Share

03

Author: Naya Siswanto
last update Last Updated: 2022-09-09 21:02:42

Sesampainya di kantor, Kemal langsung menuju ruang HRD. Dia meminta data milik Khansa, terutama nomor ponselnya.

Setelah mendapat nomor ponsel Khansa, Kemal berniat untuk langsung menghubungi gadis itu. Namun, dia mengurungkan niatnya.

"Kalo aku telpon gadis itu, nanti dia bisa tahu dong kalau aku yang sudah membeli keperawanan gadis itu. Ah tidak boleh! Aku tidak boleh menghubunginya! Tapi, bagaimana dengan gadis itu? Bagaimana kalo dia benar-benar hamil?" Kemal terlihat berpikir dengan keras.

Dari jauh Arfan merasa aneh melihat tingkah Kemal. "Kenapa dia? Masih pusing memikirkan benihnya yang dibawa gadis itu?" Monolognya.

Arfan berjalan menghampiri sahabatnya yang sedang mondar-mandir di depan ruang HRD.

"Lagi ngapain loe? Ngitung jumlah ubin lantai?" Tanya Arfan.

"Bukan," jawab Kemal tanpa menoleh sedikit pun pada Arfan.

"Ngepel lantai biar kinclong?" Tanya Arfan lagi.

"Bukan," lagi-lagi itu jawaban yang dilontarkan oleh Kemal.

"Jadi, kamu lagi ngapain? Mondar-mandir nggak jelas!" Sungut Arfan.

"Aku sedang ... Hei! Sejak kapan kamu di sini?" Kemal mengusap dadanya karena terkejut saat melihat kehadiran Arfan.

"Aku di sini sejak kamu mondar-mandir kayak setrikaan," jawab Arfan lalu pergi begitu saja.

Kemal terdiam sejenak, "Apa iya aku begitu?" Tanyanya dengan suara lirih. Pertanyaan yang tepatnya ditujukan untuk dirinya sendiri.

Kemal pun memilih pergi ke ruang kerjanya, akan dia pikirkan langkah apa yang harus dia ambil.

Kemal duduk di kursi kebesarannya, dia sama sekali tidak berminat untuk menyentuh kertas-kertas berisi pekerjaan. Dia sibuk memikirkan cara bagaimana mengorek informasi tentang Shanum pada Khansa.

"Argh!!" Kemal kesal karena tidak kunjung mendapatkan ide.

"Kenapa sih? Sepulang dari kantor cabang kamu kayak orang stres gitu?" Tanya Arfan.

"Bagaimana? Apa sudah kalian dapatkan informasi tentang gadis itu?" Bukannya menjawab pertanyaan Arfan padanya, Kemal malah balik melemparkan pertanyaan.

"Belum," jawab Arfan singkat.

"Lalu, untuk apa kamu datang ke ruanganku?" Tanya Kemal, wajah dan nadanya terdengar kesal.

"Aku membawa mereka yang dipindahkan dari kantor cabang," jawab Arfan.

"Suruh mereka masuk!" Titah Kemal. Dia tidak sabar ingin melihat wajah Khansa.

Arfan membuka pintu ruang kerja, lalu menyuruh beberapa orang masuk ke ruangan itu.

Ada sekitar lima orang di sana.

"Kalian berlima laki-laki semua? Bukankah ada satu perempuan yang datang bersama kalian?" Cecar Kemal.

"Bu Khansa hari ini ikut terjun ke lokasi pembangunan pak. Pak Rayden yang membawanya," jawab salah satu dari mereka.

"Apa dia bertugas di lantai Rayden?" Tanya Kemal.

"Iya pak," jawab orang itu lagi.

Arfan membawa ke lima orang itu kembali ke luar setelah proses tanya jawab tentang pekerjaan selesai. Setelah itu dia kembali menemui Kemal.

"Dari mana kamu tahu tentang Khansa?" Tanya Arfan.

"Dari pihak rumah sakit, dia sahabat perawan satu miliarku." Jawab Kemal.

"What? Kamu serius? Kalo begitu tanyakan saja pada Khansa ke mana perginya gadis satu miliarmu itu!" Cetus Arfan.

"Kalau aku bertanya pada dia, berarti aku buka topeng, Arfan!" Geram Kemal.

"Jadi kita harus bagaimana? Mencarinya terus tanpa mengantongi informasi apa-apa? Mau sampai kapan? Buang dulu lah gengsimu itu!" Suara Arfan terdengar sangat kesal.

Kemal terdiam, memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut Arfan.

Huft, terdengar suara helaan nafas berat dari arah Kemal. "Buntuti gadis itu! Ikuti dan laporkan padaku setiap gerak-geriknya. Mereka pasti saling berkomunikasi dan saling bertemu." Titah Kemal.

"Baiklah! Tapi hanya satu bulan. Jika dalam sebulan gadis satu miliarmu tidak juga ada titik terang keberadaannya, aku akan menanyakannya langsung pada Khansa." Arfan ke luar dari ruang kerja Kemal membawa kekesalan.

"Kenapa dia marah? Apa salahku?" Kemal tidak menyadari kesalahannya.

Di tempat lain,

Di sebuah toko boneka, Shanum sedang melayani para pembeli. Kebanyakan dari mereka yang menjadi pelanggan toko adalah sepasang muda-mudi dan anak-anak.

"Shanum, ibu tinggal sebentar ya. Jaga toko baik-baik!" Pesan buk Dewi, pemilik toko.

Shanum bertemu buk Dewi di pesawat. Mereka berkenalan lalu buk Dewi pun menawarkan pekerjaan pada Shanum, dan gadis itu pun menerimanya.

Bu Dewi sangat baik, dia menganggap Shanum seperti putrinya sendiri. Dia mau menerima keadaan Shanum jika nanti Shanum hamil.

Bu Dewi janda tanpa anak, suaminya meninggal setahun yang lalu karena sakit jantung.

Shanum menceritakan semua kepada bu Dewi tentang apa yang terjadi padanya. Shanum juga menitipkan uang miliknya pada wanita paruh baya tersebut.

Sore harinya,

Seperti biasa toko akan tutup pukul lima sore.

"Shanum, ini ibu bawain makanan." Kata bu Dewi sambil menyodorkan bungkusan plastik pada Shanum.

"Terima kasih bu," ucap Shanum.

Setelah menutup toko, Shanum dan bu Dewi masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan tubuhnya. Selesai mandi baru mereka duduk di ruang keluarga untuk menghitung uang hasil penjualan.

"Hari ini kita menjual banyak boneka, Shanum. Semenjak ada kamu penjualan semakin meningkat. Kamu pembawa rezeki bagi ibu! Benar kata orang jika setiap anak punya rezeki masing-masing. Seorang anak adalah pembawa rezeki," tutur bu Dewi.

"Terima kasih ya bu, ibu sudah mau menerima Shanum." Ucap Shanum.

"Seharusnya ibu yang berterima kasih sama kamu, nak. Kamu sudah bersedia untuk menemani wanita tua ini," kata bu Dewi.

"Bu, bagaimana jika nanti Shanum hamil?" Raut wajah Shanum terlihat sedih.

"Kamu jangan khawatir, ibu sudah mengatakan pada pak RT dan warga sekitar jika kamu keponakan ibu, rumahmu kebakaran dan suamimu bekerja di luar negeri. Ibu mengatakan pada pak RT jika semua berkas-berkas milikmu semua habis terbakar." Jawab bu Dewi.

"Mereka percaya bu?" Tanya Shanum lagi dan bu Dewi pun mengangguk.

Setelah selesai menghitung uang hasil penjualan hari ini, bu Dewi mengajak Shanum untuk makan malam. Selesai makan, mereka kembali masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

Shanum duduk bersandar di atas kasurnya, tangannya mengusapi perut yang rata.

"Apa iya aku akan hamil? Jika benar, bagaimana nasib anakku nanti? Bagaimana jika dia besar dan bertanya tentang ayahnya? Aku sendiri tidak tahu seperti apa wajah lelaki itu." Monolog Shanum.

Shanum memejamkan mata, mengingat kembali kejadian malam itu.

Dia mengingat bagaimana Kemal melakukannya dengan sangat lembut. Seolah ada cinta di antara mereka.

"Siapa kamu? Kenapa kamu tidak menampakkan wajahmu malam itu? Dari mana kamu punya uang sebanyak itu? Apakah kamu sultan?" Monolog Shanum.

Shanum merebahkan tubuhnya, matanya sudah mulai mengantuk. Dia berusaha untuk memejamkan matanya namun tidak bisa, bayangan malam itu terus melintas dalam ingatannya.

"Aku masih ingat suaramu, aku mengingatnya, Tuan!" Lirih Shanum.

"Mau main di sofa?" Itu kalimat pertama yang diucapkan oleh Kemal dan suara-suara Kemal yang lain selalu memenuhi kepala Shanum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perawan 1M Pencuri Hati   25

    "Beri apa yang sudah aku janjikan padanya!" Titah Kemal pada anak buahnya."Siap, Bos!" Sahut anak buah Kemal.Kemal beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu kurir gadungan dan pergi.Kemal langsung pulang ke rumah, dia takut Shanum terbangun dan mencari dirinya.Sesampainya di rumah, Kemal bergegas menuju kamar. Senyumnya mengembang saat melihat Shanum masih tertidur pulas di kasurnya, padahal hari sudah menjelang pagi."Semoga setelah semua ini selesai tidak ada lagi masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita," ucap Kemal sambil merangkak naik ke atas kasurnya dengan perlahan, dia takut pergerakannya mengganggu tidur istrinya.Di tempat lain,Tok TokTokBeberapa orang laki-laki bertubuh tegap berdiri di depan apartemen Fira dan menggedor pintunya dengan kasar."Buka!" Teriak salah satu dari mereka.Fira yang tengah tertidur pulas pun terbangun karena mendengar suara gaduh yang berasal dari luar apartemennya."Siapa sih yang datang bertamu di pagi-pagi buta begini? Ganggu or

  • Perawan 1M Pencuri Hati   24

    Bugh!!Anak buah Kemal memukul seorang pria bertato mawar berduri yang mereka temui di sebuah tempat karaoke."Angkat dia! Bawa ke mobil!" Perintah ketua."Bos yakin ini adalah orang yang kita cari?" Tanya anak buah si ketua."Seperti informasi yang bos Kemal beri, pria bertato mawar berduri di belakang leher," jawab ketua.Setelah target berhasil dibawa masuk ke dalam mobil, supir pun langsung melajukan mobilnya."Kita bawa dia ke tempat kita saja! Nanti bos Kemal akan menemuinya di markas!" Titah ketua."Baik, Bos!" Sahut supir.Meski mereka melakukan kekerasan di tempat umum, tapi tidak seorang pun yang berani menghalau atau pun melaporkan kejadian itu pada petugas, karena semua sudah tahu siapa mereka. Kelompok ternama di kota ini yang disegani sekaligus ditakuti.Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di markas, ketua pun menghubungi Kemal melalui panggilan telepon."Bos! Kurir yang kita cari sudah ditemukan. Sekarang dia ada di markas kami!" Lapor ketua.Di tempat lain, Ke

  • Perawan 1M Pencuri Hati   23

    "Cari kurir yang bertugas antar makanan ke rumahku!" perintah Kemal pada anak buahnya melalui panggilan telepon.Emosi Kemal sudah memuncak. Bagaimana tidak marah? Shanum pendarahan setelah memakan makanan yang dia kirim ke rumahnya. Padahal Kemal sendiri yang membeli makanan itu dan dia yakin itu aman.Shanum masih belum sadarkan diri, untung saja janin yang ada dalam kandungannya masih bisa diselamatkan, kalau tidak ... mungkin Kemal sudah mengobrak-abrik seluruh isi kota dan menghabisi semua yang ada di dekatnya.Drrtt ... ponsel Kemal berdering."Halo!" Kemal menjawab panggilan di ponselnya."Kurir yang bapak suruh berada di rumah sakit dalam keadaan babak belur. Sepertinya ada seseorang yang dengan sengaja melakukan ini." Lapor anak buah Kemal."Cek cctv di rumahku!" Titah Kemal."Sudah pak! Kurir gadungan menggunakan topi dan masker. Ibu dan istri anda tahu itu," sahut anak buah Kemal."Di mana kurir yang asli dirawat?" Tanya Kemal."Orang-orang yang menolongnya mengantarkannya

  • Perawan 1M Pencuri Hati   22

    Brak!!Fira membuka pintu ruang kerja Kemal dengan paksa. Mata merah menyala menyorotkan emosi yang siap membludak."Manusia atau bukan kamu, Kemal? Tidak punya hati! Kenapa kau tumbangkan perusahaan ayahku?" Suara Fira terdengar melengking dan memekakan telinga."Seharusnya pertanyaan itu kamu layangkan pada dirimu sendiri, Fira. Bukan padaku!" Tegas Kemal dengan santai.Fira berdiri tegak di hadapan Kemal yang sedikit pun tidak melihat ke arahnya. Dia tetap fokus pada layar laptopnya."Tidakkah kau mengerti? Aku mencintaimu lebih dari apapun, Kemal. Kenapa kau membutakan matamu? Kenapa Kemal?" Terdengar suara isak tangis dari arah Fira. Suaranya bergetar dan terdengar sangat lirih.Kemal mengalihkan pangangannya, menatap tajam ke arah mantan kekasihnya tersebut."Seharusnya kamu sadar, Fira ... Kisah kita sudah berakhir sejak dulu. Sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi di antara kita. Kau sudah memilih dia menjadi teman hidupmu, begitu pun juga dengan aku." Tutur Kemal.Air mata mul

  • Perawan 1M Pencuri Hati   21

    Sebulan berlalu, Fira terus mengganggu Kemal, dia sengaja melakukan itu agar Shanum cemburu dan meminta cerai.Wilson sendiri tidak pernah pulang ke rumahnya sejak malam itu, bahkan gugatan cerai sudah dilayangkan untuknya.Setiap hari Fira datang ke kantor, bahkan dia kerap berkunjung ke rumah Kemal."Kamu sudah tidak punya malu ya? Setiap hari datang hanya untuk merayu suamiku," kata Shanum."Kenapa harus malu? Kemal itu kekasihku, tentu saja aku harus sering-sering bertemu dengannya." Balas Fira. Siang ini dia sengaja datang ke rumah Kemal, karena dia tahu Kemal sedang pergi ke luar kota. Jadi, dia pikir dia akan bebas mengganggu Shanum."Lebih baik kamu tinggalkan Kemal, karena dia miliku!" tegas Fira."Dasar tidak tahu malu! Orang sepertimu harusnya tidak pernah ada di dunia ini," suara mama terdengar sangat emosi.Fira terkejut saat melihat mama Kemal sedang berjalan menuruni anak tangga."Sejak kapan tante ada di sini?" tanya Fira."Sejak wanita sepertimu sering datang ke ruma

  • Perawan 1M Pencuri Hati   20

    Kemal terus membujuk Shanum agar tidak marah lagi. Dia terus memberi penjelasan bahwa hubungan cintanya dengan Fira sudah lama berakhir."Ceritakan padaku kenapa kalian bisa putus! Ceritakan dengan jujur, kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu." Ancam Shanum.Kemal duduk di antara istri dan mamanya, dia menerawang jauh menatap langit-langit ruang kerjanya. Sesekali terdengar suara nafas yang panjang dan berat.Sepuluh menit berlalu, tidak ada sepatah kata pun yang ke luar dari mulut Kemal. Mata Shanum terbelalak saat melihat Kemal memejamkan matanya, dia pikir Kemal akan bercerita. Eh, ternyata dia malah tertidur.Shanum memberi kode pada mama untuk pergi dari sana secara diam-diam."Ke mana kita sekarang? Sudah sore! Kita langsung pulang atau pergi jalan-jalan dulu?" tanya mama setelah sampai di parkiran."Shanum langsung pulang saja, Ma. Sebentar lagi mas Kemal pasti pulang, aku takut nanti dia kebingungan mencariku. Lagi pula, kita harus berhati-hati bukan? Takut jika Fira membun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status