"Kali ini seharusnya nggak akan terlalu lama. Kalian nggak perlu khawatir. Ada Danu dan Nafis di sisiku. Kalian hanya perlu menunggu dengan sabar di rumah," ujar Wira yang tersenyum.Wira tentu merasa bersalah pada istri-istrinya. Namun, sebagai seorang pria, dia harus membangun kariernya. Karena diberi kesempatan untuk terlahir kembali, dia tentu harus membuat prestasi luar biasa."Thalia masih belum dekat dengan kalian. Kali ini, aku akan membawanya bersamaku dulu. Setelah kami pulang, kalian baru mengobrol sampai puas," ujar Wira.Wulan dan lainnya mengangguk tanpa berkomentar lagi. Karena Wira sudah membulatkan tekad, mereka hanya bisa menuruti Wira."Tuan Huben." Setelah mengobrol sesaat dengan Wulan dan lainnya, Wira menatap Huben sambil berkata, "Aku serahkan semua urusan di sini kepadamu dan Tuan Osmaro. Aku sudah berpesan pada Doddy untuk menurutimu. Dia nggak akan bertindak sembarangan.""Provinsi Lowala adalah fondasi sekaligus markasku. Jangan sampai terjadi sesuatu pada te
"Tuan Wira sudah datang?" Terdengar suara yang lemas seiring pintu dibuka.Leli segera membuka tirai tempat tidur, lalu Wira melihat Jihan yang terbaring di ranjang. Ternyata kondisi Jihan jauh lebih buruk yang dibayangkan Wira. Wajah dan bibir wanita ini pucat pasi, bahkan terlihat sangat lemas.Wira bertanya dengan perlahan, "Kenapa kondisimu jadi begini? Kamu nggak mengundang dokter terkenal untuk memeriksamu?""Uhuk, uhuk." Jihan terbatuk. Dengan bantuan Leli, dia duduk di ranjang dan mendongak menatap Wira. Setelah menggeleng dan tersenyum tak berdaya, Jihan menyahut, "Waktuku sudah tiba. Nggak ada yang bisa kulakukan lagi.""Aku sudah mengundang semua dokter terkenal, tapi nggak ada satu pun yang bisa mengobatiku. Mungkin, ini sudah takdirku. Gimana bisa aku menentang kematian? Sayangnya, ada orang-orang bodoh yang ingin menyerang wilayahku. Ditambah lagi Kerajaan Beluana yang terus mengincar, aku terpaksa menyuruh Leli meminta bantuanmu."Wira merasa tidak tega melihat kondisi J
"Bukankah itu berarti kita harus menyerahkan Kerajaan Nuala kepadanya?" Sambil berbicara, Sucipto meninju dinding dengan kesal. Para jenderal yang berdiri di belakangnya tidak berani melontarkan sepatah kata pun."Nggak perlu cemas." Tiba-tiba, seorang pejabat tua berjanggut dan beruban menghampiri. Pria ini tidak lain adalah Izhar, penasihat nomor satu Jihan.Izhar memiliki posisi yang sangat tinggi. Apalagi Jihan sedang sakit sekarang, jadi semua pejabat dan jenderal bergantung padanya. Segala urusan pemerintahan menjadi tanggung jawab Izhar."Rupanya Tuan Izhar. Kamu pasti mendengar keluhanku tadi, 'kan?" tanya Sucipto sambil memberi hormat dengan menangkupkan tangan.Izhar mengangguk, lalu membalas dengan tidak acuh, "Aku tahu kamu tulus pada negara dan Kaisar. Tapi, Kaisar juga punya kekhawatiran sendiri. Kali ini dia bukan hanya meminta bantuan Wira untuk membinasakan orang-orang utara itu, tapi juga ...."Izhar tiba-tiba berjeda dan melirik orang-orang di sekitar. Sucipto tentu
Di luar ibu kota, Wira dan Leli tiba di kamp. Begitu keduanya masuk, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa di luar. Terlihat Sucipto melangkah masuk.Leli telah memperkenalkan Sucipto kepada Wira. Jadi, Wira tersenyum sambil berkata, "Kukira siapa tadi. Ternyata Jenderal Sucipto. Ayo, duduklah.""Terima kasih, Tuan Wira. Kamu adalah tamu terhormat Kerajaan Nuala yang akan membantu kami membasmi musuh. Nggak perlu bersikap begitu sungkan kepadaku," balas Sucipto.Dengan begitu, mereka semua duduk. Danu dan Nafis berdiri di sisi kiri dan kanan Wira. Keduanya tampak sangat gagah.Sucipto menatap mereka, lalu bertanya dengan heran, "Siapa mereka?"Dilihat dari karisma Danu dan Nafis, Sucipto tentu tahu bahwa mereka bukan orang biasa. Wajar jika Sucipto memiliki penilaian tajam seperti ini. Bagaimanapun, dia sudah berpengalaman di medan perang.Wira tersenyum sambil memperkenalkan, "Yang berdiri di sisiku adalah Nafis. Dia pemanah nomor satu dan seorang jenderal. Dia yang mengurus
Wira melambaikan tangan, lalu berkata dengan tersenyum, "Pasukan nggak perlu terlalu banyak, yang penting kemampuan mereka. Mudah saja bagiku untuk mengalahkan orang-orang itu. Pasukan yang kubawa kali ini sudah cukup. Jenderal hanya perlu menjaga kota dan menunggu kabar baik dariku."Wira tampak percaya diri. Dia tentu memahami maksud Sucipto. Jika pasukan Sucipto turun tangan, Wira tidak akan bisa menguasai wilayah itu sendirian. Ini akan sangat repot. Lebih baik dia bekerja sendirian supaya wilayah-wilayah itu menjadi miliknya.Dengan begitu, tidak akan ada yang berkesempatan untuk merebutnya dari Wira. Lagi pula, Sucipto dan lainnya tidak mungkin memiliki nyali sebesar itu. Begitu perang dimulai, akibatnya akan sangat fatal. Apalagi Jihan sedang sakit. Kerajaan Nuala tidak mungkin memiliki semangat tempur di masa seperti ini."Baiklah. Aku akan menunggu kabar baik di sini. Semoga sukses!" ucap Sucipto yang menangkupkan tangan memberi hormat.Setelah mengobrol sejenak, mereka pun bu
"Mengenai Fathir, aku pasti akan menanganinya nanti." Fathir ini memang orang yang tangguh. Jika tidak, Fathir tidak akan mencapai posisi saat ini dan mendirikan Aliran Kegelapan sedikit demi sedikit. Wira tentu saja memahami hal ini, sehingga dia tidak menyalahkan Nafis."Terima kasih, Tuan," jawab Nafis, lalu segera keluar. Masih ada pertarungan besar yang akan dihadapi besok, dia harus istirahat untuk memastikan semuanya berjalan dengan lancar.Sudah larut malam dan Wira serta yang lainnya sudah tertidur nyenyak, tetapi saat ini para musuh mereka masih belum tertidur. Pemimpin dari berbagai suku sedang berkumpul bersama untuk membahas strategi dan semuanya terlihat khawatir."Kalian pasti sudah mendengar kabarnya, 'kan? Wira memimpin pasukannya ke sini dan sekarang akan segera berperang dengan kita. Apa yang harus kita lakukan? Kalian pasti sudah tahu reputasi Wira, 'kan? Dia bukan orang yang mudah untuk dihadapi. Kalau tahu akan seperti ini, diberi nyali pun aku nggak akan berani m
"Bukankah kalian biasanya gagah perkasa? Saat sebelumnya kita bersiap untuk menyerang Kerajaan Nuala, kalian juga membahas akan membagi-bagi wilayah Kerajaan Nuala, 'kan? Jadi, kenapa sekarang seperti ini? Mereka hanya memanggil bala bantuan saja, kalian sudah ketakutan seperti ini. Jangan lupa, tempat kita ini sulit untuk dijangkau. Kalau kita tetap bertahan di sini, Wira juga nggak bisa melakukan apa-apa meskipun dia mahir berperang dan punya bawahan yang ahli. Apa mereka benar-benar bisa mengancam kita?"Semua orang saling memandang dan tidak ada yang berani berbicara. Terus bersembunyi di dalam pegunungan juga bukan sebuah solusi jangka panjang."Siapa pun yang masih berani mengatakan hal-hal yang bisa mengacaukan semangat pasukan kita, jangan salahkan aku kalau aku nggak berbalas kasihan," maki Jordi lagi.Mendengar perkataan itu, semua orang tidak berani banyak berbicara lagi dan menganggukkan kepala untuk setuju. Di bawah tekanan itu, mereka tidak punya pilihan lain selain tundu
"Tadi di depan ada sekelompok orang yang datang. Aku maju untuk bertanya dan ternyata mereka adalah para pemimpin dari suku besar. Saat ini, mereka sudah diam-diam membunuh Jordi si pemimpin aliansi dan bersiap untuk berdamai dengan kita. Bagaimana menurut Tuan?" kata Biantara sambil tersenyum. Tidak perlu berperang adalah sebuah kabar baik. Bukan hanya bisa mengurangi korban dan menghindari permusuhan dengan suku-suku itu, ini juga sangat menguntungkan jika kelak mereka ingin mengendalikan tanah parah suku ini.Mata Wira juga bersinar. Dia segera mendekati Biantara, lalu menarik tangan Biantara dengan semangat dan bertanya, "Kamu sudah menyelidikinya dengan jelas? Ini bukan tipuan, 'kan?"Biantara segera menggelengkan kepala. "Tentu saja bukan! Sebelum datang ke sini, aku sudah menyelidiki situasi suku-suku besar dalam aliansi ini, jadi aku sangat memahami mereka. Kali ini mereka mengirim kepala Jordi dan Jordi ini memang pemimpin aliansi ini. Kalau kamu nggak percaya, aku yakin Nona
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m