"Rebeca! Dia kembali," pekik Naema seraya memeluk pinggang Linch.
"Syukurlah, karena Dia menepati janjinya," gumam Linch."Maafkan Aku Naema. Karena tidak bisa datang ke pertandingan tepat waktu," ucap Rebeca sedih."Tidak masalah, yang terpenting sekarang Kau sudah kembali," ucap Naena sambil memeluk Rebeca.Kemudian mereka berdua turun ke arena pertandingan. Lawan mereka adalah senior yang sudah biasa mengikuti kompetisi.Linch melihat pertandingan itu di bangku paling depan. Dia tidak begitu banyak menaruh harapan pada Naema. Meskipun Naema kalah, Dia tetap akan mendukungnya.Pada saat Naema dan Rebeca turun ke arena, tiba-tiba saja langit menjadi gelap. Awan hitam mengelilingi sebagian langit di atasnya."Protegoh diabolicah," ucap Naema sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke sekitar arena pertandingan.Seketika api muncul mengelilingi arena pertandingan. Rebeca tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naema. Karena jika ada salah satu diantara mereka ada yang terlempar keluar dari arena pertandingan, pasti akan terbakar."Apa yang Kau lakukan, Naema? Kenapa menggunakan sihir api?" tanya Rebeca penasaran."Aku hanya ingin membuat pertandingan ini agar terlihat lebih keren," sahut Naema enteng."Kalau Kita tidak bisa melukai lawan, maka Mereka yang akan melukai kita. Bagaimana jika ada yang terlempar keluar, pasti api itu akan membakar tubuhnya," ucap Rebeca mengingatkan."Apa Kau lupa kalau Kita sedang bertanding? Kalau tidak melukai lawan, pasti Kita yang akan terluka," ucap Naema.Tanpa aba-aba-aba pihak lawan juga menyerang dengan api. Mereka menembaki Naema dan Rebeca dengan puluhan bola api.Sayangnya tidak ada satupun dari serangan lawan yang mengenai Rebeca maupun Naema.Mereka berdua hanya menghindar dan belum mempunyai kesempatan untuk menyerang. Setelah lawan lengah karena kehabisan tenaga, Naema dengan sangat cepat merebut tingkat sihir lawan dan menghancurkannya menjadi debu.Karena marah, para senior itu langsung menghujani Naema dengan puluhan bola api lagi. Mereka sengaja mentargetkan Naema hingga tidak berdaya."Tolong hentikan itu!" teriak Linch yang melihat Naema sudah terluka.Namun tidak ada satu orangpun yang mendengarkan teriakan Linch. Semua orang bersorak menikmati pertandingan itu tanpa memperdulikan penderitaan Naema."Kalau terus seperti ini, Naema bisa saja terbunuh. Dimana guru yang memantau pertandingan!" teriak Linch seraya menerobos lingkaran api yang dibuat Naema.Namun Zlatan menghalangi Linch untuk masuk ke arena pertandingan."Apa yang Kau lakukan Linch? Mereka sedang bertanding, tidak seharusnya Kau masuk ke sana!" teriak Zlatan pada Linch."Naema sudah terluka, Dia bisa saja terbunuh jika terus-menerus diserang!" teriak Linch sambil memberontak.Tiba-tiba saja angin bertiup sangat kencang. Langit yang semula terangpun menjadi gelap seperti malam hari.Naema sudah tidak berdaya dengan serangan bertubi-tubi yang tertuju padanya."Naema, bangun! Apa Kau masih bisa bertahan?" teriak Rebeca sambil menggoyang-goyangkan tubuh Naema yang terbaring di tanah."Ini semua salahku, tidak seharusnya Aku memaksamu untuk ikut kompetisi ini," ucap Rebeca sambil menangis."Apa yang Kau katakan, Aku masih belum mati," ucap Naema dengan suara yang lirih.Bahkan untuk bicara saja Naema sudah sedikit kesulitan, apalagi untuk bertanding."Aku tidak akan menyerah secepat itu, hanya sedang beristirahat sebentar," ucap Naema dengan senyumnya yang menyebalkan."Ini bukanlah saat yang tepat untuk bercanda! Cepat bangun sebelum Mereka menyerang lagi atau kita akan kalah," ucap Rebeca sambil menarik Naema agar berdiri."Alohomorah," ucap Naema seraya berdiri.Tak lama kemudian langit seperti terbelah dan turun hujan deras berikut petir yang menyambar.Api yang semula berkobar mengelilingi arena pun ikut padam.Semua penonton tercengang dengan apa yang dilakukan Naema. Mereka tidak menyangka Naema mampu mengendalikan cuaca dengan mantranya.Linch tidak pernah tahu dari mana Naema mempelajari kekuatannya itu. Bahkan Guru di Sekolah Sihir juga belum tentu dapat melakukannya.Tiba-tiba petir datang menyambar, namun Naema dapat menangkapnya. Dia membelokkan petir itu ke arah lawannya yang seketika hangus terbakar.Semua penonton kaget melihat kejadian itu, termasuk Linch yang jatuh ke belakang dengan posisi duduk."Kapan Naema mempelajari sihir itu?" gumam Linch yang masih tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan Naema."Sectumsemprah," gumam Naema seraya mengayunjan tongkat sihirnya ke arah para senior itu.Seketika darah mengucur deras dari luka sayatan yang ada pada tubuh mereka."Naema, tolong hentikan!" teriak seseorang dari arah belakang.Semua orangpun menoleh ke sana, dan ternyata Dia adalah Miss Zoya.Naema langsung menghentikan aksinya dan jatuh kembali ke tanah. Sepertinya Naema butuh kekuatan yang sangat besar untuk dapat melakukan semua itu.Pertandingan langsung dihentikan dengan pihak Naema sebagai pemenangnya. Para senior itu langsung dibawa ke ruang kesehatan untuk diobati luka-lukanya."Naema, ayo cepat kembali!" ucap Miss Zoya sambil memapahnya."Guru, kapan Kau pulang?" tanya Naema pada Miss Zoya."Itu tidaklah penting untuk saat ini. Cepat kembali ke rumah dan obati luka-lukamu!" pekik Miss Zoya.Linch segera berlari untuk menggantikan Miss Zoya memapah Naema karena sedikit kesulitan untuk berjalan."Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkilir saja," ucap Naema sambil mendorong Linch agar tidak usah memapahnya."Terkilir apanya! Jelas-jelas Kau terluka!" teriak Linch yang membuat Naema dan Miss Zoya berhenti berjalan.Kemudian Linch berjongkok di depan Naema untuk menggendongnya."Cepat naik ke punggungku! ucap Linch sambil menarik tangan Nama agar naik ke atas punggungnya."Kakak, Aku sudah bukan anak kecil lagi!" protes Naema karena tidak mau digendong."Cepatlah! tidak ada yang mengatakan Kau anak kecil!" ucap Linch.Lalu Naema menoleh ke arah Rebeca dan Miss Zoya untuk meminta pendapat."Naik saja, kakimu juga sulit untuk berjalan," ucap Miss Zoya memberi saran.Akhirnya Naema naik ke punggung Linch. Sebenarnya Naema sudah merasa sungkan karena bukan anak kecil lagi. Namun Linch selalu saja menganggapnya anak kecil yang harus dilindungi."Baringkan Naema di tempat tidur saja!" perintah Miss Zoya saat Linch hendak meletakkan Naema di kursi depan.Setelah Linch membaringkan Naema, Dia pergi ke belakang untuk mengambil air hangat dan handuk. Sedangkan Miss Zoya menyiapkan ramuan untuk mengobati luka Naema."Sejak kapan Kau belajar sihir mengerikan itu?" tanya Linch sambil mencuci luka Naema dengan air hangat."Akhhh.. Sakit, Kak! Bisa tolong pelankan sedikit!" pekik Naema karena Linch terlalu keras saat menekan luka Naema."Kenapa Kau baru berteriak sekarang! Dimana teriakanmu ketika Mereka menyerangmu secara bertubi-tubi?" pekik Linch yang kesal karena Naema telah membahayakan nyawanya sendiri."Sudah cukup, Kalian tidak perlu bertengkar lagi!" ucap Miss Zoya menengahi."Berikan ini pada Naema, suruh Dia meminumnya sampai habis!" perintah Miss Zoya pada Linch seraya memberikan mangkok yang berisi ramuan obat."Tadi Kau belum menjawabnya. Dimana Kau belajar sihir yang mengerikan itu?" tanya Miss Zoya seraya duduk di samping Naema."Kalau pergi dari sini, dimana Kami akan tinggal? Sedangkan di desa Kenari masih ada ancaman yang mengintai Putriku," keluh Axcel."Kami akan membantumu mencari akar masalahnya! Aku juga penasaran siapa yang tega berbuat keji kepada Makhluk kecil yang tidak berdosa," imbuh Rebeca."Apa Kau yakin, Nae? Bagaimana dengan tujuan Kita?" tanya Rebeca memastikan."Terimakasih atas perhatian Kalian! Kami akan berusaha untuk bertahan," ujar Axcel menyemangati dirinya sendiri."Kita akan pergi setelah membantu para Penduduk Desa Kenari!" putus Naema."Baiklah kalau begitu! Kita akan kembali lagi ke sana," putus Linch.Kemudian Axcel memperbolehkan Kami untuk menginap di rumahnya malam ini. Baru keesokan harinya Kami akan kembali ke Desa Kenari untuk menggali informasi.*****Di tempat lain, yaitu tepatnya di Desa Kenari seseorang sedang melaporkan sesuatu pada Tuannya. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan jubah dengan penutup kepala sehingga wajahnya tidak terlihat.Tuannya terlihat cukup
Anak itu kembali menutup pintu dan bersembunyi. Sepertinya Dia takut melihat orang asing. Atau mungkin tidak ada seorangpun yang pernah dilihatnya kecuali Ibunya sendiri."Apa Dia putrimu? Sepertinya Dia tidak menyukai Kami, maaf," ucap Naema sembari menatap Wanita paruh baya di depannya."Dia hanya belum mengenal Kalian karena tidak ada yang pernah berkunjung ke sini sebelum ini," sahut Wanita itu."Benarkah? Sayang sekali kalau begitu," ucap Naema menyesal."Masuklah! Akan kuperkenalkan Putriku pada Kalian," ucap Wanita itu mempersilahkan Naema dan yang lainnya."Maaf Nyonya, apa Kalian hanya tungga berdua saja? Kenapa di sini begitu sepi!" tabya Rebeca."Benar! Hanya Aku dan Putriku. Bagaimana tidak sepi, Kami tinggal di dalam hutan dan tidak tetangga di sekitarnya," sahut Wanita itu sambil terkekeh."Siapa Mereka, Bu?" tanya gadis kecil itu polos sambil bersembunyi di balik pintu."Keluarlah! Mereka bukanlah orang jahat," perintah Wanita itu agar anaknya segera keluar dari persembu
"Naema benar! Masih ada satu misteri yang belum terpecahkan," imbuh Linch."Kurasa sebaiknya Kita kembali lagi ke sana! Bagaimana jika para penduduk itu sebenarnya memang masih membutuhkan bantuan Kita," terang Naema."Kau terlalu baik hati, Nae! Kalau Kita kembali lagi ke sana itu akan membuang waktu setengah hari yang seharusnya bisa kita gunakan untuk menempuh Desa selanjutnya," tolak Rebeca."Tapi, Re! Aku masih penasaran kenapa tidak ada satu pendudukpun uang terbangun saat malam hari. Dan lagi, sepertinya ada sihir yang memang digunakan untuk menidurkan Mereka," imbuh Naema."Baiklah! Kalau Kita kembali, dimana Kita akan tinggal? Aku tidak mau kembali ke Penginapan itu lagi," putus Rebeca."Kita bisa mencari Pria Tua itu! Seharusnya Dia sudah terbebas dari sihir sekarang," terang Naema."Baiklah.. Kita kembali ke tempat itu lagi sekarang!" putus Linch sambil menarik tali kekang kudanya.Akhirnya Mereka berempat kembali lagi ke Desa itu. Di sana sudah banyak aktivitas warga seper
"Maaf.. Kami hanya tidak sengaja masuk kesini," sahut Nick sambil mencari ke asal suara.Tak lama kemudian seorang pria berjenggot panjang dan bertubuh pendek keluar dari persembunyiannya.Dia memakai topi yang terbuat dari jerami. Pakaiannya terlihat sedikit compang-camping seperti seorang pengemis."Apa Kalian bukan berasal dari sini? Kenapa berkeliaran di pagi buta!" tanya Pria itu sambil menatap ke arah Naema dan lainnya secara bergantian."Kami memang bukan asli penduduk di sini. Kami hanya numpang lewat dan juga sedang mencari teman Kami yang diculik saat di Penginapan di depan sana," terang Nick."Temanmu tidak ada di sini! Sebaiknya cepat tinggalkan tempat ini!" seru Pria itu."Kami memang hendak pergi dari sini! Maaf telah mengganggu," putus Rebeca sambil menarik tangan Naema untuk segera keluar."Awas! Jangan sentuh benda itu!" pekik si Pria.Nick yang awalnya sedang melihat-lihat dan menyentuh salah satu toples yang ada di depannya kaget mendengar sebuah teriakan dari dalam
Naema hanya menggelengkan kepalanya sembari melihat ke sekelilingnya."Apa tadi Aku pingsan cukup lama? Kenapa diluar sudah tampak gelap!" tanya Naema sambil melihat ke jendela yang sedikit terbuka."Menurutmu bagaimana, Nae!" ucap Rebeca meledek."Sebaiknya Kita istirahat dulu sebelum mulai perjalanan lagi," putus Linch."Lalu bagaimana dengan Jose?" tanya Naema."Kita akan mencarinya besok! Kurasa Dia akan baik-baik saja selama Lucas belum mendapatkanmu," putus Linch."Benar, Nae! Jose hanyalah sebuah umpan. Yang diincar Lucas sebenarnya adalah Kau sendiri," imbuh Nick."Sebenarnya apa yang diinginkan Lucas dari Naema. Aku Jadi penasaran," gumam Rebeca."Tunggu! Kalau mengetahuinya, Kita bisa memancing Lucas dari persembunyiannya dan menemukan Jose lebih cepat," seru Linch."Apa Kau mengetahuinya, Nae?" tanya Nick.Sedangkan Naema hanya menggelengkan kepalnya karena memang Dia tidak tahu."Mungkin saja ini ada hubungannya dengan asal-usulmu, Nae!" celetuk Receca."Aku tidak tahu! Aku
"Kau bisa langsung jalan ke sini! Nanti perisai itu akan menghilang dengan sendirinya," bujuk Naema hingga Rebeca menyetujuinya.Namun saat Rebeca hendak melangkahkan salah satu kakinya keluar, tiba-tiba Jose terbangun dan berteriak. Sontak Rebeca terjatuh sambil duduk.Jose berteriak dan meronta kesakitan hingga membuat Rebeca urung keluar dan mendekati temannya itu."Jose.. Apa Kau baik-baik saja? Semua orang sedang berusaha untuk membantumu, jadi tolong tenang dan bersabarlah!" ucap Rebeca sambil menenangkan Jose yang terus saja berteriak dan mencoba melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya."Bagaimana dengan Jose, Nae! Apa yang harus Kita lakukan?" tanya Rebeca sambil menoleh ke arah Naema yang hanya diam saja dan malah berdiri di depan pintu."Biarkan saja! Nanti Dia akan tenang sendiri," seru Naema tanpa berbuat apa-apa."Tapi Nae, ikatannya hampir saja lepas! Tolong bantu Aku untuk mengencangkan ikatannya!" seru Rebeca yang kesal karena Naema terus saja berdiri di sana tanpa a