Share

Bab 05. Kompetisi Sihir part 03

"Rebeca! Dia kembali," pekik Naema seraya memeluk pinggang Linch.

"Syukurlah, karena Dia menepati janjinya," gumam Linch.

"Maafkan Aku Naema. Karena tidak bisa datang ke pertandingan tepat waktu," ucap Rebeca sedih.

"Tidak masalah, yang terpenting sekarang Kau sudah kembali," ucap Naena sambil memeluk Rebeca.

Kemudian mereka berdua turun ke arena pertandingan. Lawan mereka adalah senior yang sudah biasa mengikuti kompetisi.

Linch melihat pertandingan itu di bangku paling depan. Dia tidak begitu banyak menaruh harapan pada Naema. Meskipun Naema kalah, Dia tetap akan mendukungnya.

Pada saat Naema dan Rebeca turun ke arena, tiba-tiba saja langit menjadi gelap. Awan hitam mengelilingi sebagian langit di atasnya.

"Protegoh diabolicah," ucap Naema sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke sekitar arena pertandingan.

Seketika api muncul mengelilingi arena pertandingan. Rebeca tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naema. Karena jika ada salah satu diantara mereka ada yang terlempar keluar dari arena pertandingan, pasti akan terbakar.

"Apa yang Kau lakukan, Naema? Kenapa menggunakan sihir api?" tanya Rebeca penasaran.

"Aku hanya ingin membuat pertandingan ini agar terlihat lebih keren," sahut Naema enteng.

"Kalau Kita tidak bisa melukai lawan, maka Mereka yang akan melukai kita. Bagaimana jika ada yang terlempar keluar, pasti api itu akan membakar tubuhnya," ucap Rebeca mengingatkan.

"Apa Kau lupa kalau Kita sedang bertanding? Kalau tidak melukai lawan, pasti Kita yang akan terluka," ucap Naema.

Tanpa aba-aba-aba pihak lawan juga menyerang dengan api. Mereka menembaki Naema dan Rebeca dengan puluhan bola api.

Sayangnya tidak ada satupun dari serangan lawan yang mengenai Rebeca maupun Naema.

Mereka berdua hanya menghindar dan belum mempunyai kesempatan untuk menyerang. Setelah lawan lengah karena kehabisan tenaga, Naema dengan sangat cepat merebut tingkat sihir lawan dan menghancurkannya menjadi debu.

Karena marah, para senior itu langsung menghujani Naema dengan puluhan bola api lagi. Mereka sengaja mentargetkan Naema hingga tidak berdaya.

"Tolong hentikan itu!" teriak Linch yang melihat Naema sudah terluka.

Namun tidak ada satu orangpun yang mendengarkan teriakan Linch. Semua orang bersorak menikmati pertandingan itu tanpa memperdulikan penderitaan Naema.

"Kalau terus seperti ini, Naema bisa saja terbunuh. Dimana guru yang memantau pertandingan!" teriak Linch seraya menerobos lingkaran api yang dibuat Naema.

Namun Zlatan menghalangi Linch untuk masuk ke arena pertandingan.

"Apa yang Kau lakukan Linch? Mereka sedang bertanding, tidak seharusnya Kau masuk ke sana!" teriak Zlatan pada Linch.

"Naema sudah terluka, Dia bisa saja terbunuh jika terus-menerus diserang!" teriak Linch sambil memberontak.

Tiba-tiba saja angin bertiup sangat kencang. Langit yang semula terangpun menjadi gelap seperti malam hari.

Naema sudah tidak berdaya dengan serangan bertubi-tubi yang tertuju padanya.

"Naema, bangun! Apa Kau masih bisa bertahan?" teriak Rebeca sambil menggoyang-goyangkan tubuh Naema yang terbaring di tanah.

"Ini semua salahku, tidak seharusnya Aku memaksamu untuk ikut kompetisi ini," ucap Rebeca sambil menangis.

"Apa yang Kau katakan, Aku masih belum mati," ucap Naema dengan suara yang lirih.

Bahkan untuk bicara saja Naema sudah sedikit kesulitan, apalagi untuk bertanding.

"Aku tidak akan menyerah secepat itu, hanya sedang beristirahat sebentar," ucap Naema dengan senyumnya yang menyebalkan.

"Ini bukanlah saat yang tepat untuk bercanda! Cepat bangun sebelum Mereka menyerang lagi atau kita akan kalah," ucap Rebeca sambil menarik Naema agar berdiri.

"Alohomorah," ucap Naema seraya berdiri.

Tak lama kemudian langit seperti terbelah dan turun hujan deras berikut petir yang menyambar.

Api yang semula berkobar mengelilingi arena pun ikut padam.

Semua penonton tercengang dengan apa yang dilakukan Naema. Mereka tidak menyangka Naema mampu mengendalikan cuaca dengan mantranya.

Linch tidak pernah tahu dari mana Naema mempelajari kekuatannya itu. Bahkan Guru di Sekolah Sihir juga belum tentu dapat melakukannya.

Tiba-tiba petir datang menyambar, namun Naema dapat menangkapnya. Dia membelokkan petir itu ke arah lawannya yang seketika hangus terbakar.

Semua penonton kaget melihat kejadian itu, termasuk Linch yang jatuh ke belakang dengan posisi duduk.

"Kapan Naema mempelajari sihir itu?" gumam Linch yang masih tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan Naema.

"Sectumsemprah," gumam Naema seraya mengayunjan tongkat sihirnya ke arah para senior itu.

Seketika darah mengucur deras dari luka sayatan yang ada pada tubuh mereka.

"Naema, tolong hentikan!" teriak seseorang dari arah belakang.

Semua orangpun menoleh ke sana, dan ternyata Dia adalah Miss Zoya.

Naema langsung menghentikan aksinya dan jatuh kembali ke tanah. Sepertinya Naema butuh kekuatan yang sangat besar untuk dapat melakukan semua itu.

Pertandingan langsung dihentikan dengan pihak Naema sebagai pemenangnya. Para senior itu langsung dibawa ke ruang kesehatan untuk diobati luka-lukanya.

"Naema, ayo cepat kembali!" ucap Miss Zoya sambil memapahnya.

"Guru, kapan Kau pulang?" tanya Naema pada Miss Zoya.

"Itu tidaklah penting untuk saat ini. Cepat kembali ke rumah dan obati luka-lukamu!" pekik Miss Zoya.

Linch segera berlari untuk menggantikan Miss Zoya memapah Naema karena sedikit kesulitan untuk berjalan.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkilir saja," ucap Naema sambil mendorong Linch agar tidak usah memapahnya.

"Terkilir apanya! Jelas-jelas Kau terluka!" teriak Linch yang membuat Naema dan Miss Zoya berhenti berjalan.

Kemudian Linch berjongkok di depan Naema untuk menggendongnya.

"Cepat naik ke punggungku! ucap Linch sambil menarik tangan Nama agar naik ke atas punggungnya.

"Kakak, Aku sudah bukan anak kecil lagi!" protes Naema karena tidak mau digendong.

"Cepatlah! tidak ada yang mengatakan Kau anak kecil!" ucap Linch.

Lalu Naema menoleh ke arah Rebeca dan Miss Zoya untuk meminta pendapat.

"Naik saja, kakimu juga sulit untuk berjalan," ucap Miss Zoya memberi saran.

Akhirnya Naema naik ke punggung Linch. Sebenarnya Naema sudah merasa sungkan karena bukan anak kecil lagi. Namun Linch selalu saja menganggapnya anak kecil yang harus dilindungi.

"Baringkan Naema di tempat tidur saja!" perintah Miss Zoya saat Linch hendak meletakkan Naema di kursi depan.

Setelah Linch membaringkan Naema, Dia pergi ke belakang untuk mengambil air hangat dan handuk. Sedangkan Miss Zoya menyiapkan ramuan untuk mengobati luka Naema.

"Sejak kapan Kau belajar sihir mengerikan itu?" tanya Linch sambil mencuci luka Naema dengan air hangat.

"Akhhh.. Sakit, Kak! Bisa tolong pelankan sedikit!" pekik Naema karena Linch terlalu keras saat menekan luka Naema.

"Kenapa Kau baru berteriak sekarang! Dimana teriakanmu ketika Mereka menyerangmu secara bertubi-tubi?" pekik Linch yang kesal karena Naema telah membahayakan nyawanya sendiri.

"Sudah cukup, Kalian tidak perlu bertengkar lagi!" ucap Miss Zoya menengahi.

"Berikan ini pada Naema, suruh Dia meminumnya sampai habis!" perintah Miss Zoya pada Linch seraya memberikan mangkok yang berisi ramuan obat.

"Tadi Kau belum menjawabnya. Dimana Kau belajar sihir yang mengerikan itu?" tanya Miss Zoya seraya duduk di samping Naema.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status