakaiannya lalu ia bergegas menemui Neni di tempat biasa mereka janjian. Sekitar 15 menit dari kantor akhirnya Nova sampai, tanpa membuang waktu ia langsung turun lalu menghampiri Neni.

"Tante," sapa Nova begitu sampai di cafe. "Hey, udah aman?" tanya Neni yang dibalas anggukan oleh Nova lalu ia duduk di sebelah Nova.

"Udah Tan, ayo berangkat biar gak kelamaan," ajak Nova yang dibalas anggukan oleh Neni. "Reza gak curiga kan kamu mau kemana?" tanya Neni yang dibalas gelengan oleh Nova.

"Gak Tan, orang dia lagi sibuk di kantor, aku masuk aja gak di hiraukan, menyebalkan sekali," jawab Nova yang masih kesal membuat Neni langsung mangut-mangut.

"Sabar aja, ntar juga dia luluh sendiri," jawab Neni membuat Nova senang. Tanpa membuang waktu mereka langsung berangkat menggunakan mobil Nova.

Di Pabrik Naya dan Silvi tengah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, tiba-tiba Wawan masuk ke dalam ruangan lalu menyuruh mereka semua ingin berhenti bekerja sejenak.

"Perhatian semuanya, maaf jika mengganggu waktu kerja kalian tapi di sini saja akan memanggil dia orang untuk ikut ke ruangan saya sebentar, bagi yang belum beruntung perbaiki disiplin dan semangat kerja kalian ya," ucap Wawan membuat semuanya langsung saling melempar pandangan.

"Apa tuh?" gumam para karyawan. "Ya ampun kayaknya dapat thr deh," ujar mereka. "Bukan, kayaknya mah penambahan gaji, thr mah masih lama,"

"Sudah … sudah, Naya dan Silvi silahkan ikut ke ruangan saya," panggil Wawan membuat keduanya langsung kaget. "Hah? Kita Nay? Mau ngapain?" tanya Silvi kaget.

"Ya aku mana tahu, udah ayok," jawab Naya lalu menarik tangan Silvi mendekati Wawan. "Oke, kalian berdua silahkan duluan tunggu di ruangan saya, saya mau ngasih sedikit arahan buat para karyawan," ucap Wawan yang dibalas anggukan oleh Naya dan Silvi lalu mereka keluar terlebih dahulu.

"Vi, aku juga gak percaya sih kalo masalah kerja baik dan disiplin, soalnya aku baru masuk aja udah sakit dan libur berhari-hari," ucap Naya membuat Silvi mangut-mangut.

"Iya sih, tapi bisa jadi sih kalo rezeki kita mah, udah positif thinking aja dulu mungkin emang kejutan apa gitu," lanjut Silvi membuat Naya bergidik ngeri.

"Moga gak di keluarin ya," gumam Naya. "Ih, gak lah. Gak mau aku juga, gak bakal bisa liat Pak Aga sama pak Alex lagi tar," ucap Silvi membuat Naya melotot.

"Kamu mah bukannya mikirin kedepannya gimana, eh malah mikirin cowok yang cuma bisa di haluin," sanggah Naya membuat Silvi cengengesan.

"Ayo masuk," ucap Wawan tiba-tiba membuat keduanya kaget. "Iya Pak," jawab mereka lalu mengekori Wawan dari belakang. "Silahkan duduk," lanjut Wawan lalu mengambil beberapa kertas.

"Jadi gini, sesuai dengan yang saya bilang tadi kalian di panggil kesini karena disiplin dan kualitas kerja kalian, beberapa hari yang lalu di bagian pengemasan ada yang mengundurkan diri dari pabrik karena alasan tersendiri mereka, salah satunya nikah.

Nah, saya sebagai HRD memilih kalian untuk menempati posisi kosong tersebut, apa kalian bersedia?" tanya Wawan membuat Naya dan Silvi saling melempar pandangan lalu mengangguk.

"Bersedia, terima kasih Pak," ucap mereka sama-sama membuat Wawan langsung tersenyum puas. "Bagus saya suka dengan semangat kalian, sampai di pengemasan pun kalian harus bekerja dengan semangat ya dan tetap disiplin, karena orang menilai produk kita tidak hanya dari kualitas, salah satunya juga dari kerapian," nasehat Wawan yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Baik Pak," jawab mereka berdua. "Oke, sekarang kalian bisa pindah ke pengemasan, ruangannya ada di ujung sana, kalian bisa kenalan dan berlatih terlebih dahulu disana," lanjut Wawan.

"Baik Pak, sekali lagi terima kasih banyak ya Pak," ucap keduanya lalu mereka keluar dari ruangan Wawan. Begitu di depan ruangan dua-duanya langsung tos dan pelukan.

"Yes, aku gak nyangka alhamdulillah kita pindah posisi Nay," ucap Silvi dengan senangnya sambil loncat-loncat. "Iya ih alhamdulillah, masyaallah banget pabrik ini begitu teliti menilai satu-satu karyawannya," jawab Naya sambil senyum-senyum.

Tanpa mereka sadari Wawan tengah memperhatikan keduanya dari balik kaca, walaupun ia tidak bisa mendengar percakapan Naya dan Silvi tapi ia bisa menyimpulkan kalo kedua begitu senang sampai loncat-loncat.

"Alhamdulillah deh kalo mereka senang, ikut senang juga liatnya kasian juga mereka harus kerja berat mulu," gumam Pak Wawan.

"Ya udah yuk kita kesana dulu sekalian kenalan sama ruangannya," ajak Silvi membuat Naya bingung. "Kok sama ruangannya sih, sama orangnya dong," ujar Naya.

"Gak usah kalo orangnya, pengen banget ada Pak Aga harusnya ia melihat kebahagiaan kita hari ini, sangat bahagia ... pasti dia bngga liat aku naik jabatan," ucap Silvi sambil senyum-senyum membuat Naya terkekeh.

"Masih aja ya mikirin orang lain, udah ah, naik jabatan darimana coba orang cuma pindah kerjaannya doang," ujar Naya membuat Silvi geleng-geleng.

"Ya namanya dia penyemangat Nay, kamu kalo di semangatin sama Reza suami kamu gimana?" tanya Silvi tanpa sadar membuat Naya langsung berhenti lalu tersenyum sekilas.

Silvi yang sadar ia keceplosan langsung menepuk mulutnya. 'Ya ampun ini mulut, gak ada remnya banget ya udah tau Naya masih sensitif banget sama perkara suami,' kesalnya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

  • Penyesalan Mertua Jahat    Sadar

    Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.

  • Penyesalan Mertua Jahat    Terbentur

    Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar

  • Penyesalan Mertua Jahat    Bertemu

    Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status