“Tutttttt....
“Tutttt....
Mawar mencoba untuk menelpon pria yang bernama Tuan Alexander itu, hanya untuk memastikan dirinya telah tiba tepat di di depan lobyy hotel. Lama Mawar menunggu, hingga akhirnya telepon itu diangkat setelah sedikit lama menunggu.
“Naiklah dan temui aku di kamar satu kosong lima, lantai sebelas.”
Ya, Tuan Alexander seorang pengusaha itu bicara sebentar lalu berinisiatif untuk mengarahkan Mawar di bawah. Tentu saja, pria yang buka berasal dari kalangan bawah itu tak ingin dilihat oleh orang-orang di sana, nama baiknya lebih penting dia jaga, ketimbang harus menjemput perempuan murahan seperti seorang Mawar yang menurutnya hanyalah seorang perempuan pemuas nafsu tidak lebih.
“A-aku akan segera menuju ke sana.”
Mawar berujar, sesekali dia terlihat oleh karyawan hotel yang memang sudah biasa dengan kedatangan Mawar yang sering sekali mengunjungi tempat ini, tentu saja dengan orang yang berbeda. Mawar berjalan, dia tak perduli tatapan banyak mata yang memandangi sang perempuan cantik nan seksi itu, dengan balutan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
“Teng......”
Sebuah lift terbuka, beberapa orang berisi di dalamnya. Mereka terdiri dari beberapa orang laki-laki dan perempuan. Sebagian laki-laki pun tak henti menatap Mawar secara diam-diam. Beberapa perempuan atau yang lain menatap penuh ekspresi, dari yang merasa benci dan jijik hingga merasa iri dengan kemolekan tubuh Mawar dan balutan pakaian seksinya. Mata laki-laki memang tidak bisa dibohongi, tatapan mata mereka bahkan tak pernah lepas memandang melihat tubuh Mawar yang begitu nyata membangkitkan gairah. Mawar memang perempuan panggilan berkelas, tidak sembarang memilih tamu dan pelanggan, kebanyakan memang dari kalangan kelas atas dan orang-orang berduit..
“Tengggg....
Lift itu sudah mengantarkan Mawar tepat di lantai sebelas, dimana dia yang memang keluar dari lift dengan lenggokan gaya seksinya.
Sebagian orang-orang keluar bersama Mawar,terdiri dari beberapa orang laki-laki mata keranjang yang begitu sangat terkesima dengan tubuh molek Mawar.
“Seratus satu, seratus dua, seratus lima, ini...”
Mawar berujar panjang sembari menghentikan langkah kakinya tepat di depan sebuah kamar. Kamar yang memang merupakan kelas VIP, untuk kalangan orang kaya bahkan pengusaha dan kelas ekonomi atas.
“Teeeett,Teeeeet....
Dua kali Mawar memencet tombol yang langsung berhubungan dengan bel kamar yang memiliki fungsi untuk memberitahu seseorang di dalam Sana, bahwa ada tamu yang datang dari luar.
Di dalam sana, sudah terbaring seorang pria yang sebelumnya tengah menggenakan baju tidur terbuka. Bulu-bulu dadanya terlihat maskulin. Bertubuh gempal tinggi dan gagah dengan wajah dewasa, umurnya ya sekitar empat puluh tahunan lebih.
“Mana dia?
“Kenapa lama sekali....?”
Mawar yang masih menunggu tak sabar terus berujar sembari menatap lorong sepi yang tadinya ramai. Beberapa orang laki-laki sepertinya masih mengintai Mawar yang berdiri di depan pintu kamar mereka, menandakan mereka memang tertarik pada seorang perempuan cantik nan seksi seperti Mawar.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu.
“Cepat, masuk...”
Seorang laki-laki tinggi gagah membuka pintu dan menatap penuh gairah pada Mawar. Tatapan matanya tak lepas dari ujung kaki Mawar hingga berhenti ke bagian menarik lainnya. Mawar hanya terdiam, sesekali menatap mendongak pada sosok tubuh tinggi gagah yang berdiri tepat di hadapannya.
Mawar masuk ke dalamnya.
Sebuah kamar VIP dengan fasilitas yang begitu lengkap dan mewah. Mawar melemparkan pandangan ke semua sudut sudut kamar, ada sesuatu yang berbeda yang dia rasakan saat itu, namun dia ingat pesan sahabatnya untuk menanggapi hal itu dengan bijak dan berhati-hati, saat bersama dan melayani fantasi tamu liar ini. Sebuah kecemasan tak lepas, benar-benar menjadi momok ketakutan bagi orang-orang seprofesi seperti Mawar.
“Duduk.”
Ya, seolah benar-benar memang begitu dingin dan misterius, tamu itu begitu dingin.
Laki-laki itu mempersilahkan Mawar untuk duduk di sana terlebih dahulu. Sekali lagi, Mawar hanya menuruti apa yang dikatakan laki-laki itu, tentu saja dia tak akan pernah bisa mengabaikan apa yang sudah sahabatnya pesankan.
Laki-laki bernama Tuan Alexander itu terlihat beranjak menuangkan minuman ke gelas. Ada dua gelas, dan satunya lagi dia pegang, satu gelas telah terisi dan kemudian dia berikan pada Mawar.
“Minum....?”
Tuan Alexander, laki-laki itu menyodorkan minuman berwarna bening tetapi berbau menyengat.
Mawar tahu dan paham akan kebiasaan laki-laki itu lakukan, sebelum melakukan percintaan. Mawar begitu ingat, saat pertama kali melakukan hal ini dengannya, setelah Mawar meminumnya Mawar benar-benar lemas tak berdaya, saat itulah iblis yang berwujud manusia itu melakukan fantasi liarnya pada Mawar, memukul menendang , menjambak, hanyalah bagian kecil fantasi liar laki-laki itu.
“Ayo bersulang...”
Tubuh gagah dan besar tinggi itu mendekat, bau khas parpum mahal benar-benar tercium dari aroma tubuhnya.
Mawar, dia mulai ketakutan akan mengalami hal yang sama seperti apa yang dia alami saat itu, pulang pada pagi hari dalam keadaan tubuh memar dan membiru. Tak banyak yang dia ingat, laki-laki itu melakukan kekerasan fisik padanya, hingga membuatnya benar-benar trauma akan melayani tamu itu kembali.
Mawar benar-benar tak punya pilihan, sekali lagi dia harus melakukan ini semua demi uang dan bertahan hidup di kota besar itu.
“Ayoooo minummm...!”
Tangan gagah itu mulai mengarahkan mulut gelas ke arah mulut Mawar.
Mawar tersentak kaget, dia jadi tak banyak bicara hanya menurut saja dengan perlakukan sang tamu. Mungkin inilah yang diinginkan laki-laki itu, mendapatkan seorang pelayan yang melayaninya dengan tidak banyak mendapatkan perlawanan, bak boneka hidup Mawar mulai melakukan apapun yang laki-laki itu minta.
Mawar mulai mual saat mencium aroma minuman khas itu dari hidung dan mulutnya.
“Uweeeek,”
Mawar seolah ingin muntah tapi menahannya.
Mawar memang bekerja di dunia malam, namun minuman keras dan zat-zat yang menurutnya berbahaya untuk tubuhnya, tak pernah ingin dia telan dan cerna begitu banyak. Belum sempat Mawar menolak, tangan gagah itu mulai memaksa Mawar. Ya, laki-laki itu segera mencengkeram mengenggam pergelangan tangan Mawar secara kasar ke arah mulutnya.
“Minum..!!”
Suara itu seperti bernada kesal dan membentak, tatapan matanya memerah dan mulai tidak bersahabat bagi Mawar.
“Glek, glek, glekkkk....”
Walaupun tenggorokan dan perut Mawar menolaknya, namun tetap Mawar tahan sampai benar-benar minuman dalam gelas itu tak bersisa.Tawa begitu mengerikan bagi Mawar, seketika wajah Mawar memerah setelah menenggak minuman memabukkan dan membuat seketika kepalanya mulai terasa pusing saat itu juga.
Pandangan mata Mawar mulai tak terkendali, efek minuman itu perlahan menyebar, merusak beberapa organ panca inderanya. Matanya berkunang-kunang dan seolah benda dan sosok pria itu mulai berbayang-bayang menjadi dua di hadapan Mawar.
Laki-laki itu tahu Mawar mulai hilang keseimbangan, dia memeluk dan merangkul tubuh Mawar, kemudian memapahnya tepat di atas kasur empuk. Laki-laki itu kembali mengambil gelas yang sudah kosong dari Mawar, lalu mengisinya kembali. Mawar yang kini duduk lemas di atas tempat tidur empuk itu, tak bisa berbuat apapun, tubuhnya terasa kaku.
“Habiskan...!”
Seolah belum puas dengan melihat Mawar yang terkulai lemas di sana, dia kembali menyodorkan minuman yang kembali terisi itu dan membujuk Mawar untuk menenggaknya kembali, sebelum nantinya percintaan itu akan berlangsung dengan begitu menegangkan. Hal inilah yang membuat momok ketakutan bagi Mawar semakin bertambah. Tubuhnya sekarang benar-benar tak berdaya. Mawar kembali disodori minuman penghilang kesadaran itu.
“Aaaaaa,sakittt cukupppp...! “Mawar mulai mengerang kesakitan saat itu, seolah kepalanya benar-benar berdenyut hebat, kepalanya pusing dan matanya benar-benar berbayang.Dalam posisi tidur di atas kasur empuk, Mawar yang masih dapat melihat jelas tapi kabur. Dia melihat laki-laki itu mengambil sesuatu. Sebuah tas besar,ya tas yang memang sudah disiapkan selalu oleh laki-laki bernama Tuan Alexander itu. Tentu saja Mawar sedikit banyak tahu apa isi dalam tas hitam berukuran cukup besar itu, beberapa alat yang memang sudah disiapkan untuk melakukan dan melayani fantasi liar sang tamunya.“Ku mohon tuaaaaan,”“Ja- jangaaaan, jangan laaaagi....”Mawar berujar dan memohon , dia begitu trauma dengan benda-benda yang seolah memiliki rasa sakit yang berbeda.“Hahahahaaaa....“Apa kau bilang, jangaaaaan...?“Kau pikir dirimu siapa, HA!”Ujar laki-laki itu yang mulai mengeluarkan satu persatu benda yang ada dalam tas berukuran besar itu, lalu mulai memperlihatkan pada Mawar.“Ini akan sedi
“Apa yang aku lakukan!“Apa yang sudah aku lakukan......?”“A-aku, aku sudah membunuhnya!“A-aku, aku seorang pembunuh....”Mawar tersudut di ujung sana, dia ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Perempuan itu benar-benar syok dan tak mengira, laki-laki yang saat itu ingin mencelakai dirinya kini malah sebaliknya terkena sial akibat ulahnya sendiri. Ya, tubuh sang pria bernama Tuan Alexander itu benar-benar terhempas jatuh ke bawah sana dari ketinggian.“Ba-bagaimana ini, bagaimana ini....?”“Aku, Aku tidak mau dipenjara, Aku tidak mauuuuu....!”“Tidaaaaak...!”“Tidaaaak!”Mawar diam di dalam sana, dia benar-benar tak mampu berbicara lagi dan syok berat, tak mengira hal seburuk ini begitu terjadi sangat cepat, dia lakukan ini semua hanya untuk menyelamatkan nyawanya.Terlihat Mawar kini begitu kusut , perempuan itu masih meringkuk tepat di bawah jendela kamar hotel yang masih terbuka dan menganga. Mawar sesekali melihat ke arah bawah sana, orang-orang pun sudah ramai berkumpul. Ter
“Apa yang kau lakukan Mawar?”“Katakan! jika ini bukan kauuu yang melakukannya...?”Kabar kematian tragis sang laki-laki misterius bernama Tuan Alexander membuat gempar, beberapa stasiun menyiarkan akan kematian laki-laki itu lengkap dengan dugaan bahwa Mawarlah dalang di balik semua pembunuhan.Orang-orang dan para keamanan kota, masih mencoba membujuk Mawar untuk keluar dari kamar hotel dimana tempat kejadian peristiwa itu pertama kali terjadi. Berbagai macam cara dilakukan para keamanan, termasuk membujuk Mawar untuk segera ke luar dari sana dengan memanfaatkan seorang sahabatnya yang sudah ada bersama orang-orang itu dan pihak keamanan.“A-aku, aku bersumpah! Bukan aku yang melakukannya, ““Percayaaaa, percayalahhhhh...!!Mawar berujar dengan nada begitu gemetar, dia mencoba untuk meyakinkan sang sahabatnya itu yang terus saja untuk membujuknya keluar dari sana, menjelaskan pada orang-orang. Mawar yang sudah syok dan ketakutan tak ingin keluar dari tempat itu.“Tidaaak!A-aku,
“Tenang,”“Tenanglahhhh nona,“Kami tak akan menyakitimu,tenangggg.”Ketua keamanan segera bertindak dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, dengan cara tidak membuat panik Mawar, tapi percuma perempuan itu benar-benar sudah merasa terancam dan tersakiti, rasa khawatirnya sudah terlalu besar akan kesalahan yang memang tidak sepenuhnya dia lakukan.“Mundurrrrr,mundurrrrr...hik,hik, hik...”Terlihat Mawar mencoba tetap melindungi dirinya dari sebuah ancaman yang menurutnya akan menyudutkannya, para keamanan tetap dengan senjata mereka yang siap untuk mengeksekusi Mawar jika melakukan hal yang dapat membuat mereka terancam.“Menyerahlahhh,kita bisa bicara baik-baik.”Ketua keamanan yang memang masih begitu mudah itu mencoba untuk bernegosiasi atas peristiwa yang begitu sangat mengerikan di atas sana.Mereka, para keamanan kota memang sudah mengatur rencana dan strategi atas penyergapan seorang perempuan yang menurut mereka adalah dalang di balik tewasnya seorang pengusaha kaya
“Pembunuhhhhhhh!”“Lihaaaat? Di-dia adalah seorang pembunuhhhhhhh!”“Pembunuuuhhh...!!”Kata-kata dan kalimat sumpah serapah keluar dari mulut orang-orang saat berlangsungnya persidangan, ya kasus itu benar-benar telah mengambil alih perhatian orang-orang yang ingin menyaksikan bagaimana kelanjutan dan tampang sang pembunuh seorang pengusaha besar dan kaya raya yang hari ini ada dan diadili di depan mereka.“Tidaaaaaak!’“A-aku, aku tidak membunuhnyaaaaa...”Terikan mawar yang tetap mencoba membela dirinya dari segala tuduhan orang-orang yang sudah menganggap dialah yang menyebabkan sang pria perkasa dan dieluh-eluhkan banyak orang sebagai orang ternama itu mati.“Hukuuuuum!”“Hukum perempuan jalangg ituuu...!”Ya, tanpa mereka sadari, mereka telah mengeluarkan kata-kata dan kalimat yang benar-benar tidak enak didengar, mereka yang tidak tahu fakta dan kenyataan sebenarnya hanya bisa menghakimi dan tidak melihat dengan kedua bela mata mereka, kejadian dan fakta yang sebenarnya.“Jika
“Kenapa aku begitu ragu hari ini?”“Apa aku harus membatalkannya saja, taaapi.....?”Seorang perempuan berbalut pakaian seksi dengan balutan minim sebatas lutut, lekuk tubuh indahnya benar-benar terlihat nyata. Sebuah tas sandang dipakai perempuan itu dan kembali dia menatap layar Handphone miliknya, tepat di sebuah ruangan kamar sewanya. Sudah lama dia tinggal di sana, beberapa petak kamar begitu terhipit diantara megahnya bangunan kota.Mawar, dia hanya seorang perempuan panggilan yang sudah dikenal terjun ke dunia malam, kerap menerima tawaran jasa untuk menjual jasanya kepada pria-pria hidung belang yang haus akan belaian itu menatap beberapa kali di luar sana.“Akuuuuu, ““Ahhhh, aku benar-benar ragu.” Mawar mondar mandir gelisah, seperti menunggu telepon atau kabar dari seseorang. Tentu saja, Mawar dan pelanggannya sudah melakukan janji untuk bertemu sehari sebelumnya. Seorang laki-laki mapan dan berasal dari kalangan atas, Mawar kenal dari seorang sahabatnya yang sama-sama
“Pembunuhhhhhhh!”“Lihaaaat? Di-dia adalah seorang pembunuhhhhhhh!”“Pembunuuuhhh...!!”Kata-kata dan kalimat sumpah serapah keluar dari mulut orang-orang saat berlangsungnya persidangan, ya kasus itu benar-benar telah mengambil alih perhatian orang-orang yang ingin menyaksikan bagaimana kelanjutan dan tampang sang pembunuh seorang pengusaha besar dan kaya raya yang hari ini ada dan diadili di depan mereka.“Tidaaaaaak!’“A-aku, aku tidak membunuhnyaaaaa...”Terikan mawar yang tetap mencoba membela dirinya dari segala tuduhan orang-orang yang sudah menganggap dialah yang menyebabkan sang pria perkasa dan dieluh-eluhkan banyak orang sebagai orang ternama itu mati.“Hukuuuuum!”“Hukum perempuan jalangg ituuu...!”Ya, tanpa mereka sadari, mereka telah mengeluarkan kata-kata dan kalimat yang benar-benar tidak enak didengar, mereka yang tidak tahu fakta dan kenyataan sebenarnya hanya bisa menghakimi dan tidak melihat dengan kedua bela mata mereka, kejadian dan fakta yang sebenarnya.“Jika
“Tenang,”“Tenanglahhhh nona,“Kami tak akan menyakitimu,tenangggg.”Ketua keamanan segera bertindak dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, dengan cara tidak membuat panik Mawar, tapi percuma perempuan itu benar-benar sudah merasa terancam dan tersakiti, rasa khawatirnya sudah terlalu besar akan kesalahan yang memang tidak sepenuhnya dia lakukan.“Mundurrrrr,mundurrrrr...hik,hik, hik...”Terlihat Mawar mencoba tetap melindungi dirinya dari sebuah ancaman yang menurutnya akan menyudutkannya, para keamanan tetap dengan senjata mereka yang siap untuk mengeksekusi Mawar jika melakukan hal yang dapat membuat mereka terancam.“Menyerahlahhh,kita bisa bicara baik-baik.”Ketua keamanan yang memang masih begitu mudah itu mencoba untuk bernegosiasi atas peristiwa yang begitu sangat mengerikan di atas sana.Mereka, para keamanan kota memang sudah mengatur rencana dan strategi atas penyergapan seorang perempuan yang menurut mereka adalah dalang di balik tewasnya seorang pengusaha kaya
“Apa yang kau lakukan Mawar?”“Katakan! jika ini bukan kauuu yang melakukannya...?”Kabar kematian tragis sang laki-laki misterius bernama Tuan Alexander membuat gempar, beberapa stasiun menyiarkan akan kematian laki-laki itu lengkap dengan dugaan bahwa Mawarlah dalang di balik semua pembunuhan.Orang-orang dan para keamanan kota, masih mencoba membujuk Mawar untuk keluar dari kamar hotel dimana tempat kejadian peristiwa itu pertama kali terjadi. Berbagai macam cara dilakukan para keamanan, termasuk membujuk Mawar untuk segera ke luar dari sana dengan memanfaatkan seorang sahabatnya yang sudah ada bersama orang-orang itu dan pihak keamanan.“A-aku, aku bersumpah! Bukan aku yang melakukannya, ““Percayaaaa, percayalahhhhh...!!Mawar berujar dengan nada begitu gemetar, dia mencoba untuk meyakinkan sang sahabatnya itu yang terus saja untuk membujuknya keluar dari sana, menjelaskan pada orang-orang. Mawar yang sudah syok dan ketakutan tak ingin keluar dari tempat itu.“Tidaaak!A-aku,
“Apa yang aku lakukan!“Apa yang sudah aku lakukan......?”“A-aku, aku sudah membunuhnya!“A-aku, aku seorang pembunuh....”Mawar tersudut di ujung sana, dia ketakutan mulai menyelimuti hatinya. Perempuan itu benar-benar syok dan tak mengira, laki-laki yang saat itu ingin mencelakai dirinya kini malah sebaliknya terkena sial akibat ulahnya sendiri. Ya, tubuh sang pria bernama Tuan Alexander itu benar-benar terhempas jatuh ke bawah sana dari ketinggian.“Ba-bagaimana ini, bagaimana ini....?”“Aku, Aku tidak mau dipenjara, Aku tidak mauuuuu....!”“Tidaaaaak...!”“Tidaaaak!”Mawar diam di dalam sana, dia benar-benar tak mampu berbicara lagi dan syok berat, tak mengira hal seburuk ini begitu terjadi sangat cepat, dia lakukan ini semua hanya untuk menyelamatkan nyawanya.Terlihat Mawar kini begitu kusut , perempuan itu masih meringkuk tepat di bawah jendela kamar hotel yang masih terbuka dan menganga. Mawar sesekali melihat ke arah bawah sana, orang-orang pun sudah ramai berkumpul. Ter
“Aaaaaa,sakittt cukupppp...! “Mawar mulai mengerang kesakitan saat itu, seolah kepalanya benar-benar berdenyut hebat, kepalanya pusing dan matanya benar-benar berbayang.Dalam posisi tidur di atas kasur empuk, Mawar yang masih dapat melihat jelas tapi kabur. Dia melihat laki-laki itu mengambil sesuatu. Sebuah tas besar,ya tas yang memang sudah disiapkan selalu oleh laki-laki bernama Tuan Alexander itu. Tentu saja Mawar sedikit banyak tahu apa isi dalam tas hitam berukuran cukup besar itu, beberapa alat yang memang sudah disiapkan untuk melakukan dan melayani fantasi liar sang tamunya.“Ku mohon tuaaaaan,”“Ja- jangaaaan, jangan laaaagi....”Mawar berujar dan memohon , dia begitu trauma dengan benda-benda yang seolah memiliki rasa sakit yang berbeda.“Hahahahaaaa....“Apa kau bilang, jangaaaaan...?“Kau pikir dirimu siapa, HA!”Ujar laki-laki itu yang mulai mengeluarkan satu persatu benda yang ada dalam tas berukuran besar itu, lalu mulai memperlihatkan pada Mawar.“Ini akan sedi
“Tutttttt....“Tutttt....Mawar mencoba untuk menelpon pria yang bernama Tuan Alexander itu, hanya untuk memastikan dirinya telah tiba tepat di di depan lobyy hotel. Lama Mawar menunggu, hingga akhirnya telepon itu diangkat setelah sedikit lama menunggu.“Naiklah dan temui aku di kamar satu kosong lima, lantai sebelas.”Ya, Tuan Alexander seorang pengusaha itu bicara sebentar lalu berinisiatif untuk mengarahkan Mawar di bawah. Tentu saja, pria yang buka berasal dari kalangan bawah itu tak ingin dilihat oleh orang-orang di sana, nama baiknya lebih penting dia jaga, ketimbang harus menjemput perempuan murahan seperti seorang Mawar yang menurutnya hanyalah seorang perempuan pemuas nafsu tidak lebih.“A-aku akan segera menuju ke sana.”Mawar berujar, sesekali dia terlihat oleh karyawan hotel yang memang sudah biasa dengan kedatangan Mawar yang sering sekali mengunjungi tempat ini, tentu saja dengan orang yang berbeda. Mawar berjalan, dia tak perduli tatapan banyak mata yang memandan
“Kenapa aku begitu ragu hari ini?”“Apa aku harus membatalkannya saja, taaapi.....?”Seorang perempuan berbalut pakaian seksi dengan balutan minim sebatas lutut, lekuk tubuh indahnya benar-benar terlihat nyata. Sebuah tas sandang dipakai perempuan itu dan kembali dia menatap layar Handphone miliknya, tepat di sebuah ruangan kamar sewanya. Sudah lama dia tinggal di sana, beberapa petak kamar begitu terhipit diantara megahnya bangunan kota.Mawar, dia hanya seorang perempuan panggilan yang sudah dikenal terjun ke dunia malam, kerap menerima tawaran jasa untuk menjual jasanya kepada pria-pria hidung belang yang haus akan belaian itu menatap beberapa kali di luar sana.“Akuuuuu, ““Ahhhh, aku benar-benar ragu.” Mawar mondar mandir gelisah, seperti menunggu telepon atau kabar dari seseorang. Tentu saja, Mawar dan pelanggannya sudah melakukan janji untuk bertemu sehari sebelumnya. Seorang laki-laki mapan dan berasal dari kalangan atas, Mawar kenal dari seorang sahabatnya yang sama-sama