Share

Perawat Untuk  Tuan Duda Lumpuh
Perawat Untuk Tuan Duda Lumpuh
Penulis: ALFAJAYA

Awal Perjalanan

Terlahir dari keluarga petani padi, kondisi keuangan keluarganya hanya bergantung pada hasil panen. Seorang gadis berusia 21 tahun yang baru saja menerima ijazah dengan status perawat memilih untuk mencoba mencari pekerjaan di kota untuk memperbaiki keadaan keuangan keluarganya.

Selain itu, dia juga ingin menghindari kejaran juragan tanah seorang lelaki tua bangka. Zakiya Zahira yang lebih akrab dipanggil Kiya sangat menunjukkan keteguhan dan kebijaksanaannya. Terlepas dari kenyataan bahwa Kiya merupakan gadis kampung yang masih naif, dia tidak melupakan prinsip hidupnya. Ia tidak ingin menerima tawaran dari juragan sekalipun dengan iming-iming apapun.

"Apakah Mbak Kiya benar-benar pergi ke kota hari ini?" tanya Ara kepada kakaknya.

"Tidakkah kamu melihat Mbak membawa koper sebesar ini?" Kiya replied sambil merapikan rambut Ara.

"Ara tidak punya teman di sini," kata Ara dengan polos.

Kiya tersenyum melihat adiknya yang polos. Kemudian, dengan lembut dia merangkul Ara dan berkata, "Tidak perlu khawatir, ada mas danu, ibu, dan ayah . Mbak kiya akan mencari pekerjaan yang baik agar bisa membeli Ara makanan ringan dan mainan baru."

Ara pun mengangguk dan berkata, "Mbak Kiya, janji akan membelikan banyak mainan kan?"

"Iya, Mbak Kiya janji membeli banyak mainan untuk adik-adik jika berhasil mendapatkan pekerjaan di kota," jawab Kiya dengan mantap.

Ara tersenyum bahagia mendengar itu dan merasa lega bahwa kakaknya pergi ke kota untuk bekerja dan membantu keluarga mereka. Kiya senang bisa membuat adik-adiknya bahagia dan berjanji akan selalu berusaha untuk memberikan kebahagiaan bagi keluarganya.

Awalnya, Kiya sangat berat hati untuk meninggalkan keluarganya di desa, tapi takdir memilihnya untuk merantau ke luar kota. Kiya merasa sangat prihatin jika sang ayah harus bekerja sendirian untuk menghidupi istri dan tiga orang anak mereka. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan dan membantu keluarganya dari jauh.

Walau jarak antara Kiya dan Danu cukup jauh, hampir 8 tahun, banyak yang menganggap Kiya adalah adik dari Danu karena tubuhnya yang kecil. Kendati demikian, ia tak memperdulikannya dan tetap berusaha untuk membantu meringankan beban keluarganya dengan caranya sendiri.

Dan hari malam ini Kiya bersama temannya di kampung perjalanan mereka dimulai dengan travel yang membawa mereka ke kota. Perjalanan yang jauh dan panjang ada 15 jam perjalanan hingga mereka tiba di yayasan.

Setelah menjalani pelatihan selama dua bulan dan memperoleh sertifikatnya, Kiya mendapatkan alamat penempatan dari ibu yayasan dan diberi tugas untuk menjenguk pasien di rumah sakit yang sudah ditentukan.

"Ini nih rumahnya," ujar Kiya sambil melihat nomor rumah yang tertera di dinding.

Di saat yang sama, seorang petugas keamanan yang berjaga di sana mendekati dan bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Neng?”

“Ini betulkan rumah Bapak Arvin? Perumahan Adonara Jalan Nirwana nomor 45 gang Anggur Merah?” tanya Kiya, menyambut sapaan dari seorang pria di seberang telepon.

“Betul, ada perlu apa nona?” tanya pria itu dengan sopan.”

"Saya Kiya, seorang perawat inaugurasi yang diperintahkan oleh yayasan untuk melakukan pengecekan pasien di rumah ini," jawab Kiya sopan sambil menunjukkan surat pengantar dari yayasan pada petugas keamanan.

“Oh begitu. Baik, akan saya sambungkan sebentar,” jawab pria itu sambil mempersiapkan transfer panggilan.

Kiya menunggu sebentar sambil menyesap kopi panas yang masih menghangat di tangan kirinya. Dia sebenarnya cukup nervous untuk bertemu dengan Bapak Arvin, tapi sebagai perawat dari yayasan, ini adalah tugas yang harus ia lakukan.

Kiya diam menunggu selama beberapa menit sambil mendengarkan petugas keamanan berbicara melalui telepon. Setelah itu, petugas keamanan mempersilakan Kiya untuk masuk ke dalam rumah yang megah dan mewah tersebut.

Setelah memasuki rumah, Kiya bisa melihat bahwa barang-barang mewah tersusun rapi di ruangan tersebut. Meski merasa kagum dengan tampilan rumah yang begitu mewah, Kiya sudah berada di dalam rumah dan melihat barang-barang mewah tersusun dengan rapi.

Kiya merasa terkagum-kagum melihat keindahan rumah tersebut. Dia dapat melihat bagaimana perabotan dan dekorasi digunakan secara maksimal untuk menciptakan suasana yang mewah dan elegan di dalam rumah tersebut.

“Nyonya Ratih, ini saya bawakan suster untuk tuan muda,” ucap petugas keamanan pada wanita muda yang duduk dengan menonton televisi tanpa menatap siapa yang diajak berbicara.

“Boleh pergi,” suara wanita itu dengan tegas.

Setelah petugas keamanan pergi, perempuan dengan sanggul dan beberapa perhiasan emas terpasang di jari, pergelangan tangan, dan lehernya masuk ke ruangan. Nyonya Ratih memandang Kiya dengan penuh skeptis, tidak percaya bahwa suster seperti Kiya dapat menjadikannya perawat putranya.

“Kamu Zakiya?” tanya Nyonya Ratih sambil menarik dagu Kiya naik untuk menatapnya.

Kiya menjawab dengan suara lembut, “Ya Nyonya, salam kenal.”

Nyonya Ratih masih tidak yakin tentang kemampuan Kiya untuk merawat anaknya. Namun, Kiya tetap tersenyum dan dengan sopan memperkenalkan dirinya serta pengalaman yang dimilikinya sebagai perawat.

Seiring berjalannya waktu, Kiya membuktikan bahwa dirinya mampu menjalankan tugasnya sebagai perawat putra Nyonya Ratih dengan baik.

Nyonya Ratih menatap Kiya dengan pandangan skeptis dan mempertanyakan kemampuan perawat tersebut.

“Tapi kok saya tidak percaya dengan kamu yang seperti ini ya,” ucap Nyonya Ratih dengan suara ragu.

Kiya merasa terpukul namun tetap sabar dan memperkenalkan dirinya serta pengalaman kerjanya sebagai perawat. Kiya memberikan penjelasan bahwa meskipun dia tidak memiliki tubuh yang besar, dia memiliki kekuatan yang cukup untuk menjalani pekerjaannya sebagai perawat.

“Meskipun badan saya kecil, saya kuat kok menjadi perawat Pak Arvin, Nyonya,” tutur Kiya dengan penuh keyakinan.

Nyonya Ratih makin tertarik dan menanyakan kemampuan Kiya dalam mengangkat pasien lumpuh. Kiya dengan tegas menjawab bahwa dia mampu melakukan tugas tersebut dengan baik.

“Kamu kuat mengangkat pasien lumpuh?” tanya Nyonya Ratih lagi.

“Kuat, Nyonya,” jawab Kiya mantap.

Mendengar jawaban Kiya yang mantap, Nyonya Ratih mulai merasa yakin dan memberikan kesempatan kepada Kiya untuk bekerja sebagai perawat putranya. Kiya membuktikan bahwa dirinya memang memiliki kemampuan dalam merawat pasiennya, terbukti putra Nyonya Ratih semakin sembuh berkat perawatan yang diberikan Kiya.

Nyonya Ratih memberikan instruksi pada Kiya untuk istirahat setelah Arvin bangun dengan menambahkan, “Nanti setelah Arvin bangun, saya panggil kamu.”

Kiya mengangguk dan pamit untuk istirahat. Namun, sebelum dia beranjak pergi, Nyonya Ratih memanggil asisten rumah tangganya dengan nama Anya.

“Anya!!” teriak Nyonya Ratih dengan suara keras.

Seorang wanita yang mengenakan seragam asisten rumah tangga segera datang ke ruangan, dengan sepiring cempal di pundaknya dan kemoceng di tangannya. Anya memandang Nyonya Ratih yang terlihat serius.

“Ya, Nyonya Ratih?” tanya Anya.

Nyonya Ratih memperhatikan waktunya dan merasa tidak sabar menunggu. Sesaat kemudian, Anya datang dengan terburu-buru, yang membuat Nyonya Ratih bertanya dengan kesal.

“Lambat sekali, kamu dari mana kamu?” tanya Nyonya Ratih sambil membentak.

Anya yang tersipu malu menjawab, “Ma-maaf, Nyonya. Saya habis menyiapkan kamar suster yang Nyonya perintahkan.”

Mendengar jawaban Anya, Nyonya Ratih meminta Anya untuk membawa suster ke kamar nya.

“Bawa suster ke kamarnya,” pinta Nyonya Ratih.

Anya segera menuruti perintah Nyonya Ratih dan membawa suster ke kamarnya. Sebelum meninggalkan kamar, Anya memastikan bahwa suster telah merasa nyaman dan merawatnya dengan baik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status