Share

04

Author: Naya Siswanto
last update Last Updated: 2022-09-11 16:04:25

Dua bulan pun berlalu,

Hoek!

Sedari pagi Kemal bolak-balik ke kamar mandi yang ada di dapur. Perutnya seperti diaduk, semua makanan yang dia makan keluar lagi.

Mual dan muntah yang dia rasakan membuat tubuhnya lemes.

"Kamu kenapa, Kemal? Sedari tadi mama perhatikan kamu muntah dan muntah saja," cicit Liza, mamanya Kemal.

"Nggak tau ni Ma, Kemal mual saat mencium aroma-aroma yang ada di sekitar Kemal." Jawab Kemal sambil memejamkan matanya, dia duduk bersandar di sofa.

"Kok lucu! Kayak ibu-ibu yang sedang hamil saja," celetuk Liza.

Degh! Jantung Kemal tiba-tiba berdetak lebih keras. "Ibu hamil Ma?" Tanyanya.

"Iya. Dulu temen mama hamil, tapi suaminya yang mengalami muntah dan ngidam." Jawab Liza.

Liza memperhatikan wajah Kemal yang tiba-tiba berubah, "Emangnya kenapa? Kamu nggak sedang menyembunyikan sesuatu dari mama kan?" Selidik Liza.

"Enggak! Kemal nggak menyembunyikan apapun. Cuma lucu aja dengernya, kok bisa istri yang hamil tapi suami yang mual, muntah, dan ngidam." Jawab Kemal.

"Bisa dong, karena mungkin si calon bayi ingin ayahnya merasakan apa yang dialami oleh ibunya," tutur Liza.

"Kemal masuk ke kamar dulu ya Ma, mau rebahan. Kepala Kemal pusing!"

Kemal menaiki tangga menuju kamarnya, sesampainya di kamar dia langsung menghubungi Arfan.

"Ada apa? Aku sibuk! Teganya kamu memberiku pekerjaan sebanyak ini," cicit Arfan dari seberang telpon.

"Kenapa jadi kamu yang marah sih? Aku belum ngomong, kamu udah nyerocos kayak beo." Sungut Kemal.

"Ada apa? Pengen makan rujak lagi?" Tanya Arfan. Sudah dua hari ini Arfan menjadi korban ngidamnya Kemal.

"Bukan itu," jawab Kemal.

"Lalu apa?" Tanya Arfan.

"Cepat temukan gadis itu! Dia sedang hamil anakku!" Perintah dari Kemal membuat Arfan terkejut.

"What! Kamu serius? Aku akan bertanya ada Khansa." Setelah mengatakan itu, Arfan langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

"Arfan! Hai! Argh, sial! Kenapa harus bertanya pada gadis itu." Kemal terlihat sangat frustasi. Dia buru-buru ke luar kamar dan berniat untuk pergi ke kantor.

"Kemal? Kamu mau ke mana? Jangan pergi, Nak! Sebentar lagi dokter akan datang," cegah Liza.

"Aku harus mencegah Arfan agar tidak bertanya pada gadis itu." Kemal terus berjalan tanpa menghiraukan mamanya.

Kepala yang masih terasa sangat pusing dan tubuhnya masih lemas, Kemal pun meminta supir untuk mengantarnya ke kantor.

Di sisi lain,

Arfan mendatangi ruangan Rayden untuk mencari Khansa.

Mau tidak mau, terpaksa atau tidak, dia harus mendapatkan informasi tentang Shanum hari ini.

"Pak Arfan? Tumben kemari?" Tanya Rayden. Meskipun Arfan adalah kakaknya Rayden, di saat jam kerja mereka harus mengikuti peraturan.

"Saya ada perlu dengan nona Khansa. Apa boleh saya berbicara dengannya sebentar?" Sama seperti Rayden, Arfan pun berbicara dengan formal pada adiknya itu.

"Silakan pak!" Sahut Rayden.

"Khansa! Ikut saya sebentar!" Ajak Arfan. Sebuah ajakan yang lebih terdengar seperti perintah.

Arfan mengajak Khansa ke ruangannya agar rahasia yang akan mereka bicarakan tetap aman.

"Duduklah!" Titah Arfan setelah sampai di ruangannya.

Khansa duduk sambil harap-harap cemas, dia takut panggilan ini karena dia telah melakukan kesalahan.

Ini kali ketiga dia bertemu Arfan. Pertama di kantor yang ada di kampungnya, kedua saat pertama dia bekerja di kantor ini, dan ketiga kalinya adalah hari ini.

Jantungnya berdetak saling berpacu, keringat mulai bermunculan di area wajahnya.

"Ada perlu apa ya pak? Apa saya membuat kesalahan?" Khansa memberanikan diri untuk bertanya.

"Jawaban saya tergantung jawaban dari kamu atas pertanyaan yang akan saya ajukan," jawab Arfan dan itu membuat Khansa pusing.

"Maksud bapak?" Tanya Khansa.

"Saya butuh informasi dari kamu," jawab Arfan.

"Informasi apa?" Tanya Khansa.

"Di mana Shanum?" Tanya Arfan langsung pada intinya.

Khansa terkejut, bagaimana bisa seorang Arfan mengenal Shanum sahabatnya.

"Apa ada masalah pak?" Tanya Khansa dengan hati-hati, takut salah.

"Jawab dulu pertanyaan saya. Tidak sopan membalas pertanyaan seseorang dengan balik bertanya," ujar Arfan.

Khansa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Baiklah, saya anggap bapak mengenal Shanum. Jadi, saya bercerita langsung pada intinya saja," kata Khansa.

"Silakan!" Titah Arfan.

"Semenjak ibunya meninggal, Shanum yang sudah tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa lagi tinggal di rumah saya." Tutur Khansa.

"Kamu berbohong Khansa! Sepertinya saya memang harus memecat kamu!" Gertak Arfan.

"Apanya yang bohong? Shanum memang tinggal di rumah saya!" Suara Khansa terdengar nyaring dan lantang.

"Ups!" Khansa membungkam mulutnya menggunakan telapak tangan saat menyadari kelancangannya karena telah meninggikan suara di depan Arfan.

"Saya tidak bohong pak! Saya sendiri yang mengajaknya untuk tinggal di rumah," jelas Khansa.

Arfan menatap wajah gadis itu dan dia melihat tidak ada kebohongan di sana.

"Kapan terakhir kamu bertemu dengannya?" Tanya Arfan.

"Terakhir bertemu saat saya hendak berangkat ke sini," jawab Khansa dengan jujur.

"Kapan terakhir kali kamu berkomunikasi dengannya?" Tiba-tiba Kemal sudah ada di ruang kerja Arfan.

"Hari yang sama saat saya hendak berangkat kemari," jawab Khansa dengan santainya, dia tidak tahu siapa Kemal.

"Apa kamu sanggup menerima konsekuensinya jika kamu membohongi saya?" Tanya Kemal.

"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kalian mencari Shanum? Dan anda siapa? Tiba-tiba datang dan ikut campur," cecar Khansa.

Kemal menyeringai lalu duduk di meja kerja milik Arfan, "Temanmu yang bernama Shanum itu telah membawa barang berharga milikku dan kamu tidak perlu tahu siapa saya," jawab Kemal.

Khansa memberanikan diri memandang wajah Arfan seolah meminta penjelasan. Namun, pria itu malah memalingkan wajahnya. Ada rasa aneh yang menjalar di hatinya saat mata Khansa menatap wajahnya.

"Saya beri waktu kamu satu minggu untuk menemukan keberadaan temanmu itu, dan jika kamu tidak berhasil menemukannya, terima akibatnya!" Ancam Kemal lalu berjalan ke luar dari ruangan itu.

Khansa semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi.

"Pak Arfan! Yang tadi itu siapa?" Tanya Khansa sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu.

"Kamu serius nggak kenal dia?" Arfan balik bertanya.

"Nggak sopan pertanyaan dibalas pertanyaan," sungut Khansa.

Arfan berdiri lalu menghampiri Khansa, dia mengacak rambut gadis itu lalu berjalan ke arah pintu.

"Cari Shanum dan laporkan padaku jika mau karir kita berdua selamat," ujar Arfan lalu ke luar dari ruang kerjanya. Dia tidak sanggup berlama-lama berada di dekat Khansa.

Khansa buru-buru ke luar dari ruangan itu dan langsung berlari menuju ke ruang kerja pribadinya. Sesampainya di meja kerja, dia mencari ponselnya. Dia berniat menghubungi ayahnya dan juga Shanum.

"Hallo! Ayah! Apa Shanum ada di rumah?" Tanya Khansa saat sang ayah menjawab panggilan telpon darinya.

"Loh, bukannya Shanum pergi bersamamu nak?" Suara ayah terdengar seperti orang yang tidak tahu apa-apa.

"Tidak yah, Shanum tidak pergi denganku." Tegas Khansa.

"Benarkah? Ke mana perginya dia? Sejak hari itu dia tidak pernah kembali ke rumah." Tutur Ayah dan Khansa pun langsung terkulai lemas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perawan 1M Pencuri Hati   25

    "Beri apa yang sudah aku janjikan padanya!" Titah Kemal pada anak buahnya."Siap, Bos!" Sahut anak buah Kemal.Kemal beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu kurir gadungan dan pergi.Kemal langsung pulang ke rumah, dia takut Shanum terbangun dan mencari dirinya.Sesampainya di rumah, Kemal bergegas menuju kamar. Senyumnya mengembang saat melihat Shanum masih tertidur pulas di kasurnya, padahal hari sudah menjelang pagi."Semoga setelah semua ini selesai tidak ada lagi masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita," ucap Kemal sambil merangkak naik ke atas kasurnya dengan perlahan, dia takut pergerakannya mengganggu tidur istrinya.Di tempat lain,Tok TokTokBeberapa orang laki-laki bertubuh tegap berdiri di depan apartemen Fira dan menggedor pintunya dengan kasar."Buka!" Teriak salah satu dari mereka.Fira yang tengah tertidur pulas pun terbangun karena mendengar suara gaduh yang berasal dari luar apartemennya."Siapa sih yang datang bertamu di pagi-pagi buta begini? Ganggu or

  • Perawan 1M Pencuri Hati   24

    Bugh!!Anak buah Kemal memukul seorang pria bertato mawar berduri yang mereka temui di sebuah tempat karaoke."Angkat dia! Bawa ke mobil!" Perintah ketua."Bos yakin ini adalah orang yang kita cari?" Tanya anak buah si ketua."Seperti informasi yang bos Kemal beri, pria bertato mawar berduri di belakang leher," jawab ketua.Setelah target berhasil dibawa masuk ke dalam mobil, supir pun langsung melajukan mobilnya."Kita bawa dia ke tempat kita saja! Nanti bos Kemal akan menemuinya di markas!" Titah ketua."Baik, Bos!" Sahut supir.Meski mereka melakukan kekerasan di tempat umum, tapi tidak seorang pun yang berani menghalau atau pun melaporkan kejadian itu pada petugas, karena semua sudah tahu siapa mereka. Kelompok ternama di kota ini yang disegani sekaligus ditakuti.Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di markas, ketua pun menghubungi Kemal melalui panggilan telepon."Bos! Kurir yang kita cari sudah ditemukan. Sekarang dia ada di markas kami!" Lapor ketua.Di tempat lain, Ke

  • Perawan 1M Pencuri Hati   23

    "Cari kurir yang bertugas antar makanan ke rumahku!" perintah Kemal pada anak buahnya melalui panggilan telepon.Emosi Kemal sudah memuncak. Bagaimana tidak marah? Shanum pendarahan setelah memakan makanan yang dia kirim ke rumahnya. Padahal Kemal sendiri yang membeli makanan itu dan dia yakin itu aman.Shanum masih belum sadarkan diri, untung saja janin yang ada dalam kandungannya masih bisa diselamatkan, kalau tidak ... mungkin Kemal sudah mengobrak-abrik seluruh isi kota dan menghabisi semua yang ada di dekatnya.Drrtt ... ponsel Kemal berdering."Halo!" Kemal menjawab panggilan di ponselnya."Kurir yang bapak suruh berada di rumah sakit dalam keadaan babak belur. Sepertinya ada seseorang yang dengan sengaja melakukan ini." Lapor anak buah Kemal."Cek cctv di rumahku!" Titah Kemal."Sudah pak! Kurir gadungan menggunakan topi dan masker. Ibu dan istri anda tahu itu," sahut anak buah Kemal."Di mana kurir yang asli dirawat?" Tanya Kemal."Orang-orang yang menolongnya mengantarkannya

  • Perawan 1M Pencuri Hati   22

    Brak!!Fira membuka pintu ruang kerja Kemal dengan paksa. Mata merah menyala menyorotkan emosi yang siap membludak."Manusia atau bukan kamu, Kemal? Tidak punya hati! Kenapa kau tumbangkan perusahaan ayahku?" Suara Fira terdengar melengking dan memekakan telinga."Seharusnya pertanyaan itu kamu layangkan pada dirimu sendiri, Fira. Bukan padaku!" Tegas Kemal dengan santai.Fira berdiri tegak di hadapan Kemal yang sedikit pun tidak melihat ke arahnya. Dia tetap fokus pada layar laptopnya."Tidakkah kau mengerti? Aku mencintaimu lebih dari apapun, Kemal. Kenapa kau membutakan matamu? Kenapa Kemal?" Terdengar suara isak tangis dari arah Fira. Suaranya bergetar dan terdengar sangat lirih.Kemal mengalihkan pangangannya, menatap tajam ke arah mantan kekasihnya tersebut."Seharusnya kamu sadar, Fira ... Kisah kita sudah berakhir sejak dulu. Sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi di antara kita. Kau sudah memilih dia menjadi teman hidupmu, begitu pun juga dengan aku." Tutur Kemal.Air mata mul

  • Perawan 1M Pencuri Hati   21

    Sebulan berlalu, Fira terus mengganggu Kemal, dia sengaja melakukan itu agar Shanum cemburu dan meminta cerai.Wilson sendiri tidak pernah pulang ke rumahnya sejak malam itu, bahkan gugatan cerai sudah dilayangkan untuknya.Setiap hari Fira datang ke kantor, bahkan dia kerap berkunjung ke rumah Kemal."Kamu sudah tidak punya malu ya? Setiap hari datang hanya untuk merayu suamiku," kata Shanum."Kenapa harus malu? Kemal itu kekasihku, tentu saja aku harus sering-sering bertemu dengannya." Balas Fira. Siang ini dia sengaja datang ke rumah Kemal, karena dia tahu Kemal sedang pergi ke luar kota. Jadi, dia pikir dia akan bebas mengganggu Shanum."Lebih baik kamu tinggalkan Kemal, karena dia miliku!" tegas Fira."Dasar tidak tahu malu! Orang sepertimu harusnya tidak pernah ada di dunia ini," suara mama terdengar sangat emosi.Fira terkejut saat melihat mama Kemal sedang berjalan menuruni anak tangga."Sejak kapan tante ada di sini?" tanya Fira."Sejak wanita sepertimu sering datang ke ruma

  • Perawan 1M Pencuri Hati   20

    Kemal terus membujuk Shanum agar tidak marah lagi. Dia terus memberi penjelasan bahwa hubungan cintanya dengan Fira sudah lama berakhir."Ceritakan padaku kenapa kalian bisa putus! Ceritakan dengan jujur, kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu." Ancam Shanum.Kemal duduk di antara istri dan mamanya, dia menerawang jauh menatap langit-langit ruang kerjanya. Sesekali terdengar suara nafas yang panjang dan berat.Sepuluh menit berlalu, tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Kemal. Mata Shanum terbelalak saat melihat Kemal memejamkan matanya, dia pikir Kemal akan bercerita. Eh, ternyata dia malah tertidur.Shanum memberi kode pada mama untuk pergi dari sana secara diam-diam."Ke mana kita sekarang? Sudah sore! Kita langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya mama setelah sampai di parkiran."Shanum langsung pulang saja, Ma. Sebentar lagi mas Kemal pasti pulang, aku takut nanti dia kebingungan mencariku. Lagi pula, kita harus berhati-hati bukan? Takut jika Fira membun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status