"Eve, kau benar-benar sangat tidak terduga." Azuela menatap Maevea takjub. Baru saja dia mendengar cerita dari Maevea bahwa dia telah memutuskan pertunangan dengan Liam Gilloti dan akan menikah dengan Rael Gilloti, paman Liam.
Azuela sudah sangat geram dengan sikap Liam yang merendahkan Maevea, berkali-kali dia telah meminta Maevea untuk memutuskan pertunangan dengan Liam, tapi Maevea selalu menolak dengan mengatakan bahwa ayahnya pasti tidak akan menyetujuinya.
Azuela tahu bahwa sahabatnya sangat menuruti kata-kata orangtuanya, jadi tampaknya melihat Maevea memutuskan hubungan dengan Liam akan menjadi sesuatu yang sangat mustahil.
Namun, hari ini akhirnya dia mendapatkan kabar baik itu. Sahabatnya telah mengambil keputusan yang sangat tepat. Pria bajingan seperti Liam tidak pantas untuk seorang Maevea. Hanya karena Liam memiliki segalanya bukan berarti pria itu bisa bertingkah semena-mena.
Selama Maevea menjadi tunangan Liam, Maevea tidak pernah mempermalukan Liam sama sekali, tapi sebaliknya Liam mempermalkukan Maevea berkali-kali dengan tidak menganggap Maevea sebagai tunangannya.
"Bagaimana dengan Liam? Apakah dia menerima begitu saja?" tanya Azuela. Dia penasaran seperti apa rupa Liam ketika Maevea memutuskan pertunangan di antara mereka. Liam adalah pria yang tidak boleh harga dirinya terluka. Satu-satunya orang yang boleh memutuskan adalah dia bukan orang lain.
"Dia keberatan, tapi dia tidak bisa membantah Rael."
"Dia memang pantas mendapatkan hal itu. Setelah ini aku berharap bajingan itu mengalami impoten." Azuela berkata dengan penuh dendam. Dia tidak berada di posisi Maevea, tapi dia menaruh dendam hanya karena melihat bagaimana Liam memperlakukan Maevea dengan buruk.
Maevea terkekeh geli mendengar Azuela mengutuk Liam.
"Oh, benar, Eve. Bagaimana rasanya berada dekat dengan seorang Rael Gilloti? Apakah kau merasa kakimu seperti jeli? Apakah kau merasa bagian bawah tubuhmu basah hanya dengan melihatnya?"
"Azuela pertanyaanmu benar-benar cabul."
"Aku hanya ingin memastikan apa yang dikatakan oleh para pelangganku. Mereka tampaknya sangat tergila-gila dengan Rael Gilloti. Eve, kau pasti akan dikutuk oleh para pelangganku jika mereka tahu kau akan segera menikah dengan pria itu. Hati-hati, Eve, kecemburuan seorang wanita benar-benar mengerikan." Azuela berkata dengan nada ngeri. Dia bergidik ketika memikirkan apa yang baru saja dia katakan.
Azuela juga berasal dari lingkaran atas, tapi sampai saat ini dia tidak pernah bisa bertemu dengan Rael Gilloti karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu dengan pria itu. Dia hanya bisa melihat Rael di majalah keuangan yang sering menjadikan pria itu sebagai sampul.
Dari yang terlihat di majalah, Rael Gilloti sangat tampan. Itu bisa dikategorikan sebagai sebuah mahakarya. Tidak ada cacat sama sekali.
"Rael benar-benar tampan." Maevea kini membayangkan si pemilik iris abu-abu itu. "Ketika aku berada di dekatnya jantungku berdebar sangat kencang. Auranya sangat mendominasi. Dia memiliki daya pikat yang sangat sensual. Tidak heran jika ada banyak wanita yang mengatakan bahwa bagian bawah mereka akan basah karena Rael memang sangat menggiurkan."
Maevea adalah seorang pelukis, jelas dia menyukai hal-hal yang indah. Dan Rael Gilloti menjadi salah satunya sekarang. Keindahan seorang pria mendominasi dan berkuasa.
Azuela meringis mendengar kata-kata Maevea. Andai saja dia memiliki sedikit keberuntungan yang dimiliki oleh Maevea dia mungkin bisa menemukan pria luar biasa seperti ini juga.
Apa yang sedang dia pikirkan? Dia sudah memiliki kekasih. Dan kekasihnya adalah pria yang sempurna. Meski tidak seluar biasa Rael, tapi kekasihnya benar-benar pria impiannya.
"Jadi, apakah kau juga merasakan hal yang sama seperti para wanita itu?" Azuela penasaran. Dia sekarang sangat tertarik bergosip dengan Maevea mengenai Rael. Sebuah ilusi yang menjadi nyata untuk seorang Maevea Collin.
"Aku tidak sempat merasakan hal seperti itu karena aku terlalu tegang." Maevea mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana dia bisa memikirkan tentang hal cabul seperti itu saat dia merasa udara di sekitarnya menekannya.
Hanya saja dari jarak sedekat itu, Maevea bisa memastikan bahwa tidak ada pria yang bisa melebihi penampilannya. Saat matanya tertuju pada pria itu maka dia tidak akan bisa mengalihkan pandangannya. Dia langsung terpesona. Dan mungkin akan menjadi tergila-gila jika dia melihatnya sedikit lebih lama.
"Bagaimana perasaanmu tentang Rael Gilloti? Apakah kau jatuh cinta pada pandangan pertama seperti kata setiap wanita yang oernah bertemu dengannya." Azuela merupakan seorang perancang perhiasan yang berbakat. Orang-orang dari kalangan atas sangat menyukai rancangan perhiasan darinya oleh sebab itu dia terkenal di kalangan atas bukan hanya karena latar belakang keluarganya yang juga tidak biasa.
Setiap kali dia mendapatkan pelanggan wanita muda, mereka akan membicarakan Rael Gilloti sesekali. Liam Gilloti memang tampan, tapi Rael Gilloti adalah eksistensi yang nyata, pria itu mampu membuat orang lain tergila-gila.
"Aku tidak tahu, tapi jantungku berdebar kencang ketika aku berhadapan dengannya. Itu pertama kalinya dalam hidupku." Maevea tidak tahu apakah kemarin dia seperti itu karena takut atau karena pesona Rael yang mengerikan.
"Tidak diragukan lagi bahwa Rael Gilloti pasti sangat luar biasa. Tidak pernah ada dalam sejarah jantung Maevea berdebar karena seorang pria." Azuela berkata takjub yang terdengar terlalu berlebihan.
Namun, Maeva tidak membantah kata-kata Azuela karena faktanya memang seperti itu. Dia sudah terlalu sering berhadapan dengan pria tampan, tapi jantungnya berdetak biasa saja.
"Eve kau mendapatkan sebuah tangkapan yang sangat besar. Kau luar biasa, aku adalah pengagummu." Azuela bersuka cita atas pencapaian Maevea.
Ponsel Maevea berdering, percakapan keduanya langsung terputus.
"Ya, Rael."
Wajah Azuela langsung menunjukan keterkejutan. Dia segera menguping untuk mendengar suara seksi Rael yang sangat langka.
"Apakah kau sibuk saat ini?"
"Tidak, ada apa?" Maevea mencoba untuk bicara sesantai mungkin meski pada kenyataannya dia masih tidak biasa bicara dengan nada seperti ini terhadap seorang Rael Gilloti.
"Asisten pribadiku akan menjemputmu dan membawamu ke perusahaanku. Mari kita makan siang bersama, lalu setelah itu aku akan mengajakmu untuk bertemu dengan perancang busana."
"Baik. Saat ini aku sedang berada di galeriku."
"Sampai jumpa nanti."
"Sampai jumpa, Rael."
"Berikan aku kecupan."
"Hah?"
"Kecupan, Eve. Seperti ini." Rael mencium ponselnya dengan suara yang jelas.
Wajah Maevea memerah sekarang. Siapa yang menyangka jika seorang Rael Gilloti yang terkenal dingin dan tidak banyak bicara ternyata bisa merayu wanita seperti ini. Apakah ini benar-benar Rael? Atau mungkinkan ponselnya dicuri oleh orang lain?
"Rael, apakah kau baik-baik saja?" Maevea tiba-tiba berpikir bahwa Rael mungkin sedang sakit.
Suara tawa yang menyenangkan terdengar dari seberang sana. "Aku sedang dalam kondisi yang sangat baik, Eve. Aku masih menunggu kecupan darimu."
Maevea menjadi kaku lalu kemudian dia memberikan kecupan pada ponselnya dengan suara yang cukup jelas.
"Aku menerima kecupan ini, tapi aku akan meminta yang nyata nanti."
Maevea tidak tahu harus berkata apa, dia hanya segera memutuskan panggilan itu dengan perasaan tidak karuan. Ada keinginannya untuk menjerit saat ini.
Namun, hal itu telah direalisasikan oleh Azuela. Wanita itu berteriak sembari melompat dengan wajah girang. Sahabatnya yang digombali oleh Rael, tapi dia yang merasa berbunga-bunga.
"Eve, ini benar-benar gila." Azuela terus bertingkah seperti mendapatkan lotre jutaan dolar. "Aku tidak menyangka jika seorang Rael Gilloti ternyata merupakan seorang pria tua mesum."
Maevea tertawa geli. "Berhentilah melompat-lompat, Zue."
Maevea hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Azuela. Saat ini dia mungkin sedang memakai keberuntungan seumur hidupnya sehingga dia bisa mendapatkan jackpot seperti Rael.
Dua puluh menit kemudian asisten pribadi Rael datang ke galeri milik Maevea.
"Nona Maevea, saya adalah Dustin Franklin, asisten pribadi Tuan Rael Gilloti. Tuan meminta saya untuk membawa Anda ke perusahaan."
"Baik, Tuan Dustin."
"Anda cukup memanggil saya Dustin saja, Nona."
"Baik, Dustin."
"Apakah Nona Maeva sudah siap?"
"Saya sudah siap."
"Kalau begitu mari, Nona."
Maevea melangkah lebih dahulu dari Dustin, dia berhenti ketika sampai di sebelah mobil yang dikemudikan oleh Dustin. Ia masuk ke dalam mobil lalu duduk dengan tenang seperti seorang putri yang bermartabat.
Dustin menutup pintu mobil itu lalu pergi ke kursi pengemudi. Pria itu mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Ini adalah pertama kalinya Dustin menjemput orang lain selain dari atasannya. Dustin tidak asing lagi dengan Maevea Collin, wanita yang dipuja oleh banyak wanita dan menjadi tunangan dari keponakan tuannya.
Hanya saja tidak pernah ada dalam pikirannya bahwa Maevea Collin akan menjadi istri tuannya hanya dalam satu minggu lagi.
Pesona Maevea memang tidak bisa diragukan lagi, bahkan seorang Rael Gilloti tertarik padanya dan masih ingin memilikinya meski sebelumnya Maevea merupakan tunangan dari keponakannya.
Dustin yakin bahwa ketika Maevea mendatangi perusahaan maka pegawai di perusahaan akan segera bergosip. Kedatangan Maevea akan membuat gempar tempat itu.
Tidak masalah jika Maevea datang dengan asisten pribadi Liam Collin yang juga bekerja di perusahaan itu, tapi kenyataannya adalah Maevea datang bersamanya, dan itu akan menjadi tanda tanya besar bagi para pegawai.
Di kursi belakang Maevea sedang mempersiapkan dirinya. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan Rael. Dia harus mengatur jantungnya agar berdetak dengan normal.
Waktu berlalu dengan cepat, sekarang Maevea sampai di perusahaan yang dipimpin oleh Rael.
Seperti yang diduga oleh Dustin sebelumnya, para pegawai yang ada di lantai satu terkejut melihat Maevea datang bersamanya. Mereka mulai menebak-nebak ada apa sampai Maevea datang bersama Dustin.
Selain itu Dustin membawa Maevea memasuki lift khusus yang hanya boleh digunakan oleh pemimpin perusahaan.
Maevea tidak menyadari bahwa orang-orang menatapnya dengan heran saat ini, wanita itu masih menyesuaikan dirinya yang makin tidak tenang ketika dia semakin dekat dengan Liam.
Sejak tadi dia sudah memerintahkan jantungnya untuk berdetak seperti biasa, tapi yang terjadi jantungnya kini berdetak lebih cepat.
Jantungnya sudah seperti ini padahal dia belum berhadapan dengan Rael, mungkin jantungnya akan melompat keluar jika dia sudah berhadapan lagi dengan Rael.
tbc
Ruangan Rael terletak di lantai tiga puluh gedung bergaya modern itu. Dan sekarang Maevea sudah berada di lantai tiga puluh.Dustin membuka pintu ruang kerja Rael untuk Maevea. "Nona Maevea, silahkan masuk. Tuan Rael ada di dalam.""Baik, terima kasih." Maevea kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan di depannya. Saat dia sudah masuk, dia disapa oleh keheningan. Wanita itu kemudian mendekat ke arah Rael yang saat ini bergerak ke arahnya."Selamat datang di ruanganku, Eve." Rael berdiri dari satu langkah di depan Maevea."Ya, terima kasih."Rael tersenyum geli. Tangannya kemudian menggenggam tangan Maevea. "Ayo kita pergi sekarang.""Baik."Maevea menatap tangannya sejenak. Dia belum pernah digenggam seperti ini oleh seorang pria sebelumnya. Dengan Liam, pria itu hanya berdiri di sebelahnya seolah alergi terhadapnya."Sesuaikan langkahmu, jangan sampai terjatuh." Rael bersuara lembut."Ya." Maevea kemudian fokus pada langkahnya agar tidak tersandung dan jatuh.Keduanya kembali masuk k
Setelah bertemu dengan perancang busana terkenal, Maevea diantar kembali oleh Rael ke galeri milik wanita itu. Tadi Maevea tidak hanya mencoba sebuah gaun pengantin, tapi juga set perhiasan yang disesuaikan dengan gaunnya."Apakah kau mau mampir ke galeriku?" tanya Maevea. Dia telah pergi ke perusahaan Rael, jadi akan imbang jika dia membawa Rael ke galerinya."Tentu saja." Rael ingin melihat tempat yang sering didatangi oleh Maevea sehari-hari.Keduanya melangkah masuk ke galeri Maevea yang saat ini hanya dijaga oleh dua pegawai Maevea saja.Rael memperhatikan galeri yang tidak terlalu luas itu. Bangunan itu terdiri dari dua lantai. Lantai satu digunakan untuk ruang pameran dan lantai dua digunakan sebagai ruang istirahat dan ruang melukis Maevea.Maevea membawa Rael ke ruang kerjanya. Tempat itu dipenuhi oleh segala hal yang berhubungan dengan lukisan."Ini adalah ruang kerjaku." Maevea berdiri sembari menatap Rael yang hanya berjarak satu langkah darinya."Tempat ini dipenuhi oleh
Rael tidak kembali ke kediamannya setelah dia meninggalkan kediaman Maevea, pria itu pergi ke klub malam karena ketiga sahabatnya mengajaknya untuk bertemu di sana. Ia yakin ketiga sahabatnya pasti telah menerima kabar tentang kebersamaannya dengan Maevea, mereka mungkin ingin menanyakan tentang kebenaran berita itu.Ia masuk ke dalam ruangan yang telah dipesan oleh sahabatnya, tapi ternyata di dalam sana tidak hanya ada ketiga sahabatnya. Di sana ada Elleta Louisa, satu-satunya wanita yang bisa masuk dalam lingkaran pertemanannya. Hanya saja Rael tidak begitu dekat dengan Elleta, itu semua karena dia tidak begitu menyukai lawan jenisnya."Lama tidak bertemu, Rael." Elleta menyapa Rael. Wanita ini merupakan seorang model terkenal jadi dia memiliki jadwal yang padat. Terakhir kali dia bertemu dengan Rael adalah dua minggu lalu ketika mereka berkumpul di acara yang diadakan oleh Raytan."Lama tidak bertemu, Leta." Rael memperlakukan Elleta tidak sedingin dia terhadap wanita lain. Bagaim
"Nona, seorang pria bernama Leonis McKenz ingin bertemu dengan Anda." Emily, salah satu pegawai di galeri milik Maevea memberitahu Maevea yang saat ini sedang melukis.Maevea mengerutkan keningnya. Dia tidak mengena seorang pria bernama Leonis McKenz sebelumnya."Pria itu mengatakan bahwa dia adalah sahabat Tuan Rael Gilloti." Emily menambahkan."Aku akan menemuinya sebentar lagi." Maevea tidak tahu kenapa sahabat dari calon suaminya ingin menemuinya, tapi dia tidak akan menolak kunjungan pria itu."Baik, Nona." Emily keluar dari ruang kerja Maevea, kembali ke lantai satu untuk menyampaikan pada Leonis.Maevea mencuci tangannya, setelah itu dia segera pergi untuk menemui Leonis. Sekarang setelah melihat pria yang mengenakan setelan berwarna merah tua tidak jauh di depannya, Maevea tahu siapa Leonis McKenz, pria itu adalah seorang aktor ternama A - list yang wajahnya sudah tidak asing lagi di televisi, bioskop dan majalah.Maeva kurang bergaul, dia juga tidak terlalu suka menonton, tap
"Apa yang terjadi pada galerimu?" Rael bertanya pada Maevea ketika dia selesai memeluk calon istrinya itu."Beberapa orang datang dan menghancurkan galeri," balas Maevea."Apakah kau memiliki masalah dengan orang lain baru-baru ini?""Leonis McKenz." Maevea yakin bahwa Rael akan menemukan hal ini, jadi tidak ada gunanya untuk menyembunyikannya dari pria itu.Kening Rael berkerut. "Ceritakan padaku.""Pria itu datang ke galeriku, meminta aku menjauh darimu. Dia juga menyebut bahwa Eletta Louisa adalah wanita yang pantas untukmu. Dia mengancam jika aku tidak menjauhimu maka dia akan membuat hidupku sengsara." Maevea tidak melebih-lebihkan. Dia tidak tahu apakah Rael akan memihaknya atau Leonis."Aku dan Eletta hanya berteman." Rael merasa perlu mengatakan ini pada Maevea agar wanita itu tidak salah paham. "Orangku akan menyelidiki apakah Leonis yang memerintahkan orang-orang itu atau bukan.""Bagaimana jika dia?""Aku tidak akan memaklumi sikapnya yang keterlaluan." Rael memang telah be
Pengacara Maevea telah menemui Leonis dengan rincian kerugian yang disebabkan oleh orang-orang Leonis terhadap Maevea.Leonis benci kekalahan, tapi dia tidak akan menang melawan Maevea karena Maevea didukung oleh Rael. Pada akhirnya dia mengeluarkan sejumlah uang untuk kerusakan yang diperbuat oleh orang-orangnya.Maeve tidak ikut pengacaranya menemui Leonis, dia tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan pria tidak bermoral seperti Leonis. Untuk menghadapi seorang wanita, Leonis mengirim segerombolan pria, benar-benar memalukan.Maevea berada di galerinya yang saat ini sudah diperbaiki. Dia mengatur beberapa lukisan baru di tempat lukisan yang sudah dirusak kemarin.Hari ini dia tidak akan pergi ke mana pun karena Rael akan pergi ke luar negeri untuk sebuah pekerjaan dan baru kembali besok.Setelah mengatur lukisan di pajangan, Maevea kembali ke ruang kerjanya. Wanita itu akan menenggelamkan dirinya ke dalam goresan tinta lagi.Pintu terbuka saat Maevea baru mengerjakan lukisannya
Besok adalah hari pernikahan Maevea dengan Rael. Maevea seharusnya bertemu dengan Rael kemarin, tapi pekerjaan Rael mengharuskan pria itu berada di luar negeri lebih lama.Semalam ketika Maevea bicara dengan Rael melalui panggilan telepon, pria itu mengatakan bahwa Rael akan kembali hari ini.Meski besok adalah hari pernikahannya, Maevea masih berada di galerinya. Dia tidak tahu harus melakukan apa jika dia tidak bekerja."Nona, Tuan Liam datang lagi." Emily datang memberitahu Maevea.Maevea menghela napas kasar. Apa lagi yang diinginkan oleh Liam. Pria ini sepertinya benar-benar ingin mengalami patah tulang."Katakan padanya bahwa aku tidak ingin bertemu dengannya." Maevea enggan berdebat dengan Liam, jadi lebih baik untuk menolak bertemu dengan pria itu."Baik, Nona."Namun, Emily dan Andrew bukan orang yang bisa menghadapi Liam. Pria itu akhirnya masuk ke ruang kerja Maevea dengan paksa."Maevea, berhenti bersikap memuakan seperti ini!" Liam menatap Maevea jengah."Liam, bukankah t
Tiap menit menjadi sangat menyiksa bagi Liam, pria itu pergi ke klub malam untuk melampiaskan amarah dan rasa putus asa di dalam dirinya.Dia tidak memedulikan orang-orang yang ada di lantai dansa, pria itu hanya terus menenggak cairan keemasan di dalam cangkirnya.Dari sudut lain saat ini seorang wanita sedang memperhatikan Liam yang tampak sedang dalam emosi yang buruk."Aku akan pergi sebentar!" Wanita itu memberitahu dua sahabatnya. Dia mengarahkan pandangannya ke arah Liam."Semoga berhasil, Eleonora!" Seru salah satu sahabatnya dengan senyum nakal di wajahnya.Eleonora terkekeh kecil. Dia melangkah dengan percaya diri menuju ke Liam. Dia tahu siapa pria yang sedang dia dekati saat ini, mantan tunangan sepupunya yang tersayang, Maevea Collin.Sejak kecil Eleonora telah bersaing dengan Maevea, tapi dia selalu kalah dalam segala aspek. Dia sangat benci menjadi bayangan Maevea, untungnya hal itu berhenti ketika dia dikirim oleh ayahnya ke luar negeri ketika dia berusia lima belas ta