Hingga aku membuka lembaran terakhir buku itu, wajah kami yang tadinya sumringah, harus kembali kecewa dengan kenyataan. Kunci itu tidak ada di setiap lembar manapun dalam buku itu, bahkan aku sudah coba mengetuk-ngetuknya karena siapa tahu aku melewatkan beberapa halaman, tapi kunci itu tidak ada di dalamnya. Pupus sudah harapan kami satu-satunya, dan aku bisa merasakan betapa kecewanya mereka semua."Sepertinya memang tidak ada kunci di dalam buku itu Deff.""Tunggu sebentar, Bim. Aku harus benar-benar memastikannya, karena aku yakin kalau kunci itu ada di dalam buku ini."Aku tetap yakin dengan pemikiranku, tapi hingga lembar terakhir tetap tidak terlihat kunci sama sekali. Namun saat aku ingin meletakkan buku itu di atas meja dan menyerah, tanganku merasakan ada sesuatu yang mengganjal di buku bagian belakang. Aku kembali membuka buku itu, dan meraba bagian cover belakang buku. Dan ternyata benar, ada sesuatu di dalamnya. Aku mencari celah tempat membuka sela-sela cover itu, agar
"Sebenarnya aku kembali teringat kenanganku dulu, aku tahu dimana aku meletakkan kotak yang berisi semua barang yang aku simpan waktu aku kecil. Sepertinya kita bisa segera mengetahui apa saja isi kotak itu, yang bisa membuatku mengingat kembali kenangan masa laluku.""Benarkah, Deff. Jadi yang ada di dalam buku itu benar kunci yang kita cari?"Aku baru ingat kalau tanganku masih berada di dalam buku itu, padahal aku sudah cukup banyak berbicara dari tadi, namun tetap saja aku tidak menyadarinya. Aku menarik tanganku perlahan untuk mengeluarkan benda itu keluar, sebenarnya aku sudah sangat yakin kalau benda ini adalah kunci yang aku cari. Tapi saat benda itu terlihat, semua menatap bingung ke arahku. Aku tidak paham dengan tatapan bingung mereka, hingga aku sadar kalau tatapan itu ditujukan untuk benda yang saat ini berada di tanganku."Itu apa, Deff? Kamu tadi bilang kalau yakin itu kuncinya, lalu mana kunci itu?"Benda yang saat ini aku pegang, memang tidak terlihat seperti sebuah k
"Bukannya kamu sendiri yang bilang, kalau jika kita menyentuhnya akan ada hal buruk yang akan terjadi pada kami?"Aku baru ingat kalau pernah menakut-nakuti mereka, tapi setelahnya aku ingat Eli sudah cukup sering berurusan dengan Ara. Bahkan yang merubah penampilan Ara, semua dilakukan oleh Eli sendiri."Bukankah saat memake over Ara waktu itu kamu tidak takut, El?""Itu masih atas persetujuan Ara, lagipula aku sangat berhati-hati saat melakukannya agar tidak menyentuh Ara secara langsung waktu itu.""Sebenarnya waktu itu kami hanya bercanda untuk menakut-nakuti kalian, tidak masalah jika kalian menyentuh Ara. Ara manusia biasa, sama seperti kita."Bima dan Eli tampak saling menatap, kemudian secara bersama mereka mengarahkan pandangannya kepadaku. Aku bisa langsung membaca apa yang mereka pikirkan, saat melihat ekspresi wajah mereka saat ini."Bercaandamu tidak lucu, Deff. Bahkan kami sedari tadi sangat berhati-hati agar tidak menyentuh Ara sedikitpun.""Iya, Deff. Kamu tega banget
"Aku tidak tahu ini akan membantu atau tidak, karena aku sendiri merasa sangat tidak masuk akal dengan apa yang aku ingat.""Sebenarnya ingatan tentang apa itu? Apakah itu berhubungan denganku juga, Ara?""Iya, Deffa. Itu berhubungan dengan kita. Apa kamu ingat dengan anak kecil yang aku lihat dalam memori pikiranmu?""Ya, tentu saja aku ingat. Memang ada apa dengan itu?"Ara tidak langsung menjawabnya, terlihat ada keraguan saat Ara akan mengatakannya, dan itu membuatku semakin penasaran dengan hal apa yang diingat olehnya. Sepertinya juga bukan hanya aku yang menunggu Ara untuk mengatakannya, karena Bima dan Eli juga terlihat sedang menatapnya dan menunggu dengan antusias. Untunglah Ara bisa langsung meyakinkan diri, untuk menceritakan detail apa yang dia ingat."Aku mengingat kembali semua ingatan yang aku lihat dalam memorimu, Deffa. Tapi ingatan yang aku lihat bahkan lebih banyak, daripada ingatan yang ada di memorimu.""Bagaimana itu bisa terjadi? Apa mungkin kamu jadi terhubung
Aku tertawa ringan melihat tingkah Bima, setidaknya aku tidak melihat raut kecewa pada wajah mereka. Namun dibandingkan sebelumnya kami menemukan hal baru dan ingatan baru, yang mungkin akan membantuku nantinya untuk mengingat semua. Aku dan Ara mengantar hingga depan rumah, dan tidak beberapa lama kemudian mobil mereka melaju meninggalkan halaman rumah. Setelah kepergian mereka, aku memesan makan malam untuk kami berdua. Sebenarnya aku ingin meminta Ara agar segera istirahat, tapi dia harus makan malam dulu agar tenaga yang dia habiskan dapat pulih kembali. Karena hari ini dialah yang memforsir tenaga terlalu banyak, bahkan sampai sekarang wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Kita istirahatkan pikiran dulu malam ini, jangan pikirkan pencarian kita lagi ataupun kenangan yang muncul setelahnya. Aku tidak ingin kamu jatuh sakit, Ara.""Iya, Deffa. Aku sudah tidak memikirkannya. Mungkin karena badanku sudah sangat lelah, jadi sudah tidak ada tenaga untukku memikirkan sesuatu.""Maaf
"Apa yang kamu lihat, Ara?""Lihatlah di belakangmu, Deffa!"Akupun mengikuti arah yang Ara tunjuk, dan sepertinya reaksiku tidak jauh berbeda dengan Ara tadi. Aku benar-benar kaget dan tidak menyangka, jika saat ini kunci yang tadinya hilang kini berada tepat di hadapan kami begitu saja. Aku mendekat kearah kunci itu, dan mencoba untuk meraihnya. Namun seperti enggan untuk aku pegang, kunci itu selalu menghindari tanganku dengan gesit.Aku tidak habis pikir, bagaimana kunci itu bisa melayang dan bergerak dengan sendirinya. Bahkan dia seperti tahu kalau aku akan mengambilnya, padahal dia hanya sebuah benda. Jika orang lain yang melihatnya, pasti akan berpikir kalau benda ini di gerakkan oleh seseorang dengan pengontrol. Tapi nyatanya kunci ini hanya sebuah benda yang sering bersinar dengan sendirinya, dan kini juga melayang dan bergerak dengan sendirinya. Cukup lama aku berusaha untuk menangkap kunci itu, tapi karena merasa di permainkan akupun akhirnya menyerah dan kembali duduk di d
"Tidak, Ara. Aku bahkan tadi lupa kalau kamu bisa membaca pikiranku.""Lalu bagaimana aku bisa tidak mendengarnya? Dari kemarin sepertinya aku lancar-lancar saja mendengar pikiranmu, apa karena kamu cucu Miranda jadi juga bisa menghindar dari kemampuanku?"Ucapan Ara baru saja membuatku cukup terkejut, berarti selama ini saat aku berusaha untuk menutupi pikiranku, dia tetap masih bisa mendengarnya. Tapi kenapa baru sekarang, dia tidak bisa mendengar pikiranku."Entahlah, Ara. Aku sendiri tidak tahu apapun, kita sama-sama tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi disaat ini dan di masa lalu. Selalu ada teka-teki baru yang membuat kita bertanya-tanya, disaat kita belum benar-benar menyelesaikan teka-teki yang sebelumnya.""Sudahlah, Deffa. Lebih baik sekarang kita makan dulu, makanan pesanan kita keburu dingin nanti.""Oh iya, gara-gara kunci tadi, aku jadi lupa kalau kita membeli makanan. Padahal kamu sudah lapar sejak tadi, tapi aku malah menundanya."Ara terlihat malu dan menghind
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Ara. Sepertinya melihat kondisi Ara saat ini, sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian. Lagipula kuncinya kini juga sudah ditemukan, jadi tidak malam ini pun sepertinya tidak masalah."Emb.. Sepertinya jangan malam ini, Ara. Lebih baik kita istirahat dulu untuk malam ini, yang terpenting tubuh kita kembali bertenaga agar besok kita bisa melanjutkan pencarian lagi. Lagipula kita sudah kembali memegang kunci itu, aku akan menyimpannya dengan baik agar tidak kembali hilang.""Baiklah, Deffa. Aku juga setuju, sepertinya aku juga sudah cukup lelah. Jika kita sudah membuka kotak itu, dan kemudian kita menemukan petunjuk baru. Pasti nanti kita akan semakin penasaran untuk mencarinya lagi, jadi lebih baik kita tidak tahu dulu agar bisa istirahat dengan nyenyak."Perkataan Ara sangat masuk akal. Sepertinya setelah kotak itu terbuka, akan ada banyak hal diluar nalar yang akan membuat kami mengeluarkan tenaga yang lebih lagi. Dan akan