Sekarang Anjali bisa bernapas lega. Setelah selesai memandikan Anya, sekarang tinggal memakaikan baju pada anak itu.
Terkadang Anya tidak rewel dan penurut. Setelah Anjali tegur untuk berhenti bermain dan segera berpakaian, anak berusia 3 taun itu segera menyimpan mainan bebeknya dan berlari menuju kamarnya.Sementara Anjali hanya mengikutinya dari belakang sesekali berteriak menyuruh putrinya untuk berhati-hati. Namun walaupun Anjali berteriak, suara lembut milik perempuan itu tidak terdengar seperti teriakan sehingga tidak membuat Anya takut. Dia malah sengaja berlari kecil menghindari jangkauan mamanya."Anya, ayo sini pake baju dulu nanti kamu bisa masuk angin, sayang.""Kalo Anya gak mau. Mama gak bakal marah kan sama Anya?" tanya Anya. Pipinya menggembung membuat Anjali gemas."Mamah gak akan marah asal Anya nurut sama mama, oke?""No, no, no, mamaa. Anya gak mau pake baju oke? Anya gerah kalo pake baju. Pokoknya Anya gak mau pake baju titik!"Suara Anya terdengar tegas menandakan kemauannya harus dituruti dan pantang dibantah."Ayolah, Anya kan anak pinter. Nanti kita ajak papa jalan-jalan deh. Gimana?" Perlahan Anjali berjalan mendekati putrinya. Bibirnya tersenyum kecil begitu Anya terlihat setuju dengan penawarannya, "Gimana? Anya setuju kan?" Anjali mengusap kepala putrinya lembut."Eum boleh deh, tapi kita mau jalan-jalan kemana ma?" Anya bertanya dengan muka serius."Gimana kalau ke pasar malam?" Anjali tersenyum puas begitu tubuh putrinya sudah terbungkus kaos lengan panjang."Sabi ... sabi ... Anya suka kok pasar malam nanti kita naik bianglala di sana. Oke, Ma!" Seruan Anya sangat semangat membuat Anjali tertawa karena gemas."Iya, nanti kita makan jagung bakar juga ya,"Anjali mengusap pucuk kepala putrinya."Eum! Anya suka jagung bakar sama kaya Mama. Hihihi,"Tanpa sadar Anjali tersenyum melihat keantusiasan putrinya. Dalam hati dia berharap Agam, suaminya bisa diajak kerja sama. Semoga saja suaminya itu tidak sibuk dan bisa meluangkan waktu untuk putri mereka. Tidak akan tega kalau Anya murung karena rangkaian rencana sederhana nya tidak terealisasikan."Nanti kita ajak papa bareng-bareng ya," kata Anjali diangguki semangat oleh putrinya.Melihat jam menunjukkan angka 5 membuat Anjali gesit mengurus putrinya. Tinggal menyisir rambut gadis kecil itu dan memberi sedikit bedak bayi pada mukanya biar keliatan sudah mandi dan fresh.Kali ini Anjali benar-benar sudah merasa lega. Anya sudah keliatan sangat cantik sekarang tugasnya adalah menyiapkan makan malam sebentar lagi Agam akan pulang dari kantor."Sekarang Mama masak dulu buat kita makan ya. Kamu main sama Molly di kamar ya." Anjali menyerahkan boneka kucing berukuran sedang pada anak nya.Agam tidak banyak mau. Dia akan memakan apapun yang Anjali siapkan. Sekarang perempuan itu tengah mengambil iga dari dalam freezer. Rencana dia akan membuat sop iga kesukaan Agam.Tidak lama terdengar suara mobil milik Agam memasuki pekarangan rumah. Anjali yang sedang nanggung tidak sempat membukakan pintu."Bang, maaf aku gak sempat bukakan pintu ya." Anjali menghampiri suaminya dan membawakan tas kerjanya.Agam hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.Anjali tersenyum kecil melihat punggung suaminya menjauh menuju kamar untuk membersihkan diri. Tidak lama dia bergerak menuju ruang kerja suaminya untuk menyimpan tas kerja."Kamu tau Ryanti kan?"Tidak bisa dipungkiri, mendengar nama itu lagi setelah 3 tahun menikah membuat tubuh perempuan yang tengah menata piring di meja makan sempat terhenti.Ryanti.Perempuan pemilik hati suaminya sejak dulu dan mungkin sampai sekarang. Entah karena apa hubungan mereka kandas sehingga orang tua Agam memohon padanya untuk menyelamatkan harga diri keluarga karena ditinggal pergi oleh calon mantu mereka.Masih jelas sekali sewaktu ijab qobul, Agam merapalkan nama Ryanti sebanyak 3 kali di depan semua orang yang menyaksikan pernikahan yang seharusnya tidak terjadi itu."Memangnya kenapa, Bang?" tanya perempuan itu pada suaminya. Diam-diam dia mengepalkan tangannya berharap dugaan buruk dibenaknya tidak akan terjadi."Dia telah kembali."Jawaban singkat namun menohok hati. Dugaan-dugaan buruk sudah berseliweran di kepalanya. Tidak ada yang mampu Anjali lakukan selain menghembuskan napas pasrah menunggu kelanjutan ucapan suaminya."Mari kita bercerai, Anjali."Anjali menatap wajah suaminya sejenak sembari tersenyum kecil. Seharusnya dia tidak berharap banyak pada pernikahan tidak sengaja itu. Seharusnya dia tidak jatuh terlalu dalam. Seharusnya dia sudah membangun mental yang kokoh untuk menyambut waktu yang akan terjadi seperti sekarang."Baiklah kalau itu maumu, Bang."Bahkan untuk pertama kali setelah ijab qobul Agam menyebut namanya hanya untuk meminta cerai. Bohong kalau hati Anjali tidak teriris."Sekarang kita makan malam dulu biar nanti kita lanjutkan," Anjali segera berbalik dan berjalan mengambil sop yang masih berada di atas kompor. Tanpa Agam ketahui Anjali sempat menghapus bulir air mata di sudut matanya."Papaa, tadi mama ngajak kita ke pasar malam loh paa. Gimana papa mau kan?" Suara ceria milik Anya terdengar. Dia nampak antusias menatap Agam yang hanya diam saja.Seolah tidak menyadari kehadiran Anjali di ujung pintu, Agam menjawab dengan tenang."Baiklah. Asal hanya kita berdua ya?"Kening Anya berkerut, terlihat tidak setuju, "Kenapa, Pa? Kan kasian mama kalo gak ikut nanti mama sendirian di rumah.""Mama kamu harus istirahat kasian dia kecapekan, sayang." Agam mengelus pucuk kepala Anya."Tapi kalo berdua gak seru papaaa," rengek Anya."Gitu ya? Gimana kalau sekalian ajak temen papa. Anya pasti akan suka. Dia baik kok,""Siapa?""Namanya tante Ryanti. Tante Ryanti pasti senang kalo main bareng Anya. Gimana?" Agam tersenyum lebar menunggu jawaban putrinya."Terus mama gimana?" Anya cemberut menatap papanya seolah tidak rela kalau meninggalkan mamanya sendirian."Gapapa, biar mama kamu istirahat kan di rumah."Sebelum perkataan menyakitkan keluar dari mulut suaminya, Anjali segera mendekat ke arah meja makan. Menampilkan muka ceria seolah tidak mendengar apa-apa."Serius banget, lagi ngobrol apaan emang?"Anjali menatap kedua orang di depannya satu persatu. Anya menatapnya sendu sedangkan Agam biasa saja, pria itu terlihat sibuk dengan ponsel di genggamannya."Mama kecapekan gak hari ini?" tanya Anya tiba-tiba.Sebelum menjawab pertanyaan putrinya, Anjali sempat melirik Agam dan ternyata pria itu pun melakukan hal sama padanya."Nggak kok, kenapa emang?""Beneran? Tapi kata papa tadi mama harus istirahat di rumah biar Anya, papa sama tante Ryanti yang main ke pasar malam. Tapi mama gak akan sakit kan kalau kita yang pergi? Soalnya Anya pengen kita bertiga yang ke pasar malam."Hati Anjali mencelos mendengar penuturan langsung dari putrinya. Anjali menatap suaminya dengan tatapan sulit diartikan. Sementara Agam dengan tatapan datarnya seolah menyuruh Anjali untuk menolak ajakan Anya.Anya mencoba tersenyum sembari mencubit pipi putrinya, tidak peduli tatapan datar suaminya berubah menjadi tatapan tajam, "Iya, kita bisa main bertiga ya, mama sehat kok."Sekian.DUA : PERESMIAN BERPISAHANJALI melihat kosong ke arah Agam dan Anya. Keduanya tengah mengantre di tukang jagung bakar. Sesekali anak dan ayah itu terlihat melempar gurauan yang membuat keduanya tertawa.'Kalau kita mau jadi pergi ke pasar malam, kuharap kau tidak terlalu dekat dengan saya dan Anya.'Anjali tersenyum miris mendengar syarat aneh yang keluar dari mulut suaminya. Bener-bener gila dan tidak masuk akal, namun tak ayal Anjali menurutinya. Perempuan itu benar-benar menjaga jarak dengan anak dan suaminya. Anjali sungguh tidak mau merusak suasana hati suaminya yang akan berimbas dengan kebahagiaan Anya. Anjali lakukan ini demi putri tersayangnya."MAMAAA SINII!"Anjali terkesiap. Pandangannya tertuju pada lambaian tangan Anya. Rupanya anak gadis menyuruh mendekat padanya. Sebelum beranjak dari tempatnya, Anjali sempat melirik wajah Agam. Namun hanya tatapan datar yang di tampilkan pria itu."MAMAA KATA PAPA AYOK SINII CEPETAN,"Tidak percaya apa yang di dengar nya barusan. Anj
TIGA : MEMULAI LEMBARAN BARUAGAM benar-benar ayah dan mantan suami baik pikir Anjali. Sebenarnya dia tidak minta banyak untuk harta gono-gini. Namun, Agam memberikan rumah yang ditinggali kepada Anjali dengan alasan Anya, putri mereka.Gadis kecil itu belum tau keadaan, dia pikir kepergiaan papanya hanya untuk sementara. Sehingga dia lebih memilih bersama Anjali sambil menunggu kepulangan papanya.Mungkin itulah sebabnya Agam mengatasnamakan rumah ini dengan nama mantan istrinya, Anjali.Anjali dan Anya menatap kepergian Agam dengan tatapan berbeda. Anjali dengan senyum miris sementara Anya tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya."Papaaa, cepat kembali ya!"Dengan polosnya bibir mungil itu meminta Agam untuk kembali. Anya hanya mampu mengeratkan pelukan pada putrinya, karena tidak punya rangkaian kalimat untuk dijelaskan ke Anya.Agam membalas lambaian Anya sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.Anjali mengajak Anya masuk begitu mobil yang dikendarai Agam menghilang. Anak i
EMPAT : KELAKUAN ANYASETELAH menghubungi Pak Ben bahwa dia bersedia berkerja di AX Group, Anjali diminta mendatangi kantor untuk interview. Anjali sempat gugup mengingat besok adalah pertama kalinya di wawancara.Anjali tidak punya pengalaman kerja sebelumnya, setelah lulus kuliah dirinya langsung dipinang Agam.Entah karena apa mama mertuanya melarang keras Anjali untuk bekerja padahal waktu itu dia sudah tanda tangan kontrak di sebuah perusahaan besar. Agam lebih setuju kalau dia membayar pinalti karena melanggar perjanjian ketimbang membiarkan Anjali bekerja.Benar saja, yang menjadi interviewer Anjali adalah Agam sendiri membuat perempuan itu ketar-ketir. Entah ada apa dengan dirinya sehingga bisa bereaksi berlebihan seperti ini.Namun, Anjali tetap bersikap profesional dengan memandang Agam sebagai atasan nya. Sebenarnya yang lebih mengganggu adalah tatapan Agam yang tajam dan ... dalam. Kali ini Anjali dibuat takut dengan sorot mata Agam yang mengintimidasi."Bagaimana keadaan
LIMA : KETERLAMBATAN AGAM.***Anjali hanya mampu tersenyum begitu mengingat perbuatan anak gadisnya itu. Berkatnya rencana Agam yang akan mengenalkan Anya pada Ryanti gagal total.Anak kecil itu mahal mengaum keras begitu Agam bilang akan mengajak Ryanti gabung."Anya tidak mau! Anya tidak setuju ya kalo papa nelfon tante Ryanti. Anya gak suka!"Anjali ingat sekali ekspresi marah dari Anya saat mengatakan kalimat itu. Sangat menggemaskan."Kenapa kamu tertawa?"Anjali segera tersadar kala suara datar dan dingin Agam memenuhi ruangan. Anjali gelisah saat semua pasang mata teruju padanya."Maaf," cicit Anjali. Dia juga menganggukkan kepala ke setiap orang yang menghadiri rapat waktu itu."Saya tidak suka kalau ada orang melamun saat rapat apalagi tertawa padahal tidak ada hal lucu! Fokus dan konsentrasi!"Hidung Anjali kembang kempis mendengar ultimatum tajam yang keluar dari mulut Agam.Anjali menghembuskan napas pelan. Lalu kembali mendengarkan suara Agam. Mencatat yang perlu dicatat
ENAM : SEBUAH KECELAKAANSaat itu pukul 09.00 malam kala Anjali tiba di rumah. Dan setiap dia pulang, biasanya Anya sudah tertidur pulas. Dirinya hanya bisa mengecek ke dalam kamar Anya untuk memastikan keadaan putrinya.Akhir-akhir ini dirinya kerap kerja lembur. Anjali takut kalau Anya akan merasa kesepian dan merasa terbuang. Namun tidak ada pilihan lain untuk Anjali. Dia harus tetap bekerja untuk menunjang hidup. Hal itulah yang membuat Anjali mempekerjakan Irma untuk mengasuh Anya di saat dirinya pergi bekerja. Setidaknya ada yang menjemput Anya saat pulang serta menjaganya selama dirinya sedang bekerja.Namun kali ini berbeda, begitu dia membuka pintu kamar Anya dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang tertidur di samping Anya. Jantung Anjali berdetak begitu cepat, pikiran buruk sudah berseliweran memenuhi isi kepalanya. Kemungkinan terburuk adalah pria itu pembunuh berantai yang menargetkan keluarga kecilnya.Dengan berhati-hati Anjali menghampiri ranjang yang ditempati kedu
Halo! Terimakasih sudah ngikutin sampe sini. Happy reading!♥️TUJUH : Dugaan Pak Supir Sesuai rencana awal, Anya akan ikut ke luar kota bersama Agam dan Anjali. Hal itu membuat Anya senang bukan kepalang karena ini kali pertama mereka pergi bersama. Dipikiran gadis kecil itu kalau mereka akan liburan, bersenang-senang seperti sebuah keluarga kecil bahagia. Anya adalah gadis kecil yang periang tidak peduli seberapa banyak cerita temannnya tentang liburan keluarga. Anya hanya mampu berkata, "Benalkah itu selu? Wah nanti aku juga akan ajak papa main ke lual negeli, ya Epan!"Faktanya, Agam selalu saja punya alasan untuk menolak ajakan putrinya. Hingga sekarang dengan gamblang, Agam mengajak Anya liburan tanpa dipinta. Anya begitu senang dan hal itu wajib dia ceritakan pada Epan, teman sekolahnya."Mama, Anya senang bangettt deh bisa liburan kaya kelualga bahagia."Anjali tersenyum mendengar pengakuan putrinya. Namun ada juga perasaan tidak enak dengan Agam. Bagaimana pun Anya tahu seb
Terimakasih yang udh baca cerita ini dan biggg thanks untuk yg udh kasih vote 💓DELAPAN : LIBURAN DI BALI"Lagipula kami sempat menjadi suami istri sebelum bercerai."Mungkin maksud Agam baik murni untuk menjelaskan persepsi Pak Supir. Bukan untuk mempermalukan Anjali. Bagaimanapun tidak ada kesalahan dalam ucapan Agam. Namun, perkataan Agam telah mengusik hati Anjali."Tapi, saya hampir menyesali status kami saat ini," Agam kembali menoleh pada Anjali sehingga pandangan mereka kembali bertemu. Bedanya, selang beberapa detik Agam kembali mengalihkan matanya.Tidak ada yang berani mengeluarkan suara setelahnya. Baik Anjali maupun Pak Supir sama terdiam. Bedanya Pak Supir sempat melempar senyum penuh arti kepada Anjali dan Agam secara bergantian.Sementara tanpa sepengetahuan Anjali, Agam mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan rasa malu setelah mengutarakan isi hatinya. Ketika sampai di hotel pun Agam tidak banyak bicara selain menyuruh Anjali untuk beristirahat di kamar yang sudah d
SEMBILAN : PIKIRAN DEWASA ANYA.Terimakasih yang udh baca cerita ini dan biggg thanks untuk yg udh kasih vote 💓Happy reading!Harusnya hari ini adalah hari terakhir mereka di Bali. Namun Anya meminta untuk tinggal satu hari lagi. Katanya mau ke pantai dan beberapa tempat yang belum pernah dia kunjungi. Dan tanpa berpikir panjang Agam langsung menyetujui permintaan putrinya itu."Reksa, tolong bantu kami untuk menjaga Anya, ya." Pesan Anjali kepada Reksa. Sudah Anjali larang keras untuk tidak menyewa Reksa lagi, tetapi Agam bersih keras dan keras kepala. Katanya biar Anya lebih terjaga."Sudah kewajiban saya untuk menjaga Anya, Bu."Anjali tersenyum mendengarnya. Lalu mereka masuk ke dalam mobil yang sudah Agam sewa sebelumnya. Begitu Anjali akan membukakan pintu belakang mobil, Agam berteriak. "Di sini saya bukan supir!""Yasudah kamu duduk di depan Sa biar saya dan Anya di belakang." Anjali mengambil alih Anya dari tangan Reksa. Sementara pria itu mengangguk patuh. "Gapapa bu, Anya