"Kalian nanti akan tahu sendiri.""Sok misterius kamu, Def!""Apa dia bisa di pegang, Def?"Pertanyaan konyol dari Eli, membuatku sangat kaget. Ternyata dari tadi dia diam, karena memikirkan hal itu. Ara memang sangat berbeda dari kami, jadi wajar jika dia sampai sekaget ini. Padahal dia selalu berpikiran logis, dan menentang jika ada yang bercerita tentang hal mistis atau dongeng. Dan sekarang pemikiran itu terbantahkan, saat melihat keberadaan Ara ternyata benar-benar nyata. Mungkin Ara saat ini juga bisa membaca pemikiran mereka, melihat kini dia sudah lebih percaya diri dibanding sebelumnya. Ya, inilah Ara saat kami pertama kali bertemu, tatapannya yang tajam cukup mengintimidasiku waktu itu."Silahkan, kalau kamu berani. Tapi aku tidak bisa jamin, kalau setelahnya badanmu masih utuh."Aku memasang wajah netral saat mengatakannya, padahal aku sangat bersusah payah menahan tawaku. Kapan lagi aku bisa mengerjai Eli seperti ini, biarlah nanti pawangnya yang akan menenangkan kalau di
Tentu mereka berdua akan berpikir begitu, karena fisik Ara memang terlihat sangat mencolok. Apalagi di dunia teknologi yang serba canggih ini, bisa-bisa Ara di culik untuk di teliti. Membayangkannya saja sudah membuatku bergidik, namun tetap saja aku sangat ingin mengajak Ara melihat dunia luar."Aku mengira kalau hanya aku yang bisa melihatnya, maka dari itu aku meminta kalian untuk membantuku.""Jadi apa yang bisa kami bantu?""Ya awalnya aku hanya ingin memastikan, apakah orang lain bisa melihatnya atau tidak. Tapi setelah tahu kalian juga bisa melihatnya, aku juga bingung harus bagaimana. Tidak mungkin Ara bisa keluar dengan kondisi seperti ini, bisa-bisa dia menjadi viral kemudian akan ada yang menculiknya dan menjadikannya bahan penelitian nantinya.""Walaupun bayanganmu sangat mengerikan, tapi Itu juga yang aku pikirkan, Def. Bukan hanya rambut, tapi juga kulit dan pakaiannya sangat mencolok. Iya kan, Sayang?"Benar kata Bima, kulit Ara juga sangat halus dan putih. Tanpa rambut
Aku lupa menceritakan kepada mereka tentang poin itu, padahal seharusnya itu aku ceritakan sejak awal. Tapi biarlah, siapa juga yang akan ingat jika perbedaan diantara dimensi kami begitu banyak. Sebenarnya tadi aku ingat kalau Ara bisa membaca pikiran, tapi aku benar-benar lupa kalau belum menceritakannya kepada mereka. "Ara memang bisa membaca pikiran kita sejak tadi, itu memang kelebihan orang-orang di dimensinya. Jadi disana mereka berbincang menggunakan pikiran, disana semua orang tidak ada yang memiliki nama. Nama Ara sebenarnya Aurora, agar lebih singkat jadi dipanggil Ara. Nama itupun berkat pemberian dari Nenek, karena sejak awal Ara tidak memiliki nama."Aku merasa seperti dosen, yang sedang mengajarkan tentang ilmu dimensi lain. Bagaimana tidak, jika aku memberi penjelasan begitu panjang. Dan aku pastikan setelah ini, para sahabatku itu tidak akan lelah untuk mengorek informasi lebih tentang kehidupan Ara di dimensinya. Akupun pernah merasakan rasa penasaran itu, karena ha
(Dimensi Bumi)Disaat yang sama Phineas tengah berdiri di samping sang Pangeran, yang duduk sambil terlihat sedang memikirkan sesuatu. sepertinya hal ini tidak ada di rencana mereka, karena mereka belum memiliki cara untuk menggali informasi tentang dimensi bumi. Bahkan mereka juga masih belum tahu, bagaimana waktu berjalan di dimensi ini."Ternyata saat cerah, banyak sekali orang yang berlalu lalang. Dan ternyata cerah disini sangat bersinar, sangat berbeda dengan cerah di tempat kita yang berwarna merah terang. Bahkan di dalam ruangan, kita sedikit kesulitan dengan cahaya yang masuk ke dalam mata. Bagaimana bisa kita keluar tanpa ketahuan oleh siapapun?"Phineas hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Kenzo, karena dia sendiri tampak bingung dengan keadaan di tempat itu. Mereka berdua tampak terkejut, dengan apa yang mereka hadapi tanpa informasi apapun sebelumnya. Padahal sejak awal mereka datang ke dimensi bumi, mereka menganggap kalau takdir merestui mereka untuk balas dendam. K
Kenzo menatap isi kotak besar itu, dengan mata membulat karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kotak besar itu berisi lumayan banyak pakaian, namun semuanya berwarna aneh. Seumur hidupnya dia hanya pernah melihat warna hitam, merah dan kuning di dimensi Ignis. Sedangkan ini terlihat lebih terang, walaupun Kenzo tidak tahu warna apa itu."Sebenarnya warna apa itu, Phineas?""Saya juga tidak tahu, Pangeran. Warna-warna itu sangat asing untuk kita, mereka terlihat lebih terang namun sangat enak dilihat."Kenzo tampak setuju dengan apa yang dikatakan Phineas, dia menganggukkan kepala sambil berpikir."Apakah ini sumberdaya yang di rebut oleh mereka, sehingga mereka memiliki kemakmuran? Di dalam ramalan jelas dikatakan, kalau mereka akan menjadi makmur karena merebut semuanya dari kita.""Bisa jadi seperti itu, Pangeran.""Tapi kita harus memastikannya lagi, karena masih banyak hal yang belum kita ketahui. Bisa jadi bukan hal ini, dan ternyata itu hal lain yang belum kita ketahui
Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan sampai sekarang dua sejoli itu masih belum terlihat batang hidungnya. Padahal tadi mereka janji, setelah makan siang mereka akan segera kembali kesini. Namun nyatanya, mereka sepertinya lebih asyik jalan berduaanEntah dimana mereka sekarang, setelah tadi sempat videocall untuk memperlihatkan baju yang akan dibeli untuk Ara. Tapi sampai sekarang mereka tidak mengabari lagi dan hilang seperti ditelan bumi. Aku tidak khawatir sama sekali tetang mereka yang kini mengetahui rahasiaku, aku justru sangat kesal karena mereka tidak bisa diganggu gugat seperti ini saat sedang bersama.Aku dan Ara akhirnya kembali membeli makanan pesan antar, karena kami masih belum bisa keluar rumah dan stok bahan masakan milikku sudah habis. Karena bingung memilih makanan, akhirnya aku membelikan Ara pizza. Karena menurutku, banyak orang akan suka dengan pizza.Awalnya aku sempat khawatir, kalau-kalau Ara tidak menyukai pizza itu, tapi ternyata pizza porsi besar yang a
"Aku membelikan pakaian untuk Ara. Tidak mungkin kan aku cuma membelikan satu pasang. Aku juga membeli peralatan untuk penyamarannya, termasuk sepatu, tas, kacamata dan make-up. Tapi sayang aku hanya bisa membelikan pakaian panjang untuk Ara, padahal sepertinya badan Ara akan cocok jika memakai dress pendek.""Kalau Ara pakai dress, sama saja mengundang orang buat jadiin dia pusat perhatian. Tahu sendiri kulit Ara yang putih bercahaya, tidak mungkin orang tidak terpikat dengannya.""Maka dari itu,aku belikan yang lengan panjang. Aku juga tahu itu, Def! Ara ayo ikut aku, aku akan membantumu berganti pakaian dan mencoba penyamaran. Aku akan makeover kamu, agar bisa terlihat sama seperti kami."Eli tampak bersemangat, saat mengajak Ara untuk segera mencoba pakaian yang dibelikannya tadi."Bilang saja kamu senang kan Sayang, karena dapat mainan baru buat di makeover?""Hehe..kamu tahu aja. Temen-temenku udah pada jago dandan semua, jadi sudah lama aku tidak merias orang lain. Ini kesempat
"Ini benar-benar kamu Ara?""Iya ini aku, Deffa. Bagaimana? Apakah aku bisa keluar dengan pakaian seperti ini?"Aku menatap Ara dari ujung kepala hingga ujung rambut, yang membuatku sangat takjub dengan hasil yang dibuat oleh Eli. Bagaimana tidak, saat ini Ara benar-benar terlihat lebih manusiawi. Kecantikannya tidak berkurang ssama sekali, meskipun ada kacamata dengan bingkai hitam tebal yang bertengger di hidungnya."Kamu terlihat seperti manusia biasa, pasti tidak akan ada yang tau kalau kamu dari dimensi lain.""Tentu dong, siapa dulu yang dandanin."Eli langsung menyela ucapanku, dengan nada suara yang masih tinggi. Sepertinya dia masih marah, karena candaanku terakhir kali."Terima kasih, Eli. Kamu benar-benar penyelamat kami, kemampuan dan seleramu gak perlu dipertanyakan lagi.""Huh, tadi aja ngejek sekarang muji. Lagian cuma ucapan terima kasih nih?""Ya maaf, aku kan cuma bercanda tadi. Ya kan Bim? Tenang, buat kalian aku akan bayari makan malam juga, tapi kita beda meja okey