“Aaaaaa,sakittt cukupppp...! “
Mawar mulai mengerang kesakitan saat itu, seolah kepalanya benar-benar berdenyut hebat, kepalanya pusing dan matanya benar-benar berbayang.
Dalam posisi tidur di atas kasur empuk, Mawar yang masih dapat melihat jelas tapi kabur. Dia melihat laki-laki itu mengambil sesuatu. Sebuah tas besar,ya tas yang memang sudah disiapkan selalu oleh laki-laki bernama Tuan Alexander itu. Tentu saja Mawar sedikit banyak tahu apa isi dalam tas hitam berukuran cukup besar itu, beberapa alat yang memang sudah disiapkan untuk melakukan dan melayani fantasi liar sang tamunya.
“Ku mohon tuaaaaan,”
“Ja- jangaaaan, jangan laaaagi....”
Mawar berujar dan memohon , dia begitu trauma dengan benda-benda yang seolah memiliki rasa sakit yang berbeda.
“Hahahahaaaa....
“Apa kau bilang, jangaaaaan...?
“Kau pikir dirimu siapa, HA!”
Ujar laki-laki itu yang mulai mengeluarkan satu persatu benda yang ada dalam tas berukuran besar itu, lalu mulai memperlihatkan pada Mawar.
“Ini akan sedikit menyakitkan untukmu!”
“Aku benar-benar puas setelah kau merasakan kesakitan!
Tubuh Mawar gemetar dalam hilang keseimbangan.
Saat itu Mawar mencoba berdiri namun tak bisa, minuman itu telah benar-benar memberikan efek buruk bagi anggota tubuhnya. Setiap hendak bangun dan melangkah, tangan gagah dan kasar itu kembali menarik bahkan mendorongnya ke atas tempat tidur kembali dengan kasar.
“Kau Ingin menolaknya, HA?”
“Tidak Bisa!”
“Kau tahu? Aku sudah membayar mahal kaaaauu...!”
Dia berteriak kasar.
Mawar sudah datang ke tempat ini dan sekarang hanya dianggap sebagai seorang budak nafsu yang harus menuruti apa yang laki-laki itu inginkan. Terlihat, laki-laki kasar itu mulai memegang sebuah benda panjang. Benda yang menyerupai sebuah pecut, benda yang pernah membuat tubuh Mawar sang perempuan malang itu dulunya membiru dan membekas.
“Plassssshhh...
Laki-laki itu mulai berdiri dan mengayunkan benda itu tepat di hadapan Mawar.
“Plassssshhhh.....
“Hahahahaa....”
Spontan dan tanpa bas-basi lagi, benda itu mulai menghujami tubuh Mawar yang spontan berteriak kesakitan.
“Awwww,
“Aampunnnnnn tuaaaan, ampunnnnnn....”
Mawar merasakan punggungnya terasa panas.
Benda itu benar-benar tidak memberikan Mawar kesempatan, Mawar yang seharusnya mendapatkan perlakuan lembut dari sebuah percintaan, malah sebaliknya. Dia harus menerima beberapa pukulan yang benar-benar keras dan tanpa ampun. Sesekali terlihat pria itu tertawa dengan begitu puasnya, kemudian mulai memeluk Mawar dan perlahan mulai mencumbu. Balutan pakaian Mawar mulai tersikap. Mawar mencoba untuk bertahan dalam kesakitan luar biasa, mencoba melawan tetap saja tenaganya kalah.
Benar-benar fantasi liar laki-laki itu di luar batas. Mawar benar-benar dibuat bak budak yang kini mengerang kesakitan. Dia mendorong tubuh Mawar setelah puas mencumbu, ada sebuah perintah yang keluar dari mulut laki-laki kasar itu.
“Menari!
“Menarilah di hadapanku, menaaaaari....!”
“Hahahhahaa....”
Kata dan kalimat itu benar-benar tidak asing di telingan Mawar.
Sebuah resiko dan perjuangan yang Mawar jalani memang harus dia terima, setelah memutuskan untuk bertemu dan melayani tamu kasar ini yang sekarang benar-benar membuatnya begitu tersiksa, dia kasar dan tempramental.
Mawar mencoba untuk memenuhi keinginan laki-laki itu, dia mencoba berdiri di lantai dengan linglung dan menatap sang laki-laki, yang kini berdiri tegap di hadapannya, sembari tangan kanannya tak lepas memegang alat itu. Mawar lemas, dia hanya bisa duduk tanpa dapat berdiri kini, berusaha melakukan apa yang diperintahkan. Dia mulai meliukkan tubuhnya, derai air mata mulai membasahi wajah cantik Mawar.
“Hahahahhaa, teruusss.!”
“Yaaaa, Lakukan terus, sampai aku memerintahmu untuk berhenti melakukan hal ini....”
“Hahahhaaaa....
Hinaan bahkan cacian terus dikatakan bahkan keluar dari mulutnya yang benar-benar berbau dan kotor. Mawar terpaksa melakukan ini semua demi menyambung hidupnya, dalam kekangan dan keterpaksaan Mawar tak dapat menolak. Sesekali Mawar menahan rasa sakit akibat pukulan benda itu, dia mencoba berdiri dan menahan kesakitan saat cambuk itu kembali mendera tubuhnya secara bertubi-tubi dan tanpa henti.
Tidak ada yang bisa menolong Mawar, dia tetap berusaha untuk menjaga kesadarannya yang sebagian sudah tak berdaya. Sang laki-laki yang memiliki kuasa, benar-benar bak raksasa bengis itu terus memerintahnya untuk melakukan hal berulang-ulang.
Mawar sudah tak sanggup lagi sebenarnya, apalagi didera beberapa pukulan dan siksaan yang benar-benar menyakitkan.
“awwww sakitttt,
“Aampunnnnn....”
Mawar berteriak mencoba bangkit.
Percintaan dan nafsu yang tidak ada kelembutan sama sekali yang dia dapatkan, malah semakin lama dirinya semakin leluasa disiksa bagai hewan. Belum puas sampai disitu saja, tubuh Mawar benar-benar membiru, belum lagi beberapa pukulan bertubi-tubi Mawar dapatkan, setiap saat kembali bercumbu bersama sang laki-laki tak memiliki hati nurani itu.
“Cukuuuup,”
“Am-aampunnnnn....
Mawar mencoba bangkit dengan sepenuh keyakinan dan mencoba berusaha berlari kini,dari sekapan sang fantasi liar yang semakin lama semakin membuat Mawar benar-benar dicekam ketakutan akan kematian.
“Mau kemana kau, HA!”
“Hahahahhaaa.....”
Mawar yang beringsut-ingsut di bawah tempat tidur itu ditarik seketika dijambak bahkan ditampar. Tiba-tiba tangan kekar itu mencekik leher Mawar yang tersudut di beberapa tempat, sembari dicumbu sang pria yang benar-benar menunjukkan kegilaannya di hadapan Mawar.
Mawar mulai panik, dia benar-benar tak mau mati di sini. Menurutnya, ini sudah benar-benar keterlaluan. Bagaimanapun, Mawar berpikir kali ini cukup sudah dan berusaha untuk melepaskan diri dari seorang psikopat gila dengan fantasi liarnya.
“Tolongggggg.....!!
“Tolonggggg....!!
Mawar yang kini malah sebaliknya merasa terancam, mencoba untuk berteriak di balik tirai kaca yang terbuka. Sia-sia, seolah dia sudah berteriak sekencang-kencangnya suaranya tak berarti apa-apa. Ini kamar paling atas, dimana jarak antara kamar yang satu dan yang lainnya memang saling berjauhan.
Mawar yang kini tanpa sehelai benang berlarian dalam keadaan sempoyongan.
Pria itu benar-benar bukannya semakin menyerah, dia berbalik semakin liar dan bernafsu. Mawar seketika menatap kembali pilar jendela yang terbuka,usahanya belum menyerah begitu saja, dia juga memikirkan nasib sang jabang bayinya yang masih berusia beberapa bulan itu. Mawar mencoba memegangi perutnya agar tak mendapatkan pukulan,untung saja pria itu tak tahu jika Mawar memang tengah hamil.
“Ku mohoooon tuan,”
“Ku-ku mohon tuaaan,”
“Le-lepaaaaskan, lepaskan akuuu,,,”
“Aku hanya ingin pulang tuan,”
“Ku-ku mohonnnn...”
Mawar bersimpuh di hadapan laki-laki itu, namun tetap saja dia tak ingin melepaskan Mawar begitu saja.
Entah mengapa Mawar kini seolah pasrah pada apa yang akan terjadi. Dia hanya memikirkan nasibnya yang kini ada pada sebuah ancaman besar yang benar-benar harus berhadapan dengan seorang manusia berhati kejam seperti laki-laki itu.
“Apa, lepaskan......? Hahahahhaa, kau gila!
“Mana mungkin aku melepaskan mangsa ku, kemari kauuuu......!!”
Sembari terus mengintai dan mengepung Mawar, pria yang memang benar-benar sudah kerasukan setan itu terus mengancam Mawar. Dia tak akan membiarkan Mawar yang melakukan perlawanan itu luput dari berbagai macam penyiksaan yang dia berikan.
“A-aku?
“A-aku hanya ingin pulang tuaaan...”
Mawar kembali memelas pada laki-laki itu.
Laki-laki itu terlihat marah. Dia tak perduli Mawar sudah babak belur dan hampir mati.
“Aaaaa, sini kauuuuu!!!
Laki-laki yang sudah dalam keadaan tak terkendali itu sempoyongan mengejar Mawar. Mawar terus mengelak dari serangan-serangan sang pria psikopat itu yang terus berusaha untuk menangkapnya.
Mawar kini terdesak.
“Berani sekali kau menghindar dariku HA!”
“Kau! kau meminta tolong pada orang-orang di luar sana, HA!
“Perempuan tak tahu diri. Mati kaaaaaau....!!!
Seketika tangan kekar itu mencekik leher Mawar.
Pandangan mata Mawar mulai gelap. Rasanya Mawar benar-benar akan mati, tangan gagah dan kuat itu terus mencekik Mawar, menahan tubuh Mawar yang ramping agar tak berontak. Mawar sekuat tenaga melawan, dengan napasnya yang tersengal, dia berusaha seketika berpikir bagaimana caranya dapat meloloskan diri dari laki-laki itu.
Mawar ingat akan sesuatu titik kelemahan, dengan sekuat tenaga Mawar menendang bagian sensitif laki-laki itu.
“Awww,...!!
Perlawanan Mawar rupanya mendapat amarah dari laki-laki itu, dengan keadaan terhuyung-huyung sembar menahan sakit dan bangkit, kini dia mengambil sebuah benda dalam tas besarnya lagi.
Mawar terkejut bukan kepalang, ya sebuah benda tajam yang menyilaukan mata . Mawar benar-benar syok dan ketakutan, dia berpikir akan mati sekarang.
Mawar yang tersudut menatap pergerakan, laki-laki itu. Sang pria yang terhuyung-huyung dan tangan kanannya telah menggenggam benda tajam . Dengan terhuyung-huyung berlari ke arah Mawar. Mawar tahu akan bahaya dan entah tiba-tiba saja dia berdoa Saat itu juga pasrah . Mawar mengelak cepat dan berhasil, serangan itu meleset. Sialnya, karena memang tidak dapat mengendalikan tubuhnya disaat dia sedang dipengaruhi minuman, separuh tubuhnya membungkuk ke luar jendela, serangannya meleset. Pinggang batas kepala telah keluar dari sisi jendela.
“Aku, aku tak mau mati di sini...”
“A-aku, aku tak mau maaati....”
Mawar berpikir, dia tak mau mati konyol. Dengan cepat tak membuang waktu lagi dan berpikir nyawanya dalam bahaya, dari pada dia yang harus terbunuh. Mawar menatap menendang bokong laki-laki gempal itu yang sebagian tubuhnya bahkan telah keluar dari sisi jendela luar. Tanpa diduga, tubuh laki-laki itu spontan terjatuh dari atas sana dengan ketinggian.
“Gubraaaaaaaak....
“Bamsssss.......
“Tiwtiwtiw....
Tubuh besar itu jatuh tepat di atas sebuah mobil tepat di halaman parkiran. Hal itu membuat orang-orang spontan kaget dan seketika syok berteriak melihat kejadian itu. Begitu mengerikan, darah mulai menggenang di atas bak mobil, tubuh itu terlihat hancur , seketika pandangan mereka tertuju ke arah atas.
“Apa yang aku lakukan!“Apa yang sudah aku lakukan......?”“A-aku, aku sudah membunuhnya!“A-aku, aku seorang pembunuh....”Mawar tersudut di ujung sana, dia ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Perempuan itu benar-benar syok dan tak mengira, laki-laki yang saat itu ingin mencelakai dirinya kini malah sebaliknya terkena sial akibat ulahnya sendiri. Ya, tubuh sang pria bernama Tuan Alexander itu benar-benar terhempas jatuh ke bawah sana dari ketinggian.“Ba-bagaimana ini, bagaimana ini....?”“Aku, Aku tidak mau dipenjara, Aku tidak mauuuuu....!”“Tidaaaaak...!”“Tidaaaak!”Mawar diam di dalam sana, dia benar-benar tak mampu berbicara lagi dan syok berat, tak mengira hal seburuk ini begitu terjadi sangat cepat, dia lakukan ini semua hanya untuk menyelamatkan nyawanya.Terlihat Mawar kini begitu kusut , perempuan itu masih meringkuk tepat di bawah jendela kamar hotel yang masih terbuka dan menganga. Mawar sesekali melihat ke arah bawah sana, orang-orang pun sudah ramai berkumpul. Ter
“Apa yang kau lakukan Mawar?”“Katakan! jika ini bukan kauuu yang melakukannya...?”Kabar kematian tragis sang laki-laki misterius bernama Tuan Alexander membuat gempar, beberapa stasiun menyiarkan akan kematian laki-laki itu lengkap dengan dugaan bahwa Mawarlah dalang di balik semua pembunuhan.Orang-orang dan para keamanan kota, masih mencoba membujuk Mawar untuk keluar dari kamar hotel dimana tempat kejadian peristiwa itu pertama kali terjadi. Berbagai macam cara dilakukan para keamanan, termasuk membujuk Mawar untuk segera ke luar dari sana dengan memanfaatkan seorang sahabatnya yang sudah ada bersama orang-orang itu dan pihak keamanan.“A-aku, aku bersumpah! Bukan aku yang melakukannya, ““Percayaaaa, percayalahhhhh...!!Mawar berujar dengan nada begitu gemetar, dia mencoba untuk meyakinkan sang sahabatnya itu yang terus saja untuk membujuknya keluar dari sana, menjelaskan pada orang-orang. Mawar yang sudah syok dan ketakutan tak ingin keluar dari tempat itu.“Tidaaak!A-aku,
“Kenapa aku begitu ragu hari ini?”“Apa aku harus membatalkannya saja, taaapi.....?”Seorang perempuan berbalut pakaian seksi dengan balutan minim sebatas lutut, lekuk tubuh indahnya benar-benar terlihat nyata. Sebuah tas sandang dipakai perempuan itu dan kembali dia menatap layar Handphone miliknya, tepat di sebuah ruangan kamar sewanya. Sudah lama dia tinggal di sana, beberapa petak kamar begitu terhipit diantara megahnya bangunan kota.Mawar, dia hanya seorang perempuan panggilan yang sudah dikenal terjun ke dunia malam, kerap menerima tawaran jasa untuk menjual jasanya kepada pria-pria hidung belang yang haus akan belaian itu menatap beberapa kali di luar sana.“Akuuuuu, ““Ahhhh, aku benar-benar ragu.” Mawar mondar mandir gelisah, seperti menunggu telepon atau kabar dari seseorang. Tentu saja, Mawar dan pelanggannya sudah melakukan janji untuk bertemu sehari sebelumnya. Seorang laki-laki mapan dan berasal dari kalangan atas, Mawar kenal dari seorang sahabatnya yang sama-sama
“Tutttttt....“Tutttt....Mawar mencoba untuk menelpon pria yang bernama Tuan Alexander itu, hanya untuk memastikan dirinya telah tiba tepat di di depan lobyy hotel. Lama Mawar menunggu, hingga akhirnya telepon itu diangkat setelah sedikit lama menunggu.“Naiklah dan temui aku di kamar satu kosong lima, lantai sebelas.”Ya, Tuan Alexander seorang pengusaha itu bicara sebentar lalu berinisiatif untuk mengarahkan Mawar di bawah. Tentu saja, pria yang buka berasal dari kalangan bawah itu tak ingin dilihat oleh orang-orang di sana, nama baiknya lebih penting dia jaga, ketimbang harus menjemput perempuan murahan seperti seorang Mawar yang menurutnya hanyalah seorang perempuan pemuas nafsu tidak lebih.“A-aku akan segera menuju ke sana.”Mawar berujar, sesekali dia terlihat oleh karyawan hotel yang memang sudah biasa dengan kedatangan Mawar yang sering sekali mengunjungi tempat ini, tentu saja dengan orang yang berbeda. Mawar berjalan, dia tak perduli tatapan banyak mata yang memandan
“Apa yang kau lakukan Mawar?”“Katakan! jika ini bukan kauuu yang melakukannya...?”Kabar kematian tragis sang laki-laki misterius bernama Tuan Alexander membuat gempar, beberapa stasiun menyiarkan akan kematian laki-laki itu lengkap dengan dugaan bahwa Mawarlah dalang di balik semua pembunuhan.Orang-orang dan para keamanan kota, masih mencoba membujuk Mawar untuk keluar dari kamar hotel dimana tempat kejadian peristiwa itu pertama kali terjadi. Berbagai macam cara dilakukan para keamanan, termasuk membujuk Mawar untuk segera ke luar dari sana dengan memanfaatkan seorang sahabatnya yang sudah ada bersama orang-orang itu dan pihak keamanan.“A-aku, aku bersumpah! Bukan aku yang melakukannya, ““Percayaaaa, percayalahhhhh...!!Mawar berujar dengan nada begitu gemetar, dia mencoba untuk meyakinkan sang sahabatnya itu yang terus saja untuk membujuknya keluar dari sana, menjelaskan pada orang-orang. Mawar yang sudah syok dan ketakutan tak ingin keluar dari tempat itu.“Tidaaak!A-aku,
“Apa yang aku lakukan!“Apa yang sudah aku lakukan......?”“A-aku, aku sudah membunuhnya!“A-aku, aku seorang pembunuh....”Mawar tersudut di ujung sana, dia ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Perempuan itu benar-benar syok dan tak mengira, laki-laki yang saat itu ingin mencelakai dirinya kini malah sebaliknya terkena sial akibat ulahnya sendiri. Ya, tubuh sang pria bernama Tuan Alexander itu benar-benar terhempas jatuh ke bawah sana dari ketinggian.“Ba-bagaimana ini, bagaimana ini....?”“Aku, Aku tidak mau dipenjara, Aku tidak mauuuuu....!”“Tidaaaaak...!”“Tidaaaak!”Mawar diam di dalam sana, dia benar-benar tak mampu berbicara lagi dan syok berat, tak mengira hal seburuk ini begitu terjadi sangat cepat, dia lakukan ini semua hanya untuk menyelamatkan nyawanya.Terlihat Mawar kini begitu kusut , perempuan itu masih meringkuk tepat di bawah jendela kamar hotel yang masih terbuka dan menganga. Mawar sesekali melihat ke arah bawah sana, orang-orang pun sudah ramai berkumpul. Ter
“Aaaaaa,sakittt cukupppp...! “Mawar mulai mengerang kesakitan saat itu, seolah kepalanya benar-benar berdenyut hebat, kepalanya pusing dan matanya benar-benar berbayang.Dalam posisi tidur di atas kasur empuk, Mawar yang masih dapat melihat jelas tapi kabur. Dia melihat laki-laki itu mengambil sesuatu. Sebuah tas besar,ya tas yang memang sudah disiapkan selalu oleh laki-laki bernama Tuan Alexander itu. Tentu saja Mawar sedikit banyak tahu apa isi dalam tas hitam berukuran cukup besar itu, beberapa alat yang memang sudah disiapkan untuk melakukan dan melayani fantasi liar sang tamunya.“Ku mohon tuaaaaan,”“Ja- jangaaaan, jangan laaaagi....”Mawar berujar dan memohon , dia begitu trauma dengan benda-benda yang seolah memiliki rasa sakit yang berbeda.“Hahahahaaaa....“Apa kau bilang, jangaaaaan...?“Kau pikir dirimu siapa, HA!”Ujar laki-laki itu yang mulai mengeluarkan satu persatu benda yang ada dalam tas berukuran besar itu, lalu mulai memperlihatkan pada Mawar.“Ini akan sedi
“Tutttttt....“Tutttt....Mawar mencoba untuk menelpon pria yang bernama Tuan Alexander itu, hanya untuk memastikan dirinya telah tiba tepat di di depan lobyy hotel. Lama Mawar menunggu, hingga akhirnya telepon itu diangkat setelah sedikit lama menunggu.“Naiklah dan temui aku di kamar satu kosong lima, lantai sebelas.”Ya, Tuan Alexander seorang pengusaha itu bicara sebentar lalu berinisiatif untuk mengarahkan Mawar di bawah. Tentu saja, pria yang buka berasal dari kalangan bawah itu tak ingin dilihat oleh orang-orang di sana, nama baiknya lebih penting dia jaga, ketimbang harus menjemput perempuan murahan seperti seorang Mawar yang menurutnya hanyalah seorang perempuan pemuas nafsu tidak lebih.“A-aku akan segera menuju ke sana.”Mawar berujar, sesekali dia terlihat oleh karyawan hotel yang memang sudah biasa dengan kedatangan Mawar yang sering sekali mengunjungi tempat ini, tentu saja dengan orang yang berbeda. Mawar berjalan, dia tak perduli tatapan banyak mata yang memandan
“Kenapa aku begitu ragu hari ini?”“Apa aku harus membatalkannya saja, taaapi.....?”Seorang perempuan berbalut pakaian seksi dengan balutan minim sebatas lutut, lekuk tubuh indahnya benar-benar terlihat nyata. Sebuah tas sandang dipakai perempuan itu dan kembali dia menatap layar Handphone miliknya, tepat di sebuah ruangan kamar sewanya. Sudah lama dia tinggal di sana, beberapa petak kamar begitu terhipit diantara megahnya bangunan kota.Mawar, dia hanya seorang perempuan panggilan yang sudah dikenal terjun ke dunia malam, kerap menerima tawaran jasa untuk menjual jasanya kepada pria-pria hidung belang yang haus akan belaian itu menatap beberapa kali di luar sana.“Akuuuuu, ““Ahhhh, aku benar-benar ragu.” Mawar mondar mandir gelisah, seperti menunggu telepon atau kabar dari seseorang. Tentu saja, Mawar dan pelanggannya sudah melakukan janji untuk bertemu sehari sebelumnya. Seorang laki-laki mapan dan berasal dari kalangan atas, Mawar kenal dari seorang sahabatnya yang sama-sama