Home / Romansa / Perfect You / Akhir dari Cinta Pertama

Share

Akhir dari Cinta Pertama

Author: Hyune
last update Last Updated: 2020-10-09 14:54:09

Freya duduk sendirian di tepian jalan. Malam makin larut tapi Freya tak peduli. Ia merasa sangat hancur. Dan sekarang penampilannya pun sudah sangat lusuh. Pipinya basah oleh air mata. Dress yang ia pakai sudah kusut dan kotor karena Freya duduk begitu saja di jalanan.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan Freya. Lalu seorang pria turun menghampirinya. “Hai nona, kau butuh tumpangan?” tanya pria itu.

“Tidak, pergilah. Aku tidak butuh siapapun.” Jawab Freya lirih.

“Tapi ini sudah hampir larut. Tidak baik seorang gadis sendirian disini.” Jawab pria itu.

“Percayalah padaku, aku akan mengantarmu sampai ke rumah.” Jawab pria itu.

“Kubilang pergi!” seru Freya tanpa memandang laki-laki itu.

"Ayolah nona, aku tidak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi padamu." ucap pria itu.

"Apa kau ini tidak mengerti bahasa manusia?" ucap Freya.

"Apa kau tidak paham aku menyuruhmu pergi sejak tadi?"

"Aku hanya menawarkan pertolongan." jawab pria itu.

Freya tak menjawab lagi. Ia terlalu lelah untuk berdebat dengan pria itu. Untuk memandangnya saja, Freya sudah malas. Tak lama pria itu akhirnya pergi meninggalkan Freya sendirian. Freya, ia tak peduli lagi dengan siapapun sekarang. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dita meneleponnya. Tapi sekali lagi, Freya tak mempedulikan sahabatnya itu.

Malam semakin dingin. Freya akhirnya memutuskan untuk pulang dengan naik taksi. Tubuhnya terasa sangat lelah. Freya tahu, semua ini karena hatinya yang patah.

Sesampainya Freya di kos, ia langsung berbaring di ranjang. Freya memejamkan matanya. Ia ingin melupakan semua yang terjadi hari ini dan semua yang sudah ia lewati dengan Arga.

“Memang aku yang bodoh.” Ucap Freya.

“Harusnya sejak awal aku mendengarkan Dita.”

“Dan lagipula siapa aku? Aku terlalu berharap bisa bersanding dengan Arga.”

Malam itu Freya tak henti-hentinya memaki dirinya sendiri. Dan malam itu menjadi malam yang merubah dirinya. Sejak saat itu ia sudah tak selembut dulu. Freya menjadi seorang gadis yang keras kepala. Ia tidak ingin ada seseorang yang menyakitinya lagi.

***

Beberapa hari Freya tidak pergi ke kampus. Ini semua dia lakukan untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia juga menghapus nomor Arga dan semua foto-foto yang pernah ia ambil bersamanya. Berulang kali Dita menelepon Freya. Ia ingin datang untuk menghibur, tapi Freya menolaknya. Ia ingin kuat tanpa bantuan orang lain dan jalan satu-satunya adalah dengan menyendiri sementara waktu.

Empat hari setelah tidak masuk kampus, Freya akhirnya memutuskan untuk berangkat. Ia menata kembali penampilannya yang kacau karena patah hati beberapa hari yang lalu. Matanya masih sedikit sembab, tapi itu bukan masalah untuk Freya.

Sesampainya di kampus, Dita langsung memeluknya dengan erat. “Kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak mengizinkanku datang?” tanya Dita.

“Aku baik-baik saja.” Jawab Freya lirih.

“Kau berbohong. Kau tidak baik-baik saja.” Sahut Dita.

“Aku tahu persis apa yang terjadi padamu. Kau tidak bisa membohongi sahabatmu, Frey.”

Freya hanya terdiam lalu duduk di bangkunya seperti biasa. “Aku tidak mau membahas hal itu lagi.” Kata Freya dengan nada dingin.

“Aku ingin menyelesaikan ini semua.”

Meski tak terlalu paham dengan maksud Freya, Dita akhirnya memilih untuk diam. Ia tahu sahabatnya itu butuh waktu sendiri.

Di hari itu, Freya tak banyak bicara. Termasuk pada sahabatnya. Freya juga memilih untuk langsung pergi ke perpustakaan setelah kelas. Ia tahu Dita ingin mengajaknya berbicara, tapi kali ini Freya sedang tak ingin bicara pada siapapun.

***

“Sial.” Batin Freya.

Langkah Freya terhenti saat melihat Arga dan teman-temannya berkumpul di lorong menuju perpustakaan. Awalnya Freya berniat untuk berbalik, tapi ia ingat janjinya pada diri sendiri. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Arga. Maka setelah itu, Freya memberanikan diri untuk melangkah menuju ke gerombolan para pria itu.

“Hey,hey, bukankah itu bonekamu?” ucap seorang pria.

Arga menoleh lalu tertawa keras. “Hai sayang, sudah lama aku tidak melihatmu. Apa karena aku sudah berpacaran dengan Viona?” ucap Arga dengan sombong.

Freya berhenti tepat di depan Arga. Ia menatap pria sialan itu dengan tajam.

“Kau tidak mungkin mencintaiku kan?” ucap Arga dengan nada menghina.

“Aku menyukaimu.” Sahut Freya.

“Tapi itu dulu.”

“Wah wah, tidak kusangka kau juga ternyata menyukaiku.” Ucap Arga.

“Tapi kau harus sadar diri. Kau ini siapa?”

“Apa kau tidak punya kaca di rumahmu? Aku akan membelikannya kalau kau tidak punya uang untuk membelinya.”

“Sadarlah, kau ini bukan tipeku. Kau sama sekali tidak menarik. Kau terlalu naif, kau bodoh.”

"Aku tidak mungkin menyukai gadis sepertimu. Kau sama sekali bukan seleraku."

"Kalau bukan karena aku ingin mempermainkanmu, aku tidak akan pernah bicara denganmu."

"Aku juga tidak akan pernah menerima makanan sampah darimu. Kalau kau mau tahu, aku tidak pernah makan makanan itu. Setelah kau berbalik dan pergi, aku membuangnya." lanjut Arga dengan sombong.

“Aku memang bodoh karena menyukai pria sepertimu.” Jawab Freya.

“Kau tahu, seorang gadis harusnya cantik dan menarik. Tapi lihat dirimu? Binatang saja sepertinya tidak mau denganmu.” Ucap Arga.

Hati Freya seakan mendidih. Sudah cukup Arga mempermainkannya, tapi sekarang pria itu justru mengata-ngatainya di depan teman-teman sialannya. Sekuat tenaga Freya menahan tangisnya, meski matanya sudah terasa panas.

“Pergilah! Dasar tidak berguna.” Ucap Arga lalu tertawa.

Freya melangkah dengan cepat melewati gerombolan pria yang sedang menertawakannya. Hatinya kembali hancur karena hinaan yang Arga berikan.

Sampai di perpustakaan, ia langsung mengambil buku dan duduk di sudut favorinya. Kali ini, Freya tak bisa menahan tangisnya. Dadanya terasa sangat sesak. Air matanya menetes membasahi halaman-halaman buku yang ia baca. Ia berharap bisa cepat pergi dari kampus itu. Pergi untuk melupakan kenangan buruk yang ia alami. Pergi agar ia tak bertemu pria sialan yang menghancurkan hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuri
Ceritanya keren, lanjut kak :)
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perfect You   Cerita Lama

    Freya mengelus rambut David dengan lembut. Sudah agak lama Freya mendekap pria itu, membiarkan David membenamkan wajahnya di dada Freya. Freya tak menyangka pria yang dikenal dingin perusahaan ternyata juga menyimpan kelelahan yang selama ini tidak ia katakan pada siapapun. David belum menceritakan semuanya, tapi Freya sudah merasakan kesedihan pria itu.“Mulai sekarang kau tidak perlu menyembunyikan apapun, kau bisa menceritakan semuanya padaku”, ucap Freya.“Aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu”David mengangkat kepalanya lalu memandang Freya. Ia lalu memeluk gadis itu erat-erat. Baru kali ini ia merasa punya tempat untuk pulang. “Terimakasih”, bisik David.Setelah David melepaskan pelukannya, ia pun mulai menceritakan tentang hidupnya. Sejak kecil David memang hidup di keluarga yang berada. David tak pernah kekurangan apapun. Ia bisa membeli semuanya yang ia mau. Kedua orang tuanya bekerja, jadi uan

  • Perfect You   Rencana yang Batal

    “Hmm, Freya” ucap Mama David sambil duduk di perpustakaan pribadinya. Sejujurnya ia ingin putranya bisa menikah dengan Evelyn. Baginya Evelyn adalah gadis sempurna untuk David. Tapi ia juga tidak mau egois dan mengorbankan kebahagian David hanya untuk memenuhi keinginannya. “Aku harus tahu gadis seperti apa Freya itu, apa dia pantas untuk putraku, atau hanya mengincar uang David?”***Sinar mentari menembus jendela apartemen Freya. Saat membuka mata, ia melihat hari sudah siang. “Astaga, jam berapa ini?” gumam Freya. Freya cepat-cepat mengambil ponselnya. Sudah jam delapan pagi. Freya terlambat bangun. Bahkan David sudah meneleponnya dua belas kali, tapi Freya sama sekali tak mendengarnya. “Sial, pasti gara-gara menangis semalam, tidurku jadi terlalu pulas”, ucap Freya.Freya langsung beranjak dari ranjangnya. Ia mengambil handuk dan terburu-buru pergi ke kamar mandi.Brukkk!“Ah, sakitnya&rdquo

  • Perfect You   Kegelisahan Freya

    Freya masih memakai dress merah itu ketika makan malam bersama David. Sesekali David tersenyum sambil memandang Freya. “Jangan memandangku seperti itu, kau membuatku gugup”, kata Freya. Ucapan Freya membuat David tertawa kecil. “Jangan tertawa juga”, kata Freya.“Jadi aku harus bagaimana?” kata David.“Bertingkahlah biasa saja. Kau bisa kan?” ucap Freya dengan sedikit kesal.“Bagaimana aku bisa biasa saja ada gadis cantik di depanku?” gumam David.“Tidak ada pria yang akan biasa saja ketika jatuh cinta, kau tahu itu?”Freya tersenyum, tapi tiba-tiba ia ingat bahwa dirinya dan David memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Ada sedikit kegelisahan dalam hati Freya. Ia kembali takut. Freya takut untuk melanjutkan perasaannya.“Hei, kau baik-baik saja?” ucap David.Freya mengangguk, tapi kebahagiaannya hilang begitu saja. “Kau kenapa? Ada yang

  • Perfect You   Sempurna

    Setengah hari bekerja sendirian cukup membuat Freya merasa lelah. Apalagi, David sama sekali tidak mengirim pesan pada Freya. Freya sendiri terlalu malu untuk menanyakan dimana David sekarang. Ia tidak ingin menjadi pacar yang cerewet untuk David. Walaupun begitu, sebenarnya Freya juga berharap pria itu menghubunginya walau sekadar menanyakan Freya sedang apa.Freya menghela napas. Waktu pulang akan segera tiba, tapi pekerjaan Freya masih banyak. Ia juga harus mempersiapkan dokumen yang akan ia bawa ke Bali bersama David. Freya beranjak dari kursinya. Pinggangnya terasa pegal. Ia juga mengantuk karena semalam kurang tidur. “Ck, aku kurang beruntung hari ini. Pekerjaanku masih banyak, dan tidak ada yang menemaniku disini” ucap Freya.“Tapi baiklah, bukankah biasanya aku selalu melakukan pekerjaanku sendiri? Kenapa aku jadi manja seperti ini?” Freya mengambil segelas air putih, lalu kembali ke meja kerjanya. Ia kembali mengerjakan dokumen-dokumen

  • Perfect You   Candu

    “Jadi sekarang kita ini apa?” tanya Freya.David menelan makanan yang sedang ia kunyah. Ia heran pada Freya. Setelah kecupan pertama yang Freya terima, ia masih mempertanyakan hubungannya dengan David. “Kalau aku bilang kau istriku, kau pasti tidak mau kan?” tanya David.“Kau bahkan tidak memintaku menjadi pacarmu” jawab Freya.“Ah, benar juga”, gumam David sambil tertawa kecil. Freya mendengus kesal. Setelah bibirnya menjadi korban, pria itu malah menertawainya. “Tapi walaupun begitu, aku sudah menganggap kau ini pacarku” ucap David.“Apa kita perlu merayakannya? Supaya semua orang tahu kita sudah berpacaran?” tanya David.Freya menggeleng. Walaupun ia senang bisa berpacaran dengan David, tapi ia masih malu-malu mengakuinya. “Jangan dulu, ini terlalu cepat” jawab Freya. David kembali tersenyum lalu mengusap pipi Freya. “Omong-omong, masakanmu ini enak. Apa ak

  • Perfect You   First Time

    Freya masuk ke apartemennya. Ia meletakkan barang belanjaannya di atas meja. “Huh, ini banyak sekali” gumam Freya. Freya mengeluarkan satu per satu barang belanjaannya. Ada macam-macam bahan makanan yang bahkan belum pernah Freya makan. Freya yakin semua barang itu kelihatannya mahal, tapi David tidak membiarkannya tahu berapa total belanjaannya. Freya sedikit tersenyum. Bagaimanapun, ia senang bisa bertemu pria baik seperti David.Setelah menata barang belanjaannya, Freya memutuskan untuk memasak dulu. Kali ini ia memasak lebih banyak karena ia ingin membaginya dengan David sebagai ucapan terimakasih. Freya mengambil daging ayam yang tadi David beli dan mulai mengolahnya.***David menghela napas sambil memandang barang-barang yang ia beli tadi. Ia belum pernah belanja sebanyak ini sebelumnya, apalagi semua itu adalah bahan makanan. “Huh, mau kuapakan ini semua? Aku bahkan tidak memasak” gumam David.Ia mengambil dua buah bawang b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status