แชร์

Chapter 18 : KESETIAAN PEDANG API

ผู้เขียน: Embunayu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-02 07:39:10

Pangeran Karna berdiri di depan altar kerajaan, tatapannya terfokus pada pedang api Narakastra yang terbungkus dalam kotak penyimpanan yang terbuat dari logam hitam.

Pedang itu, dengan sinar api yang melambangkan kekuatannya, adalah simbol kebesaran dan kemuliaan dari Karmapura. Namun, saat ini, semua itu harus ia tinggalkan. Lima tahun—lima tahun penuh penderitaan, penyamaran, dan pengasingan, jauh dari tanah kelahirannya.

Dengan hati yang berat, Karna menatap kotak itu, dimana pedangnya tersembunyi, yang sudah lama menjadi sahabat sekaligus penasihatnya dalam berbagai pertempuran. Api yang biasanya menggelegak dan mengamuk kini terperangkap dalam relung kesunyian, seperti menunggu perintah dari sang pemiliknya.

"Narakastra," Karna berbisik, suara lembutnya penuh dengan kedalaman perasaan. "Aku tahu, ini berat bagimu seperti halnya bagiku. Tetapi perintah ayahku tidak bisa kuingkari. Aku harus meninggalkanmu, meski tak akan ada yang bisa menggantikan kekuatanmu."

Pedang itu, yang se
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 62 : BAYI YANG LAHIR DARI KETAKUTAN

    Karna terdorong mundur. Nafasnya berat. Tubuhnya seolah membeku saat serangan Sindu menghantam tepat di atas dadanya.Tapi luka itu bukan sekadar fisik. Ada sesuatu yang terbangun—sebuah rasa yang selama ini ia pendam tanpa nama.Dunia di sekitarnya memudar. Suara gemuruh pertarungan menghilang.Lalu... muncullah sekelebat cahaya. Hangat, tapi juga menyakitkan. Karna mencoba menahan pelipisnya, kini sebuah ingatan yang bukan miliknya,perlahan terbuka.---Dua puluh tahun lalu.Langit pagi yang menyala redup.Di dalam kamar kerajaan yang luas tapi sepi,Ratu Maharani duduk sendirian di tepi ranjang.Tangannya menyentuh perutnya yang baru mulai membesar.Ia seharusnya bahagia.Ia mengandung anak pertamanya. Anak dari seorang raja.Tapi entah mengapa, sejak hari itu… hatinya gelisah.Sudah tiga malam ia bermimpi.Mimpi yang terasa begitu nyata, sampai ia tak bisa membedakannya dari kenyataan.Dalam mimpi itu, ada seorang lelaki—tinggi, tak bisa dilihat wajahnya dengan jelas. Tapi tatapa

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    CHAPTER 61 : SEGEL TERAKHIR

    Sindu—pria bertopeng yang menyimpan dendam membara terhadap garis keturunan Karmapura—mengangkat satu tangannya, dan seketika para anggota Bayang Niraka mengepung dari segala arah. Matanya yang tersembunyi di balik topeng memantulkan hawa haus kekuasaan. Ia bukan hanya dalang dari kehancuran masa lalu, tapi juga pengatur napas kekacauan saat ini.Tanpa aba-aba, serangan pertama datang dari arah kiri. Karna menebas cepat dengan pedang apinya, membelah serangan sembari bergerak memutar, melindungi Rushali di belakangnya. Kilatan cahaya dari senjatanya menyapu udara, menciptakan percikan api yang menyilaukan. Nafasnya berat, tapi fokusnya tak tergoyahkan.“Beraninya kau memaksakan pilihan padaku!” bentak Karna sambil menangkis serangan berikutnya. Trang !Trang !“Rushali bukan pusat dari semua ini! Langkahi aku dulu, kalau kau berani!” Tangan Karna mengepal begitu kuat hingga buku-bukunya memutih, dan satu sabetan telak menghempas musuh ke tanah.Sindu melangkah pelan, tenang namun men

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    BAB 60 : PANGGILAN DARAH

    Dua tahun berlalu dalam bayang-bayang penyamaran, Karna akhirnya berhadapan langsung dengan sosok yang menjadi kunci utama dalam pencarian artefak-artefak itu.Dari balik topengnya, sang pemimpin sekte mencium keberadaan Karna dan Rushali.“Haha... haha…!” Tawanya menggema, mencoba menebar ketakutan.“Bodoh! Kalian pikir hanya karena kalian bersembunyi aku tak bisa merasakannya?”Rushali menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Namun ia sedikit lega.“Dia belum benar-benar melihat kita… syukurlah…” bisiknya nyaris tak terdengar.Pedang Karna bergetar, genggamannya semakin erat.“Arahkan aku pada bola itu, biar aku membantumu mengambilnya,” bisik suara dari senjata itu, menggema dalam benaknya.Seketika, Karna membeku. Ia memusatkan fokus, mengumpulkan energi di tengah gelapnya goa yang berbau belerang, dipenuhi stalaktit yang menggantung tajam di langit-langit.Perlahan, ia mengangkat pedangnya. Energi biru, samar seperti asap, mengalir dari bilah pedang, menyusup di antara udara

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    BAB 59 : ILMU SUKMAVIBHAGA

    Gertakan kasar menggema dari mulut goa.“Serahkan diri kalian sekarang, atau kalian mau mati!”Karna tidak langsung bergerak, dibalik wajahnya yang tegang, Karna menarik nafas—mencoba tenang. Di balik ancaman itu, ia mendengar sesuatu yang lain—suara yang datang bukan dari lawan, sepertinya hanya dirinya yang bisa mendengarkan itu."Pastikan rencana berhasil. Nyawa Karna harus melayang!” bisik suara itu.Suara itu dingin, nyaris seperti bisikan dari tulang belulang. Tapi jelas… itu bukan halusinasi. Tak lama kemudian pedang agungnya berpendar, berbisik kepadanya.“Pangeran, inilah saatnya menggunakan Ilmu Sukmavibhaga!Karna mengerjap. Sebenarnya dirinya masih ragu, ilmu yang belum ada sehari dia kuasai bersama Rushali. “Haruskah sekarang?” tanya Karna didalam benaknya.“Ini bukan saatnya untuk ragu Pangeran! Percayalah bahwa ini saatnya menguji ilmu yang kau pelajari semalaman!”Pandangannya menembus keluar goa, Karna memejamkan mata, tak terasa tangannya pun mengepal. Bagaikan kek

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 58 : PENYATUAN JIWA : KEKUATAN BARU

    Saat energi mereka mulai menyatu, Karna merasakan sesuatu yang belum pernah ia kenal sebelumnya mengalir dalam dirinya. Pandangannya tak lagi sekadar melihat; ia menangkap getaran, niat tersembunyi, bahkan suara hati seseorang yang biasanya terbungkus rapat dalam diam. Ketika menatap Rushali, dunia di sekitarnya seolah berpendar—dan sebelum bibir gadis itu bergerak, ia telah mendengar bisikannya. "Kau bisa mendengar ku?" tanyanya pelan. Karna mengangguk. "Bukan hanya suaramu… tapi hatimu juga." Rushali terkejut, tetapi tubuhnya sendiri kini terasa berbeda. Ia mengangkat tangannya dan melihat bayangan yang seharusnya ada di tanah, seketika lenyap dalam kehendaknya. Seberkas cahaya yang merembes masuk ke dalam gua pun berpendar di telapak tangannya, seolah tunduk padanya. "Aku… bisa mengendalikan ini?" bisiknya tak percaya. Ia melangkah maju dan seketika tubuhnya seakan melebur dalam kegelapan, menghilang dari pandangan Karna. Sekejap kemudian, ia muncul kembali di sisi lain, s

  • Perjalanan Jati Diri Pendekar Pedang Api    Chapter 57 : PELARIAN SEMENTARA

    Sebelum Karna bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah cahaya biru samar mulai muncul di sekitar tubuh Rushali. Tangannya memancarkan aura hangat yang membuat udara di sekitarnya bergetar hebat. Batu-batu yang sebelumnya menghalangi jalan keluar tiba-tiba melayang perlahan, seolah-olah gravitasi kehilangan kuasanya. Serpihan-serpihan kecil berputar lembut di udara, mengelilingi Rushali seperti tarian cahaya. “Apa... ini?” bisik Rushali, suaranya bergetar. Mata Karna membelalak. “Kau... kau membangkitkan kekuatanmu?” Namun, Rushali tidak menjawab. Pikirannya terasa kosong, hanya dipenuhi oleh hasrat melindungi Karna. Dengan gerakan refleks, dirinya mengangkat tangan. Saat itu juga, batu-batu besar terangkat tinggi dan menghantam dinding dengan keras, membuka jalur keluar yang sebelumnya tertutup. Rushali terengah-engah. Tubuhnya terasa ringan, seakan kekuatan itu mengalir bebas dalam dirinya. Tapi, bersamaan dengan itu, rasa takut perlahan menyusup. “Aku... Aku tidak tahu apa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status