DUABELAS : REKSA ASTATINE ALATHAS.KALO BOLEH TAU KALIAN BISA NEMU CERITA INI GIMANA?Warning : Typo berserakan.***Hari ini Irma jatuh sakit jadilah Anjali yang harus mengantar jemput anaknya. Selepas mengantar Anya, taksi yang ditumpangi Anjali melesat menuju kantor. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba mesin mobil mati membuat Anjali kelimpungan. Anjali sungguh tidak punya banyak waktu."Maaf ya bu, padahal kemarin sudah saya servis. Tapi masih aja mati ini mobil. Saya benar-benar minta maaf tolong jangan kasih bintang 3 ya, Bu."Bibir Anjali tertarik sebelah dengan dahi mengerut. Keadaan sedang spaneng gini pak supir masih sempatnya mikirin bintang. "Iya, Pak. Tapi tolong saya dulu untuk carikan mobil ataupun ojek. Saya sudah tidak ada waktu lagi ini," "Baik, Bu."Anjali menarik napas dalam-dalam menenangkan pikirannya. Sambil menunggu pak supir, Anjali segera memesan taksi online. Namun tidak ada satupun yang nyangkut. Bisa-bisanya kedua aplikasi kebanggaannya tidak berguna
TIGA BELAS : SINDIRAN UNTUK AGAM.TERIMAKASIH SUDAH NGIKUTIN SAMPE SINI!!DAN TERIMAKASIH UNTUK YANG MAU RIBET NGASIH TAU KLO ADA TYPO.SELAMAT MEMBACA!***Alarm berbunyi. Membuyarkan mimpi buruk Anjali. Memimpikan Agam adalah hal terburuk. Apalagi kalau sampai berani mengancamnya akan mengambil Anya. Apapun yang terjadi Anjali akan mempertahankan Anya untuk tetap di sampingnya. Anjali tidak akan membiarkan seorangpun mengambil Anya, sekalipun itu Agam, ayah kandungnya.Anjali menatap kosong tembok di kamarnya, memikirkan jadwal terulangnya setiap hari. Memastikan Anya pergi sekolah lalu bekerja dengan baik di perusahaan mantan suaminya.Tuhan, kenapa aku harus takut untuk memulai hari? Bukan kah kau sudah menentukan kebahagiaan untuk setiap hambamu? Anjali menahan napasnya sejenak. Memantapkan niatnya untuk bergerak membersihkan diri dan membantu Irma menyiapkan sarapan."Bu, di depan ada dua orang tamu." Irma segera menghampiri Anjali begitu turun dari tangga.Dahi Anjali membentu
EMPAT BELAS : KETAHUAN.Hola selamat membaca.***Anjali menatap berkas yang berserakan di atas meja. Sesekali dia menatap tab di samping komputernya. Dirinya tengah membuat laporan surat masuk untuk di setorkan pada Agam."Selamat pagi, Anjali."Anjali mengalihkan matanya dari komputer. Di sana berdiri Ryanti dengan anggun. Wanita itu terlihat lebih fresh dengan rambut sebahunya."Boleh saya bertemu dengan Agam?" Anjali balas tersenyum ramah. Melihat kembali Ryanti setelah seminggu sejak dikabarkan putus dengan Agam. Tubuh wanita itu terlihat lebih kurus walau masih keliatan cantik dan seksi. Anjali pikir mungkin dia terlalu stress setelah diputuskan Agam.Nampak wanita itu tidak menghilangkan senyuman manis menunggu jawaban dari Anjali.Hembusan napas keluar melalui bibir Anjali. Walaupun dirinya sempat kecewa dengan kelakuan Ryanti, namun tidak tega juga melihat keadaan wanita itu sekarang. Anjali jadi iba.Ketika Anjali bersiap meraih gagang telepon untuk menghubungi Agam, suara
HALO. APA KABAR KALIAN??GAK NYANGKA BANGET MENGENANG RASA BANYAK YANG SUKA!! TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA CERITA INI SAMPE SINI.SORI SLOW UPDATE SOALNYA BANYAK KESIBUKAN LAIN DI DUNIA NYATA.HAPPY READING!***Anjali diberi cuti dua minggu oleh Agam. Luka di tangannya juga belum kering. Anjali hanya tidak bisa menggunakan tangan kanannya dengan normal. Selebihnya bisa kok. Siang ini juga perempuan itu sudah siap untuk menjemput Anya di sekolah. "Irma, biar saya saja yang menjemput Anya. Kamu di rumah saja ya,"Anjali melihat Irma yang tengah merapihkan kerah bajunya. Sepertinya perempuan itu juga sudah bersiap menjemput putrinya."Saya juga gak papa kok bu. Apalagi Ibu sedang tidak sehat, biar saya saja Bu."Anjali tersenyum kecil, "Cuman tangan saya Irma. Yang lainnya masih berfungsi kok."Irma tersenyum canggung, "Yasudah, Bu."Oh iya, mungkin sudah seminggu Anya pindah sekolah ke sekolah lamanya. Setelah mendengar tawaran Agam, anak itu gencar merayu Anjali untuk menyetujui perp
Kemaren lupa gak pake judul jadi ... sori;vENAMBELAS : TUDINGAN DARI EPAN.***Pagi-pagi sekali Anjali sudah terbangun. Dia berjalan ke kamar mandi sembari menenteng celana training dan kaos putih. Rencananya dia mau menggerakkan tubuhnya dengan berlarian mengelilingi komplek.Baru saja sampai di tangga terakhir dirinya dikagetkan dengan kehadiran Anya. Gadis kecil itu sudah lengkap mengenakan legging hitam dipadukan dengan kaos pink."Mau kemana?"Anya nyengir, "Jogging sama mama.""Yakin? Nanti capek loh," kata Anjali menakuti. Namun ternyata, Anya tidak mudah terpengaruh. "Kan ada mama. Kalo Anya capek tinggal minta gendong, oke kan?" Anya menaikkan kedua alisnya gemas. Anjali hanya terkekeh pelan sebelum menyabit lengan Anya, menuntunnya ke halaman. Setelah melakukan pemanasan. Anjali menyuruh Anya untuk berlari terlebih dahulu. "Tunggu sebentar, ma. Anya lagi nunggu teman. Katanya dia mau ke sini jogging bareng,"Anjali mengerutkan keningnya, "Siapa?" "Ada deh," Anya menger
TUJUH BELAS : BUKAN KARENA AGAM.Sorry, kayaknya bakal slow update!Lagi banyak kesibukan lain di real-life.***Reksa berusaha keras untuk menemukan Anya. Sudah beberapa putaran dia mengelilingi setiap titik di taman tersebut. Namun, tidak ada jejak keberadaan anak itu.Anjali ditemani Epan bertanya ke setiap orang yang ditemui. Ada yang mengatakan sempat melihat Anya mengantre di stand es krim. Itupun sewaktu bersama Epan.Anjali kelimpungan begitu tidak mendapat petunjuk pasti."Tante, maafin Epan ya. Ini salah Epan. Kalau saja Epan gak ninggalin Anya, mungkin Anya gak bakal hilang."Epan menundukkan kepala, tidak berani menatap Anjali secara langsung. "Gak sayang, bukan salah Epan kok." Anjali mengusap pucuk kepala Epan."Yasudah sekarang kita cari lagi Anya, ya?"Ajakan Anjali disambut anggukkan oleh Epan. Tak tanggung Epan mengamit tangan Anjali."Pak maaf mau nanya, apa bapak liat anak ini?" Anjali menyodorkan ponsel dengan tampilan muka Anya di layar ponsel tersebut. Anjali b
DELAPANBELAS : ANYA SEKARAT."Anak manis, makan dulu ya nanti kamu bisa sakit, sayang,"Sore ini Ryanti masuk ke dalam kamar yang ditempati Anya. Sudah beberapa kali bujukkan dia lontarkan kepada anak itu. Namun tetap saja Anya tidak mau membuka mulutnya."Anya, makan dulu ya. Tante suapin deh."Ryanti mengangkat sendok penuh nasi ke arah Anya.Prank.Tanpa mampu Ryanti cegah Anya melempar sendok beserta mangkok di tangan Ryanti. Pecahan beling yang bercampur dengan nasi berserakan di lantai. "Anyaaaa," gemas Ryanti namun hal itu tidak membuat perempuan itu marah. Dia mencoba membawa Anya ke atas pangkuannya. Sudah dipastikan Anya menolak. Anak gadis itu menjaga jarak dari Ryanti dengan beringsut mundur."Mau es krim?"Mungkin kalau bukan Ryanti yang menawarinya dengan senang hati Anya akan bersorak gembira dan memborong semua es krim favoritnya.Anya tau perempuan di depannya adalah Ryanti. Perempuan yang kerap papanya bicarakan dan seseorang yang tidak mau Anya temui. "Kalau tante
SEMBILANBELAS : DONOR DARAHHappy reading!***Sesampainya di rumah sakit, Anjali digiring Agam menuju ruangan Anya. Perempuan itu linglung. Bahkan beberapa kali dia hilang keseimbangan ketika berjalan untung saja Agam sigap menahan tubuh mantan istrinya.Tidak berselang lama dokter keluar dari ruangan Anya. Sesuai dugaan, dokter bilang Anya kehilangan banyak darah, gadis kecil itu butuh 3 kantong darah sementara stok di rumah sakit hanya tersisa 2 kantong. Hal itu membuat Anjali bergerak cepat untuk mendonorkan darahnya. Namun, sayangnya ketika diperiksa golongan darahnya tidak cocok. Dengan yakin, Anjali menatap Agam. Besar harapannya golongan darah lelaki di depannya cocok dengan Anya. Walaupun kecil kemungkinan sama.Agam menggeleng dengan sorot kecewa dan sedih, "Maaf, golongan darahku B."Tangis Anjali pecah begitu keras. Sebagai orang tua dia sungguh tidak ada guna untuk anaknya. Bahkan di saat anaknya kritis, dirinya hanya bisa menangis tanpa berbuat apa-apa."Anjali, tenangk