Alice masuk ke kantor kakaknya setelah mendapatkan telfon dari sang kakak bahwa ia harus kemari sepulang sekolah, Alice pun langsung menuju kemari tanpa berbelanja dahulu walaupun sudah berjanji pada Mutia. Tapi panggilan sang kakak adalah hal yang terpenting mengingat ketika Dayton tak tinggal bersamanya di mansion.
Apalagi sangat jarang kakaknya itu memanggilnya.
Alice masuk ke dalam ruangan kerja kakaknya dan melihat sang kakak sedang duduk sembari memijat pelipis matanya, Alice tau apa yang akan di bicarakan sang kakak ketika wajah Dayton serius seperti itu.
“Kenapa kamu memanggilku. Ada apa?” tanya Alice lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
“Oh, kamu sudah datang ternyata.” Dayton berjalan menghampiri sang adik.
“Aku tahu kenapa kamu memanggilku kemari hanya dengan melihat wajah seriusmu itu,” ujar Alice.
“Jika kamu mengetahuinya silahkan persiapkan jawabanmu.”
“Apa mommy mengadukanku?”
“Alice, mendengar apa yang di katakan mommy, aku merasa itu pun tak masuk akal, sejak tadi aku berpikir dan berusaha memahamimu tapi nyatanya aku tak mendapatkan jawabannya, kenapa kamu melakukan itu? Apa tujuanmu menunjukkan semua yang kamu miliki pada semua orang? Tanpa kamu tunjukkan pun semua orang tau kamu adalah keturunan Smith, jadi apa gunanya?” tanya sang kakak.
"Aku melakukan semua itu bukan semata-mata hanya ingin memamerkannya, Kak, aku hanya—” ujar Alice membela diri.
“Jangan membantah ucapanku, Alice! Jika kamu masih mau mengendarai mobilmu dan memiliki kartu kredit itu, gunakan lah semuanya secara benar, bukan malah menggonta-ganti mobil setiap minggunya, gunakan lah uangmu dengan cara yang benar, begitu lah cara orang kaya menghabiskannya,” ujar Dayton penuh penekanan.
“Aish ... aku hanya membeli dan melakukan sesuai kebutuhanku kok."
“Tapi sikapmu itu tak benar, sangat terlihat jika kamu hanya mau pamer.” Dayton menggeleng melihat sikap adiknya itu.
“Tunjukkan padaku sikap yang benar itu seperti apa,” tantang Alice, membuat Dayton geram melihat tingkah adiknya, namun ia masih berusaha bersabar, meski sejak tadi ia sudah emosional menghadapi adiknya.
“Kamu mau tau bagaimana sikap yang benar? Berikan uangmu atau sumbangkan uangmu kepada orang yang lebih membutuhkannya, jangan menghamburkan uangmu hanya untuk hal yang tak berguna, membantu sesama tanpa merugikan orang lain, begitu lah sikap yang benar,” jawab Dayton.
“Dan … belajarlah, jangan hanya memamerkan apa yang menjadi milikmu pada orang lain, usiamu sudah 23 tahun, dan kau masih sekolah. Aku baru melihat seusiamu masih sekolah.”
“Baiklah.”
“Baiklah? Apa?”
“Aku akan menggunakan uangku untuk hal yang lebih berguna, jadi puas?” tanya Alice.
“Dan, aku akan mencoba belajar.”
“Baiklah, kamu bisa pulang sekarang.”
“Setelah memanggilku jauh-jauh kemari dan memarahiku, kamu hanya mau mengatakan itu tanpa menawarkan makan untukku? Kamu kakak yang jahat,” rengek Alice.
“Sayangnya aku sudah makan siang bersama Mommy."
“Belikan saja untukku,” rengek Alice membuat sang kakak menghela nafas panjang lalu Dayton tersenyum melihat sikap manja sang adik yang sebentar lagi akan lulus sekolah dengan usia yang cukup tua.
***
Dayton sedang menikmati secangkir kopi di beranda apartemennya, sembari melihat pemandangan malam di luar sana, pemandangan gedung pencakar langit yang begitu indah dengan warna warni lampu yang berada di masing-masing gedung. Dayton tersenyum, hampir sama dengan tinggi dari gedung apartemen ini, gedung-gedung pencakar langit menjulang ke arah awan-awan lembut.
New York pastilah kota yang paling menggarahkan di dunia. Dengan samar, Dayton mendengar suara beep kamar yang begitu kasar, ia mendengarnya dan beranjak dari duduknya menuju pintu, Dayton melihat di balik layar jika seorang wanita sedang mengetuk pintu kamarnya, siapa wanita itu?
Dayton membuka pintu apartemennya dan membuat wanita itu terjatuh ke pelukannya, Dayton mengangkat sebelah alisnya karena heran. Ia tidak pernah dekat dengan siapa pun sehingga apartemennya ini dikunjungi seorang wanita.
Wanita itu dengan berani mencium bibir Dayton, menyerupai sebuah paksaan, anehnya Dayton menyukainya, dan sempat terbuai akan ciuman wanita yang tidak ia kenali ini.
Dayton mendorong wanita itu dan menjauhkan dirinya dari ciuman sialan yang membuatnya terbuai, entah hatinya bergejolak dan merontah menginginkan wanita itu sepenuhnya.
Sialan! umpat Dayton.
Wanita itu kembali beranjak, dan memeluk Dayton, berhasil membuat jantung laki-laki itu berdetak begitu kencang.
“Hei, sadarlah,” ujar Dayton membuat wanita itu terperangah, Dayton membantu wanita itu untuk keluar dari apartemennya tapi dengan cepat wanita itu berlari menaiki tangga dan memasuki kamar Dayton di dekat jendela kaca. Lalu terlelap di atas ranjang.
Dayton merasa hidupnya terlalu tenang sehingga harus di ganggu oleh wanita yang tidak jelas asal-usulnya itu.
“Ya Tuhan, wanita ini begitu gila!” gumam Dayton, seraya setengah berlari menyusul langkah kaki wanita yang masuk ke apartemennya tanpa sadar.
“Hei sadarlah, Nona, kamu salah kamar,” ujar Dayton.
“Siapa kamu?” tanya wanita yang bernama Angelica itu tanpa membuka pejaman matanya.
“Pergi dari sini, jangan menggangguku! Pergilah tolong, kamu sudah salah tempat, ini apartemenku,” ujar Angelica tanpa sadar membuat Dayton geram dan berjalan menghampiri ranjangnya, berusaha membangunkan Angelica agar keluar dari apartemennya, segala cara Dayton lakukan malah semakin membuat Angelica nyenyak dalam tidurnya terdengar jika Angelica bergumam dan mengeluarkan suara ngorok.
Dayton melihat pinggang Angelica sedikit terbuka, menggangu pandangannya lalu mengambil selimut dan menutupi seluruh badan Angelica yang sudah tak menyadari bahwa ia salah kamar. Entah keselahan apa yang Dayton lakukan hari ini, sehingga ia harus bertemu wanita gila.
♥♥♥
Angelica menggaruk lehernya karena begitu haus, ia mencoba meraih air putih yang biasa ia siapkan di dekatnya, agar setiap haus ia tak perlu turun dari kamarnya.
Angelica melihat dengan samar seseorang duduk di sofa sembari menatapnya dengan tajam. Angelica lalu tersadar dan membuka pejaman matanya begitu lebar dan memposisikan dirinya untuk duduk.
“Siapa kamu?” tanya Angelica lalu mengambil gelas yang ada di atas nakas hendak ia lemparkan pada pria yang kini sedang menatapnya, Angelica lalu tersadar dan melihat sekeliling kamar jika ternyata ini bukan kamarnya.
“Aku dimana? Dan … kamu siapa?” tanya Angelica melihat tubuhnya yang masih mengenakan pakaiannya yang semalam, sedangkan Dayton sejak tadi hanya diam saja dan melihat wanita gila itu sedang berbicara sendiri.
Dayton sebenarnya tidak ingin berurusan dengan wanita yang kini menatapnya, namun ia tidak memiliki opsi lain, untuk tidak melakukannya, wanita itu sudah mengganggu waktunya.
Angelica mencoba mengingat dan memutari otaknya, ia mengingat semuanya ketika ia memasuki kamar setelah pulang dari barclub, tanpa sadar ia memasuki kamar orang lain. Dengan pelan Angelica menaruh gelas berisi air kembali ke atas nakas lalu dengan pelan turun dari ranjang, ketika hendak melangkah meninggalkan Dayton yang masih menatapnya kesal, langkah kaki Angelica terhenti dan berbalik.
“Maafkan aku, akan ku pastikan aku akan membayarmu, maafkan aku karena tidur di kamarmu, aku tinggal di apartemen sebelah, jadi aku pikir ini adalah apartemenku, maafkan aku sekali lagi, aku janji akan membayarmu,” ujar Angelica tak berani menatap mata Dayton dan sejak tadi menundukkan kepala tanda maafnya. Dayton beranjak dari duduknya dan melangkah melintasi Angelica yang sedang menundukkan kepala, Angelica begitu heran ketika Dayton tak mengatakan apa pun setelah ia mengacaukannya semalaman. Angelica tak bisa pergi ketika ia belum mendengarkan sang pemilik kamar ini tak mengatakan apa pun.
Dayton menuju dapur dan mengambil segelas minum untuk ia teguk karena semalam ia harus menderita tidur di atas sofabed yang berukuran kecil. Angelica menyusul langkah kaki Dayton menuju dapur.
“Maafkan aku, aku salah ... aku tak tau harus mengatakan apalagi selain maaf, aku akan membayarmu seharga hotel ketika menginap semalam,” ujar Angelica yang sedang berdiri di belakang punggung Dayton yang sedang meneguk air putih sampai tandas.
Angelica menundukkan kepala ketika Dayton berbalik melihatnya.
“Pastikan kamu akan membayarku,” ujar Dayton membuat Angelica lega karena mendengar jawaban dari pria tampan ini. Sungguh tampan, sehingga semua hal yang dapat ia lihat hanya wajah Dayton.
“Terima kasih, perkenalkan namaku Angelica, nama kamu siapa?” tanya Angelica menyodorkan tangannya berusaha terlihat akrab setelah apa yang ia lakukan semalam.
“Kita tak seakrab itu untuk berkenalan, ‘kan? Jadi silahkan pergi dari sini dan kembali lah ke kamarmu, aku harus berangkat bekerja,” ujar Dayton lalu berjalan melintasi Angelica yang masih berdiri mengharapkan jawabannya dan menarik kembali sodoran tangannya.
Angelica kembali menyusul langkah kaki Dayton, langkah kaki Angelica berhenti ketika ia menubruk punggung pria itu. Angelica mendongak dan menatap Dayton yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.
“Apa kamu juga mau mengikutiku sampai ke kamar mandi?” tanya Dayton membuat Angelica melangkah mundur dan cengegesan.
“Aku hanya ingin tahu nama kamu siapa? Kita kan tetangga, lagian di lantai 12 ini hanya ada kita berdua, tentu saja aku akan terus bertemu denganmu,” ujar Angelica mencoba berbaik hati.
“Aku Dayton, puas? Dan … kita tak ada alasan untuk bertemu lagi, ‘kan?” tanya Dayton.
“Aku ‘kan akan membayarmu nanti, tentu saja kita akan bertemu lagi.”
“Aku harus mandi, jadi pergi lah dari sini,” pintah Dayton, masih dengan suara yang lembut.
“Tapi … aku boleh bertanya satu hal?”
“Apa?”
“Aku tidak macam-macam, ‘kan semalam?” tanya Angelica, menggaruk tengkuknya.
“Jika aku ceritakan, mau bertanggung jawab?” tanya Dayton balik, sekilas melihat bibir merekah Angelica.
“Baiklah. Tidak usah menceritakannya,” kekeh Angelica.
“Kalau begitu silahkan pergi, karena aku harus mandi,” kata Dayton.
“Baiklah, Dayton, aku berterima kasih karena kamu sudah mau membiarkanku tidur di sini semalam, aku tak tau harus mengatakan apa selain maaf dan terima kasih, aku pamit dan aku pastikan kita akan bertemu lagi, jika kamu membutuhkan bantuan jangan segan-segan untuk ke kamarku,” ujar Angelica membungkukkan badan tanda maaf dan terima kasihnya bahwa masih ada orang baik seperti Dayton ketika ia salah masuk kamar.
Angelica lalu melangkahkan kaki menuju pintu keluar dan berbalik melihat Dayton yang sedang menatap punggungnya.
Sepeninggalan Angelica, Dayton tersenyum kecil mengingat tingkah wanita itu yang sudah salah kamar, untuk pertama kalinya Dayton membiarkan wanita masuk ke apartemennya.
Ia lalu masuk ke kamar mandi untuk bergegas mandi dan bersiap ke kantor.
Angelica masuk ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa, dan menghela napas panjang. Ia tak menyangka jika ia akan menginap di kamar seorang pria dan pria itu tak melakukan hal jahat padanya, itu yang membuat Angelica bersyukur. . .
Bersambung.
Salam cintaku🤩❤️
Angelica bergegas keluar apartemennya dan menuju lift yang sudah akan tertutup, Angelica berlari dan berteriak pada Dayton agar mau menunggunya, Angelica masuk ke lift dengan helaan napas lega, lalu mendongak melihat Dayton juga Joseph sekretarisnya, Dayton tak membalas tatapan Angelica.“Kamu akan berangkat kerja, ya?” tanya Angelica basa-basi.Joseph menatap bosnya yang kini mengabaikan Angelica.“Aku bertanya sekali lagi, apa kamu akan ke kantor?’“Hem,” jawab Dayton tanpa menoleh ke arah Angelica.“Aku berutang sama kamu, sekali lagi terima kasih, ya,” ujar Angelica.“Dia sekretarismu?” bisik Angelica ketika melihat Joseph berdiri di belakang sang boss. “Iya,” jawab Dayton.Sampai di lobi, Dayton berjalan duluan dan Joseph menyusul langkah kaki atasannya itu dan tetap menjaga jarak agar tak berdampingan, sedangkan Angelica berjalan di samping Joseph.Joseph membuka pintu mobil dan mempersilahkan sang atasan untuk naik, tapi
Angelica berjalan sempoyongan membuat Dayton menoleh ketika hendak masuk ke apartemennya, Dayton melihat Angelica lagi-lagi pulang dalam keadaan mabuk, Dayton khawatir jika saja Angelica akan menerobos masuk ke kamarnya dan berakhir menginap, lalu menciumnya tanpa izin, tapi Angelica melintasinya, ketika hendak terjatuh dengan cepat Dayton membantu Angelica agar berjalan dengan lurus. Sungguh, wanita ini merepotkannya, jika saja ia mau, ia ingin sekali membiarkan wanita ini tetap di sini, namun naruninya sebagai laki-laki membuatnya harus mengalah. “Berapa password apartemenmu?” tanya Dayton yang masih menggenggam kuat lengan Angelica yang sudah hampir terjatuh. “Aku tidak tahu,” jawab Angelica, seraya mendongak. “Kamu siapa?” “Apa setiap mabuk kamu memang melupakan password apartemenmu? Dasar!” Dayton geram melihat tingkah wanita ini. “Memang banyak hal yang ingin aku lupakan dan yang pastinya aku tak ingin mengingatnya,”
Sampai di salon, Alice langsung duduk dan melihat seseorang yang tak asing sedang mewarnai rambutnya, Alice memicingkan mata karena seperti mengenal wanita tersebut.“Permisi,” sapa Alice.“Hm?” Wanita itu berbalik yang ternyata Angelica.“Oh … Alice?” Angelica tersenyum.“Iya. Ini aku, kau apa kabarnya?” tanya Alice, seraya memeluk Angelica.“Aku tentu saja baik. Kamu bagaimana?”“Aku juga baik,” jawab Alice. “Lalu … mengapa mewarnai rambutmu, Angel? Apa kamu sedang frustasi? Karena ini benar-benar bukan gayamu,” ujar Alice yang juga sedang di kerjakan oleh pegawai salon yang duduk berdampingan dengan Angelica.“Aku memang sedang frustasi dan kamu selalu tahu apa yang sedang aku pikirkan, kamu bagaimana? Tumben kamu ke salon bukankah katamu kamu malas ke salon dan tak suka salon?” tanya Angelica.“Hari ini … aku akan bertemu dengan calon suami juga mertuaku,” kekeh Alice.“Benarkah? Bagaimana dengan sekolahmu?”“Aku akan lulus sebentar lagi.”“Wahh. Aku tak percaya akhirnya sebenta
Ketika para orang tua sedang berbicara di ruang keluarga.. Alice dan Zach berdiri di dekat kolam renang dengan mengobrol, sedangkan Angelica melihat-lihat ruang-ruang lain yang berada di lantai atas karena Alice menyuruhnya untuk melihat-lihat selagi ia dan zach menghabiskan waktu mengobrol. “Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Dayton. Angelica terkejut dan hampir saja melompat. “Kamu mengejutkanku” “Kamu terlihat mencurigakan,” sindir Dayton. “Jadi kamu mencurigaiku?” “Aku tak mengatakan bahwa aku curiga,” ujar Dayton lalu duduk di sofa dekat beranda. “Tapi maksud perkataanmu sudah mengatakannya jelas” “Ya sudah, aku mau tanya.” “Menanyakan soal apa?” “Aku tak pernah habis pikir jika ternyata Alice bersahabat denganmu, aku pikir sahabatnya adalah Mutia,” kata Dayton. “Aku sudah lama tak bertemu Alice dan baru bertemu dengannya hari ini,” ujar Angelica. “Aku
Sampai di kantor, Dayton langsung masuk ke ruangannya dan duduk menyerendengkan kepalanya di kursi kebesarannya, Joseph masuk ke ruangan atasannya dan melihat kegundangan hati sang atasan.“Pak.” Joseph membuat Dayton sadar dan memperbaiki duduknya.“Ada apa?”“Ada meeting yang akan Anda hadiri pagi ini.”“Baiklah, kamu bisa pergi.”Joseph menundukkan kepala lalu berjalan keluar dari ruangan atasannya.♥♥♥Alice memilih tak ke sekolah lagi, sedangkan sang ayah dan ibu tak memaksa Alice untuk sekolah, Alice lebih memilih untuk menghabiskan waktunya mempersiapkan pernikahannya, hal yang sangat membahagiakannya adalah hal ini. Menikah dengan pria idaman dan menjalin sebuah hubungan yang sebelumnya tak pernah ia lakukan.“Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang? Kenapa tak ke sekolah? Bukan kah kamu harusnya lulus tahun ini?” tanya sang mommy.“Sekolah itu sudah tak penting, Mom, sebentar lagi ‘kan aku menikah tentu saja hal yang terpenting adalah mempersiapkan pernikahanku,” jawab Alice m
Angelica masuk ke gedung apartemennya dengan berjalan sempoyongan seperti biasa membuatnya duduk di depan kamarnya, Angelica memilih tak masuk ke dalam apartemen karena ia tak bisa bertemu kakaknya yang sudah menunggunya sejak tadi. Angelica mencoba mengatur napasnya dan duduk di depan kamarnya. Suara pintu terbuka terdengar membuat Angelica tersadar dan beranjak dari duduknya, Arminda sedang menatapnya kesal, membuat Angelica tak bisa mendongak karena begitu bingung harus mengatakan apa jika sang kakak menanyakan tempat tinggalnya. “Apa kamu sudah mendapatkan tempat tinggal?” tanya Arminda tanpa menyuruh Angelica untuk masuk. “Aku belum mendapatkannya,” jawab Angelica, lalu menundukkan kepala. “London luas bodoh, kenapa di kota seluas ini kamu tak mendapatkan satu pun tempat?” “Karena biaya sewanya sangat mahal, aku sudah berusaha seharian ini, tapi aku tak mendapatkan tempat yang sesuai dengan pendapatanku, kamu ‘kan tahu aku hanya bekerja sebagai make up artis,” ujar Angelica yang m
Angelica tak bisa mengatakan apa pun lagi, permintaan Alvin membuat para wanita ini tak bisa bergerak dari tempatnya dan mengatur segala kebutuhan Angelica di dalam kamar.Dayton masuk ke dalam kamar dan melihat para pegawai butik sedang menyiapkan dan mengatur segalanya, Angelica menghampiri Dayton dan berusaha mengatur napasnya karena sikap Dayton seperti ini membuatnya sedikit salah paham.“Apa semua ini di butuhkan?” tanya Angelica dengan berbisik.“Tentu saja, kamu akan tinggal di sini sementara waktu.”“Kata siapa?"“Terus kamu ada tujuan lain?”Angelica menggelengkan kepalanya.“Aku hanya berusaha membantumu karena kamu adalah sahabat adikku,” ujar Dayton.“Tapi, menurutku ini berlebihan.”“Jangan selalu menolak niat baik orang lain.”“Tapi—““Apa kamu tak bisa menikmatinya saja?”“Aku bukannya menolak, tapi ini semua pasti membutuhkan uang yang banyak dan aku terdengar seperti merepotkanmu.”“Kamu sejak awal sudah merepotkanku jadi lakukan saja apa yang aku peri
Angelica sedang merias Rihana yang sedang menatapnya sejak tadi, Angelica berusaha tak memperdulikannya sampai Rihana mengatakan sesuatu.“Aku lihat hari ini kamu berpakaian feminim.”“Aku terpaksa,” jawab Angelica.“Terpaksa karena apa? Dan … kelihatannya gaun dan sepatumu itu sangat mahal. Aku tahu sekali.”“Ini tidak mahal sama sekali, kok.”“Jangan membohongiku, Angel, aku tau itu pakaian dan sepatu dari butik ternama. Apa kamu lupa? Aku ini artis dan aku mengetahui semuanya tentang fashion,” ujar Rihana membuat kru lainnya memicingkan mata.“Oh.”“Apa kamu menjadi simpanan pria kaya?”“Ha ha ha, jangan mengejekku,” geleng Angelica.“Terus? Kamu mencurinya?”“Tentu saja tidak, apaan sih.. sepertinya pertanyaanmu itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita,” ujar Angelica membuat Rihana geram.“Aku ‘kan hanya bertanya, apa susahnya untuk menjawabnya? Lagian semua orang tau jika gajimu itu tak akan cukup membeli pakaian mewah itu walaupun sampai 5 tahun kamu bekerja