Home / Romansa / Perawan 200 Juta / Bab 1 P200J Wanita Penghibur

Share

Perawan 200 Juta
Perawan 200 Juta
Author: LinDaVin

Bab 1 P200J Wanita Penghibur

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2022-06-23 14:10:00

"Tuan, itu sudah harga yang pantas. Barang dijamin mulus, masih segelan." Mami Erna memperlihatkan foto seorang gadis muda, pada seorang pria yang berumur sekitar kepala empat tersebut.

"Berapa umurnya?" tanya sang Tuan, yang dikenal sebagai penyuka barang segelan, atau gadis yang masih perawan itu.

"Sudah tujuh belas tahun, Tuan, jadi aman. Dijamin legit dan punel, saya sendiri yang menghandle gadis itu," terang Mami Erna, seorang mucikari kelas kakap. 

Langganan Mami Erna memang dari kalangan atas, gadis yang disediakan oleh Mami Erna pun, juga gadis dengan kualitas super. Cantik dan proposional, untuk gadis yang masih segelan atau perawan pelanggan harus memesan jauh-jauh hari.

Setelah menyetujui harga yang ditawarkan Mami Erna sang Tuan, yang biasa dipanggil dengan nama Tuan Bram itu menyerahkan tanda jadi lima puluh persen dari total harga yang di sepakati.

"Saya jamin, Tuan tidak akan kecewa," ucap Mami Erna, tersenyum puas melihat tumpukan uang didepannya.

"Siapkan gadisku malam ini di tempat biasa," perintah Tuan Bram, kemudian berdiri hendak beranjak dari ruang kerja sang mucikari kelas wahid itu.

"Baik, Tuan," jawab Mami Erna dengan senyum terkembang.

Tuan Bram melangkah keluar, dengan diantar Mami Erna sampai di pintu. Wanita bertubuh gempal itu membukakan pintu untuk sang Tuan. Matanya masih mengikuti punggung yang nampak masih tegap itu, hingga kembali menghilang di balik sebuah pintu.

~ PoV Zanna

"Jen, siapkan gadis itu untuk malam ini, pilihkan baju yang paling bagus, dan berkelas, pastinya juga yang mengundang gairah," perintah Mami Erna pada Jenny, asistennya.

"Siap, Mami, percaya sama pilihan eyke," jawab Jenny, yang setauku bernama Joni itu. Mami Erna menyeringai dan kemudian berlalu keluar.

Pria cantik itu berjalan ke arahku, memindai wajah dan tubuhku.

"Sempurna," ucapnya sambil memiringkan badanku ke kanan dan kekiri, mengangkat daguku, dan pandangannya turun ke dadaku, alis itu terangkat. Spontan aku menutup dada yang sedikit terlihat karena kerah baju yang aku pakai terlalu lebar.

"Eyke sudah punya balon sendiri, nggak nepsong sama punya you," ucapnya kemudian. Walaupun dia sudah terlihat seperti perempuan asli, tetap saja aku masih merasa risih.

"Ingat semua yang sudah diajarkan, bagaimana cara melayani pelangan. Jangan buat pelanggan sampai kecewa, Tuan Bram sudah membayar mahal, beri pelayanan terbaik," jelas pria cantik itu lagi.

Zanna Kirania Gianina, nama yang sangat cantik, secantik itu juga wajah yang aku miliki. Yang tidak cantik adalah nasibku. Lahir tanpa seorang ayah, dan ditinggalkan begitu saja oleh ibuku, pada keluarga tetangga kontrakannya. Tak ada yang dirahasiakan oleh mama ella, seorang wanita paruh baya yang mengasuhku bersama dengan dua anaknya. 

Sejak umur lima belas tahun, Mama Ella yang bekerja sebagai buruh cuci di tempat Mami Erna, terpaksa menjualku. Waktu itu, kakak angkatku mengalami kecelakaan dan membutuhkan biaya. Mama Ella membawaku kerumah Mami Erna untuk memperkenalkan diriku, sebagai pengantinya dalam pekerjaan sebagai buruh cuci. 

Mama Ella yang juga memerlukan biaya, memohon bantuan pada wanita itu. Mami Erna menyetujui dengan syarat setelah aku berumur tujuh belas tahun, aku harus bekerja padanya. Demi Mama Ella, aku menyetujuinya, tanpa tau pekerjaan apa yang akan aku kerjakan nantinya.

Sejak saat itu aku tak diijinkan keluar rumah. Segala kebutuhanku juga dipenuhi oleh Mami Erna. Dan sejak setengah tahun yang lalu, aku tinggal bersama dengan wanita bertubuh besar itu. Di sini aku mulai diajarkan banyak hal, mulai berpakaian, merawat diri dan juga memijat. 

Setiap hari sejak tiga bulan yang lalu, aku dicekoki dengan tontonan film dewasa. Pikiran yang semula polos, mulai berangan liar. Semua pelajaran yang diberikan terekam sempurna dalam ingatanku. Tidak lupa iming-iming, baju baru, perhiasan dan juga ponsel terbaru. 

Aku sudah benar-benar siap untuk nanti malam, malam dimana aku harus menyerahkan keperawananku, kepada seorang pria yang telah membeliku, yang Jenny pangil Tuan Bram itu.

~⭐~

Gadis itu telah disiapkan dengan sangat sempurna. Terlihat juga dari wajahnya, dia sudah siap memberikan pelayanan terbaiknya. Baju mahal, perhiasan dan ponsel terbaru serta gepokan uang sudah menari dalam benaknya. 

Bukan pekerjaan yang berat, pikirnya. Dimana dia sering melihat adegan seperti itu di video yang sengaja dipertontonkan padanya. Dia melihat, betapa sang pemain wanita begitu menikmati dalam setiap pertautan.

Sekarang gadis itu telah bersiap di dalam kamar, yang sudah dihias sedemikian rupa, menyerupai kamar pengantin baru. Mini dress tipis berwarna putih membalut tubuh indah itu. Make up tipis, rambut tergerai indah. Memperlihatkan kecantikan gadis belia yang sedang merekah sempurna.

Beberapa kali dia melihat tubuhnya di cermin, senyum bangganya terulas, dia mengagumi keindahan tubuhnya sendiri. Tak ada yang bisa menolak pesonanya, yang memang sempurna. Ada darah peranakan mengalir dalam dirinya. Dia tak terlihat seperti gadis kampung biasa. 

Matanya sedikit sipit dengan kulit putih bersih. Rambut lurus tebal, berwarna hitam legam. Tinggi semampai, dengan dada membusung. Kaki jenjangnya terlihat mengoda dengan mini dress yang hanya menutupi sebagian pahanya.

Pintu berderit, gadis cantik itupun menoleh, melihat siapa yang datang. Terlihat seorang pria muda yang cukup tampan, tak seperti yang Jenny ceritakan pada gadis itu, bahwa yang membelinya adalah seorang pria berumur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 101 END

    Papa mengenalkanku pada istri dan anaknya. Wanita berhijab itu menyambutku, baik. Meski tetap terasa kaku dan berjarak, atau hanya perasaanku saja. Aku harus belajar banyak dari Ibu, yang bisa mengendalikan perasaan dengan dengan sangat baik.Perasaanku saja, atau memang seperti itu adanya. Aku merasa Papa masih memiliki perasaan ke Ibu, dari cara mereka menatap terlihat berbeda. Ini bukan hal baik, tapi, siapa yang bisa mengatur perasaan.•••"Sayang, aku ingin kita tinggal bertiga. Aku, kamu dan anak kita. Tinggal dirumah impian, tak perlu besar, tapi, nyaman. Aku akan menyiapkan untuk kalian. Sebuah rumah dengan taman kecil, untukku dan Al bermain bola nanti." Aku tersenyum mendengar Kenzi. Dia memelukku dari belakang, dan meletakkan dagunya di bahuku. "Tapi, apa Oma mengijinkan?" tanyaku kemudian."Aku kepala keluarga, aku yang memiliki tanggung jawab atas kalian, berdua. Kita hanya tinggal terpisah, masih bisa setiap saat bersama. Keluarga kita pasti bisa memahami itu semua." T

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 100

    Tanganku langsung meraih jemari Ibu. Wanita itu tercekat melihat seseorang di depannya. Wajahnya memerah, matanya basah. Tangannya meremas jariku kuat, aku ikut merasakan apa yang Ibu rasakan. Semua terdiam, dadaku terasa sesak seketika. Apa yang sedang Ibu rasakan sekarang? Ibu segera menyeka air mata dengan sebelah tangannya. Mengerjapkan mata, mencoba untuk menahannya agar tak kembali keluar. Oma, Tante Fenny, dan pria itu berdiri bersamaan."Zanna, ini … Papa kamu." Oma memanggilku. Aku masih tercekat, terdiam. Aku kembali melihat ke arah Ibu, yang mengarahkan pandangan ke arah lain. Sedikit menaikkan wajah. Ibu sedang mengendalikan hatinya."Mala …." Pria itu memanggil nama Ibu. Berjalan ke arahku dan Ibu."Mas." Suara Ibu terdengar serak. Hanya itu yang keluar dari bibir Ibu."Zanna, ini Papa Sayang." Aku masih berdiri mematung, entah apa yang aku rasakan sekarang. "Pah …." Aku menoleh ke arah suara. Sosok gadis kecil muncul dari dalam, bersama seorang wanita berhijab. Ibu jug

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 99

    Meski dalam hatiku, aku tak yakin Bara bisa secepat itu membuka hatinya untuk orang lain. Walau, terlihat baik - baik saja aku yakin ada luka, yang sedang berusaha ditutupinya. Itulah Bara, malaikat tak bersayapku.•••Aku belum menanyakan apa saja yang dibicarakan tadi oleh keluarga Kenzi dan keluargaku. Yang pasti semua terlihat membaik, meski masih terasa kaku dan canggung, tapi, semua nampak baik. Sepertinya banyak hal yang dibicarakan. Mama Kenzi mengajakku menginap di rumah mereka tadi. Hanya saja entah untuk alasan apa, Oma belum mengijinkan. Aku juga merasa belum siap. Akhirnya Kenzi yang akan tinggal sementara di rumah Oma. Dia sedang pulang mengambil pakaian dan barang - barangnya.••"Non, susunya Bibi taruk di meja, ya." Bi Nur datang membawakan segelas susu hangat untukku. "Iya, Bi. Terima kasih," ucapku. Aku masih duduk di sofa mengutak atik ponsel lama dan ponsel baruku. Bayiku sudah terlelap sedari tadi. Ponselku bergetar ada panggilan masuk, dari Bara. Aku buru - b

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 98

    "Non, ditunggu Oma di ruang baca." Bi Nur masuk, dan memberi tau. Aku baru saja memberikan bayiku ASI dan sekarang dia kembali tidur."Iya, Bik." Aku menjawab sambil mengangguk. Sesaat kemudian aku menidurkan bayiku, menciumnya.dan beringsut turun dari atas ranjang."Zanna titip ya, Bik," ucapku."Iya, Non. Bibi jagain." Bi Nur menjawab.Aku segera beranjak keluar kamar, berjalan sedikit cepat menuju ruang baca Oma. Setelah mendorong pintu, kudapati sudah ada Om Rei dan juga Tante Fenny disana. "Kenzi?" tanya Oma saat aku masuk."Sudah Zanna telepon, Oma. Sebentar lagi sampai." Aku menjawab. Kemudian menyapa Om dan Tante bergantian."Mah, kenapa nggak minta Mas Febian saja, yang tanam modal di perusahaan suami Zanna," ucap Tante Fenny."Em, bener Ma. Perusahaan Mas Febian berkembang cepat dua tahun terakhir, bahkan dia sudah buka cabang hampir di setiap kota loh." Om Rei menambahkan."Semakin banyak yang sadar akan pentingnya makanan sehat. Sayang, kalau di Indonesia kita buat kaya

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 97

    "Mama?" tanya Kenzi memastikan. Bi Nur mengangguk membenarkan."Terima kasih, Bi," ucapku pada Bi Nur, perempuan setengah baya itu mengangguk. Ada kecemasan terlihat di wajah yang sudah sedikit keriput itu. Dia berbalik badan dan berjalan perlahan.Aku menatap Kenzi lekat, ada kecemasan dan ketakutan dalam hatiku. Mama sangat dekat dengan Carla. Lalu apa pendapatnya tentangku, yang hanya menikah kontrak dengan anaknya.Kenzi menangkupkan tangannya di wajahku. Matanya menatapku tajam, seolah ingin meyakinkan semua akan baik - baik saja."Kita ajak Ken, ketemu Omanya?!" kata Kenzi kemudian."Bukan Ken, panggilannya Al." Aku memberi tahu, bahkan bukan sesuatu yang penting untuk dibahas saat sekarang. Hanya respon spontanitas saja."Iya, kita ajak Al ketemu Oma dan Tantenya." Kenzi meralat kalimatnya. Aku mengangguk, kemudian berjalan ke arah ranjang dan mengangkat tubuh mungil itu kemudian."Biar aku yang gendong," pinta Kenzi padaku. Hati-hati aku memberikan pada Kenzi bayi laki - lakin

  • Perawan 200 Juta   P 200 J Bab 96

    "Beri aku waktu, kondisi perusahaan sebenarnya sudah membaik. Hanya saja, bila kelaurga Carla bertindak seperti ancaman mereka, perusahaanku belum siap. Bantuan mereka sangat berpengaruh besar pada perusahaan.""Rumit sekali." Aku menarik napas dalam dan menghembuskan sekaligus."Aku akan bicara dengan Carla, hanya aku butuh waktu yang tepat. Dia pasti tak akan tega, bila tau akibat dari di hentikannya kerjasama itu.""Tapi, kita sudah menyakitinya.""Dia, wanita hebat. Dia berhak bahagia, tapi, bukan denganku.""Kaliaan … sudah ….""Aku tak bisa melakukannya, selain denganmu. Aku katakan kalau aku sakit."Ada kelegaan, diantara pikiran rumit yang berkecamuk dalam benakku. "Carla masih belum bisa menerimanya. Dia hanya diam, tak mau berbicara apapun juga. Aku mengerti, ini sulit untuk dia diterima.""Keluargamu?""Semua menentangku, aku bertahan hanya demi perusahaan. Disana banyak bergantung kehidupan orang lain. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Yang pasti, keputusanku sudah bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status