“CELINEEEE…..” Teriak Bryan yang tampak bosan menunggu Celine turun berganti pakaian.
Celine yang mendengar teriakan Bryan hanya bisa mengelus dada. Padahal ia baru 15 menit berada dikamar dan belum berhias diri, ia tidak mau membuat malu mertua dan suaminya kalau ia tidak berpenampilan baik walau ia tidak suka berdandan tapi ia tahu cara untuk memoles wajahnya agar terlihat menarik. Tidak mau mendengar teriakan suaminya kembali, ia pun bergegas memakai baju yang sudah disediakan jauh-jauh hari. Baju tersebut sudah lama ingin ia kenakan untuk menghadiri pesta perusahaan tapi tidak pernah jadi digunakan karena ia tidak diizinkan pergi namun malam ini ia akan memakainya. Dengan percaya diri Celine memakai gaunnya yang sangat pas di badannya lalu memoles wajahnya agar kelihatan cantik. Kulit Celine yang putih bersih, hanya memakai sedikit riasan sudah membuatnya kelihatan cantik. Namun sayang di mata suaminya ia hanya seorang wanita tak menarik walau tubuhnya ia nikmati. Celine pun bergegas keluar kamar setelah kembali memeriksa riasan agar tidak tampak mencolok. Ia menuruni anak tangga dengan hati-hati, suara ketukan high heel milik Celine membuat Bryan ada yang duduk di ruang tamu menoleh dan ia pun menatap Celine tanpa berkedip. “Buruan jalannya. Dandan begini saja lama banget. Mau berjam-jam kamu bersolek wajah kamu tidak akan berubah. Tetap tidak menarik di mataku.” ucap Bryan sambil bangkit dari duduk, ia berbohong karena hampir saja ia terkesima melihat penampilan Celine. “Tunggu, Mas.” Celine yang memandangi Bryan sudah keluar dari rumah menuju mobilnya terpaksa melangkahkan kakinya dengan cepat. Celine bernafas lega karena ia telah sampai di depan mobil mewah Rolls-Royce milik Bryan. Sesampainya di depan mobil, Celine bingung ia harus duduk dimana. Karena baru kali ini Celine bepergian berdua dengan Bryan. Tiiiinnn….bunyi klakson membuat Celine terlonjak kaget, lalu ia segera membuka pintu belakang mobil tersebut. “Hey….kau pikir aku ini supir.” Teriak Bryan dari dalam mobil saat Celine hendak membuka pintu belakang. “Maaf Mas.” Celine tidak jadi membuka pintu belakang dan membuka pintu depan. Dengan canggung ia duduk di samping Bryan lalu memasang seat beltnya. Melihat Celine sudah duduk, tanpa bicara Bryan pun melajukan mobilnya ke hotel tempat acara berlangsung. **** Pesta perusahaan pun berlangsung meriah banyak kolega bisnis Bryan dan Dominic hadir, para tamu pun mulai berbisik-bisik saat melihat Celine yang baru pertama kali menampakkan dirinya hadir di pesta tersebut. Ada yang merendahkan Celine namun ada pula menatap kagum kecantikan natural Celine. Celine mulai risih karena mereka menatap dirinya, dengan langkah terpincang-pincang Celine menghampiri sebuah meja hidangan di mana banyak tersedia makanan. Jangan ditanya kemana Bryan, begitu turun dari mobil Bryan sudah meninggalkan Celine sendirian dan Bryan bergabung dengan para tamu undangan. “Kamu itu harus tahu diri dan jangan buat malu.” ucap sinis Berlina yang tiba-tiba sudah ada di samping Celine yang hendak mengambil puding. “Maksud Mama apa?” Tanya Celine tidak mengerti karena ia merasa berpenampilan menarik. “Heh…dasar pincang! Kamu duduk saja atau berdiri saja sampai acara selesai dan jangan berlenggak lenggok kayak peragawati disini. Apa kamu tidak lihat? Kalau orang-orang risih liat kamu berjalan.” kata Berlina dengan nada mencemooh. Ia sangat kesal tadi, temannya tertawa mengejek saat Celine berjalan masuk ke dalam. “Maaf, Ma. Celine tidak tahu.” “Sekarang sudah tahu kan, awas kalau aku lihat kamu berjalan.” ancam Berlina kemudian berlalu pergi meninggalkan Celine. Celine menarik nafas dengan kasar, ia menyesal telah hadir di acara ini. Ia ingin mencari tempat duduk karena acara ini akan berlangsung lama tidak mungkin ia hanya berdiri saja. Namun kursi yang disediakan letaknya sangat jauh dari tempat Celine berdiri, Celine hanya bisa pasrah harus berdiri sampai acara selesai. Dominic yang melihat anaknya sendirian tanpa menantunya menghampiri Bryan yang saat ini sedang mengobrol dengan teman sesama bisnisnya. “Bryan, dimana Celine?” Tanya Dominic dengan sorot mata tajam. “Tadi ada sama Bryan, Pa. Lalu dia izin mau mencari makanan.” Bryan terpaksa berbohong karena takut Papanya akan marah kalau tahu Bryan sudah meninggalkan Celine saat pertama kali datang. Untung saja ia tidak melihat Celine berjalan menuju meja hidangan. “Kamu cari Celine, karena acara puncak akan segera dimulai.” “Baik, Pa.” ucap Bryan dengan malas. Dominic kembali menyapa para tamu undangan setelah berbicara dengan Bryan. Ponsel Bryan berdering saat ia ingin mencari Celine, ia pun mengambil ponsel di saku celana terlebih dahulu. Wajah Bryan mengeras saat ia melihat nama panggilan yang ada di layar ponselnya.Celine menunggu di depan pintu kamar dengan cemas, ia di usir keluar oleh Berlina saat hendak masuk bersama dokter keluarga Dominic. Celine yang tidak mau membuat suasana semakin buruk, ia pun memilih menunggu di luar kamar. Hampir setengah jam menunggu di luar, pintu kamar mertuanya terbuka dan muncul Bryan dengan wajah tampak cemas. “Bagaimana Papa?” tanya Celine dengan tak kalah cemasnya. Bryan menggeleng lemah tanpa bersuara sepertinya keadaan Papa Dominic tidak baik-baik saja terlihat dari sikap Bryan yang buru-buru turun ke bawah lantas kembali ke kamar dan tak lama Papa Dominic dipapah oleh Bryan dan Dokter. Celine yang masih berdiri di depan pintu kamar hanya bisa menangis melihat Papa mertuanya. Berlina ikut keluar dari kamar namun langkahnya terhenti saat pandangan tertuju pada Celine yang masih berdiri mematung. Sorot mata tajam Berlina memancarkan kebencian dan kemarahan, ia lantas mendekati Celine. Plak Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Celine, Celine hanya dia
Dominic pulang kerumah setelah selesai berbicara pada pengacara, entah mengapa ada perasaan tidak enak dihatinya dan ternyata benar, ia melihat sang menantu ditarik paksa keluar dari rumah oleh anaknya.“Ada apa ini?”“Papa…!” Berta menoleh ke sumber suara dan mendapatkan tatapan tajam papanya.“Ada apa ini? Mengapa kamu menyeret Celine seperti binatang dan kamu….Reno, ada apa dengan wajah kamu?” Pandangan Dominic tertuju pada Reno yang wajahnya terluka. Reno menunduk tanpa berani menjawab.Mendengar suara Dominic, Berlina yang tadinya masih di dalam rumah segera keluar. Berlina berpikir sang suami tidak pulang cepat.“Sayang….kamu sudah pulang.” ucap Berlina lembut, lalu ia melotot pada Celine.Mendapat tatapan tajam dari Berlina, Celine berusaha berdiri dan memegang perutnya yang terasa nyeri. “Tolong jelaskan. Ada apa ini?” Dominic kembali bertanya pada Berlina karena tidak mendapat jawaban dari Berta yang saat ini hanya menunduk takut.“Menantu kesayangannya Papa berselingkuh den
Setelah mendapat pesan gambar dari Berta, Bryan langsung melajukan mobilnya pulang ke kediamannya. Mona yang berada di samping Bryan hanya diam menatap wajah Bryan yang sangat mengerikan, selama mengenal Bryan ia tidak pernah melihat Bryan semarah ini.Mona sempat mengirim chat pada Berta menanyakan kejadian apa di rumah, tapi Berta berkata kalau rencana mereka sedang berjalan, di dalam hati Mona tersenyum senang. Mona hendak menghibur Bryan tapi ia tidak berani untuk berbicara hingga mobil yang dikendarai Brian sampai di halaman rumah mewah milik keluarga Dominic.Bryan segera keluar dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Mona. Mona sedikit kecewa dengan sikap Bryan, ia pun turun dengan hati-hati karena kakinya masih terasa nyeri. Di ruang tamu sudah ada Reno, Celine, Berta dan Berlina. Mona berjalan mendekati Berta dan duduk di sampingnya, Mona bisa melihat tatapan tajam Berlina ke Celine yang saat ini menunduk dengan wajah cemas.Mona dan Celine terlonjak kaget saat tiba-tiba Brya
Berta menatap sinis mobil Reno yang berlalu meninggalkan rumahnya, lagi-lagi Reno mengabaikan nya, Ia menggenggam tangannya dengan kesal, ia sangat membenci Celine yang selalu menarik perhatian orang. Berta bergegas masuk ke dalam rumah saat melihat Celine dan Bryan turun dari tangga. Sepertinya mereka akan keluar terlihat Celine memakai pakaian bagus.Berta hendak memperlihatkan foto Celine dengan Reno pada Bryan namun ia urungkan karena waktunya belum tepat. Sebab tiba-tiba terdengar suara seseorang terjatuh dari tangga.Gedubuk….!!!“Auwhh….” Mona merintih kesakitan sambil memegang kakinya.“Mona…kamu baik-baik saja.” Bryan segera menghampiri Mona yang terduduk di lantai.“Aduh….Kakiku, Yan. Sepertinya terkilir.” ucap Mona dengan wajah kesakitan.Berta juga mendekat ke Mona dan melihat keadaan Mona, “Bryan cepat angkat Mona dan bawa kerumah sakit.” kata Berta dengan nada khawatir karena pergelangan kaki Mona sudah terlihat memerah.Celine berdiri menatap kakak beradik yang sibuk m
Reno yang tadinya hendak menemui Bryan diruang tamu melewat arah tangga di mana saat itu Celine sedang menaiki anak tangga dengan tubuh hampir terjatuh, Reno segera berlari dengan spontan ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Celine. “Nona…anda baik-baik saja.” ucap Reno dengan cemas. “Ah…Reno. Aku tidak apa-apa dan tolong singkirkan tangan kamu.” kata Celine yang takut ada seseorang yang melihat perbuatan Reno padanya walau Celine tahu Reno hanya sekedar menolongnya. “Maaf…Nona. Saya tidak sengaja. Nona tadi hampir jatuh sehingga saya spontan membantu.” Reno langsung melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Celine. “Ya aku tau.” “Wajah Nona pucat, apa Nona sakit?” “Aku baik-baik saja. Bryan ada di ruang makan kamu kemari pasti mau bertemu dengan beliau kan. Aku mau ke atas dulu ” Celine menyuruh Reno untuk segera pergi dari hadapannya, ia tampak gelisah kalau nanti ada orang yang tiba-tiba muncul. “Baik Nona.” Reno menatap punggung istri Tuannya yang b
“Mona….” ucap Brian yang terkejut dengan kehadiran Mona.“Selamat pagi, sayang.” Jawab Mona tanpa tahu malu dan tersenyum menggoda.“Eheemmm….” Terdengar deheman dari belakang, saat Mona menoleh ternyata ada Papa Bryan yang menatapnya tidak suka.“Eh…Om Dominic. Selamat pagi.” sapa Mona tersenyum kaku.“Jaga ucapan kamu Mona, nanti didengar menantu saya.” kata Dominic, lalu ia duduk di kursi tunggal yang biasa ia duduki.“Apaan sih Pa? Mereka kan dari dulu memang begitu.” sahut Berlina yang tahu suaminya tidak suka dengan Mona.“Itu dulu sebelum 5 tahun yang lalu dan sekarang Bryan sudah menikah, jadi hargai istrinya.” sarkas Dominic membuat Mona dan Berlina terdiam begitu juga dengan Berta yang duduk di sebelah Mona berdengus kesal,lagi-lagi Papanya membela Celine.Berlina menatap suaminya dengan malas, lalu bangkit untuk menaruh makanan di piring sang suami.Tak lama Celine kembali ke meja makan dengan membawa nampan berisi susu dan roti yang diminta Berlina. Untung saja tadi Bibi