Share

Tidak Terima

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-14 13:51:21

"Gila kamu ya! Naya istriku, gak usah aneh-aneh," bantah Reza dengan tegas membuat Alex terkekeh lalu gelang-gelang. "Jelas-jelas kamu cemburu, masih aja bilang gak tau perasaanmu sendiri, munafik bro, jangan sampe kamu nyesal di saat Naya sudah berada di pelukan laki-laki lain," nasehat Alex membuat Reza bungkam.

"No! Naya gak seperti itu dia gadis polos dan penurut, dia gak mungkin buka hati secepat itu," bantah Reza mambuat Alex mengerutkan keningnya.

"Why not? Justru hati perempuan itu mudah luluh saat ia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, tulus dan mencintainya apa adanya," Alex sengaja mengompor-ngompori Reza.

"Udah ah malas, saya mau balik ke kantor lagi," lanjut Reza lalu ia meninggalkan Alex yang masih saja menertawakan dirinya. "Dasar aneh," gumam Alex. "O iya mau ke pabrik kapan?" tanya Alex sedikit berteriak membuat Reza kembali menoleh.

"Kapanpun saya mau, saya udah tau jalannya," jawab Reza membuat Alex melongo. "Heh! Itu pabrik saya ya," kesal Alex yang tidak di hiraukan oleh Reza. "Bodo amat," jawab Reza jutek lalu ia melangkah keluar. Alex terkekeh melihat sikap Reza yang menurutnya kurang bisa dalam mengambil keputusan.

Sore hari, Silvi pulang ke kosan dengan menenteng kantong plastik di tangannya. Naya yang melihat itu dari jendela langsung tersenyum. "Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam, mana satenya?" tagih Naya membuat Silvi melongo. "Buset ... Suruh duduk dulu kek, ngeselin deh," kesal Silvi membuat Naya langsung cengengesan lalu mengambil kantong plastik tersebut.

"Loh …loh kok gak sate?" tanya Naya sedikit kecewa melihat itu adalah rendang daging. "Namanya juga gratis, terima aja sih, tinggal makan, ingat kita gak boleh boros," jawab Silvi membuat Naya melongo.

"Gratis?" tanya Naya bingung. "Hu'um," dehem Silvi lalu meregangkan otot-ototnya. "Siapa yang ngasih? Baik banget," jawab Naya

"Itu tadi di paketin sama Pak Aga di kirimnya ke pabrik, awalnya aku bingung kan ada kurir yang manggil-manggil nama kamu, karena penasaran aku samperin tuh. Eh, taunya dari Pak Aga, ada tulisan dikit tadi disuruh kamu makan," terang Silvi membuat Naya mangut-mangut.

"Kok baik banget sih, segala dipaketin," gumam Naya. "Ntah, kayaknya Pak Aga mau paketin kesini deh cuma karena gak tau alamat lengkap kosan kita jadinya ke pabrik," lanjut Silvi.

"Cie … yang diperhatiin sampe segitunya," goda Silvi membuat Naya langsung memutar mata malas. "Apaan sih aku mah gak ge'er Pak Aga udah nikah dodol," kesal Naya membuat Silvi seketika sadar.

"O iya juga ya hehe tapi kalo belum nikah pasti baper kan," ledek Silvi membuat Naya langsung memutar mata malas. "Terserah, awas aku mau makan enak nih," ujar Naya.

"Sekalian ya, aku juga laper banget, ambilin ikan yang tadi juga sayang gak dimakan," jawab Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya. "Oke,"

Disisi lain, Reza bersiap-siap hendak pulang, tiba-tiba ada pesan masuk di ponselnya. [Pak, makanannya sudah sudah saya anter sesuai alamat ya dan di terima oleh Mbak Silvi]

Seketika bibir Reza tersenyum, ia membayangkan Naya memakan rendang yang ia pesan khusus Naya. [Baik, terima kasih ya] balas Reza lalu ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

'Aku memang gak punya alasan untuk bisa ketemu kamu tiap hari, tapi setidaknya dengan cara begini kamu tetap bisa merasakan keberadaanku dari jauh,' gumam Reza dalam hati lalu ia keluar dari ruangannya.

Seminggu kemudian sesuai dengan niatnya Reza kembali berangkat menuju pabrik, walaupun sebenarnya tugasnya di kantor masih banyak. Lama ia menempuh perjalanan akhirnya sampai di pabrik.

"Wah Pak Anugrah datang lagi, terima kasih banyak Pak sudah meluangkan waktu hampir tiap minggu," ucap Wawan yang melihat Reza turun dari mobil.

"Iya sama-sama, sekalian jalan-jalan pusing si kantor terus," jawab Reza. "Bapak mau mantau karyawan?" tanya Wawan yang dibalas anggukan oleh Reza, tanpa ia sadari ternyata Nova mengikutinya sadari tadi.

"Pak Reza ngapain ke pabrik gini? Perasaan perusahaan gak pernah kerjasama dengan pabrik? Aku harus nyamar juga, pakai jilbab dan masker," gumamnya lalu memakai jilbab dan maskernya di tambah lagi kacamata.

"Setidaknya dengan ini, penyamaranku tidak ketahuan," lanjutnya lalu ia turun dari mobil dan mengikuti jejak Reza dari kejauhan sambil memperhatikan kiri-kanan.

Disisi lain, bagitu sampai ke bagian produksi Reza langsung tersenyum melihat Naya sudah kembali bekerja, gadis itu tampak fokus sehingga tidak menyadari keberadaannya dari kejauhan.

Sedangkan Nova yang baru saja masuk ke dalam langsung pura-pura membaur dengan para karyawan. Namun, detik kemudian ia mematung melihat Naya dari kejauhan. Deg! 'Gadis kampung itu?' ucap Nova dalam hati.

'Apa jangan-jangan Reza kesini karena gadis kampung itu?' lagi-lagi Nova bertanya-tanya, dadanya naik turun Manahan amarah. Tanpa membuang waktu ia langsung keluar dari ruangan tersebut dan Brugh!

Nova tidak sengaja menabrak seseorang membuatnya langsung terpental ke lantai. Wawan yang melihat itu langsung membantu Nova berdiri membuat Nova panik takut penyamarannya ketahuan.

"Maaf Mbak, saya tidak sengaja," ucap Wawan yang dibalas anggukan oleh Nova. Reza berbalik saat mendengar Wawan berbicara dengan seseorang, namun ia tidak bisa melihat Nova karena posisinya ia di belakang Nova.

Tanpa membuang waktu, Nova langsung keluar begitu saja, padahal Wawan masih ingin bertanya lebih lanjut karena merasa asing dengan Nova. "Siapa Wan?" tanya Reza membuat Wawan langsung menoleh.

"Gak tau Pak, tergesa-gesa banget sampe jalan aja gak dilihat," jawab Wawan. "Oh, maklum mungkin karyawan lagi buru-buru," jawab Alex. "Iya sih Pak, tapi karyawan gak se rapi itu biasanya," jawab Wawan membuat Reza terkekeh.

Dari kejauhan tidak sengaja Naya melihat ke depan, detik kemudian matanya membola melihat siapa yang di depan. "Vi," panggil Naya. "Hum," dehem Silvi yang mulai ngantuk.

"Itu Pak Aga," ucap Naya setengah berbisik membuat Silvi langsung mendongak. "O iya, nanti bilang makasih gih," jawab Silvi. "Iya nanti aja, malu depan orang banyak,"

"Oh masih punya malu," ucap Silvi ceplas-ceplos membuat Naya langsung melotot. "Eh … sorry," ucap Silvi lalu menutup mulutnya sambil cengengesan membuat Naya menghela nafas panjang.

Tanpa mereka sadari ternyata Reza tengah memperhatikan dua orang yang sedang adu ledek-ledekan tersebut, Reza tak hentinya tersenyum melihat Naya sudah terlihat jauh lebih sehat dibanding minggu sebelumnya.

Ia juga merasa puas karena semua yang ia kirimkan diterima dengan baik oleh Naya. Perlahan ia berjalan melewati para karyawan-karyawan yang sedang bekerja hingga akhirnya ia tepat di tempat Naya dan Silvi.

Silvi langsung menyenggol lengan Naya mengisyaratkan agar berbicara, sedangkan Naya yang merasa canggung dan juga malu langsung berusaha mengontrol dirinya.

"Em … Pa–pak," panggil Naya pada Reza yang sekarang sedang berdiri di samping, Reza langsung menoleh lalu tersenyum. "Udah sembuh?" tanya Reza yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Udah Pak, makasih banyak ya Pak," ucap Naya yang dibalas anggukan oleh Reza. "Yang saya kirimin di makan gak?" tanya Reza lagi.

"Di makan Pak, enak banget, makasih banyak," jawab Naya sambil matanya kesana-kemari melihat para karyawan. "O iya Pak, saya juga makan sebagian, izin ya padahal saya gak sakit," celetuk Silvi membuat Reza seketika langsung menahan tawa begitu juga dengan Naya.

"Vi, jangan mulai ramai orang disini," ucap Naya wanti-wanti. "Mulai apa sih? Aku 'kan cuma minta izin kali, kan aku juga makan makanan yang di kirimin Pak Aga," ulang Silvi membuat Naya langsung menginjak kakinya.

"Akh," ringis Silvi membuat Naya langsung melotot. "Jangan ribut!" tegasnya dengan nada tertahan membuat Reza langsung terkekeh sambil geleng-geleng kemudian ia melangkah meninggalkan keduanya, untuk menghindari omongan para karyawan.

"Tuh kan di tinggalin, kamu sih kaku banget," ledek Silvi membuat Naya langsung memutar mata malas. "kita itu ke sini kerja bukan mau ngobrol, profesional dikit," ujar Naya membuat Silvi tertawa.

"iya deh sih paling profesional, jangan lupa makan sih kataku," ujar Silvi membuat Naya bingung. "Kok makan?" tanya Naya. "Biar nggak mikirin mantan suami kamu itu terus," ledeknya membuat Naya melotot.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status