Share

Lucy

Author: RZ
last update Last Updated: 2024-03-17 03:48:42

Setelah Aldar mengucapkan kata-kata itu, Erisa dan penduduk desa mulai merasa lega. Mereka merasa ada harapan untuk melawan ancaman yang mengintai desa mereka. Erisa yang semula penuh kekhawatiran, kini merasa lebih percaya diri dengan dukungan dari Aldar dan Lucy.

"Erisa, kita tidak sendiri. Kita memiliki Aldar dan Lucy bersama kita," kata salah seorang penduduk desa dengan penuh semangat.

Erisa mengangguk, menguatkan hatinya. "Kalian benar. Kita akan melawan bersama-sama."

"Bagaimana kita bisa membayar mereka, sedangkan hampir separuh uang kita sudah dirampas oleh Malice?" Erisa kembali menunduk setelah mendengar ucapan tersebut.

Aldar menatap langit dengan tatapan yang dalam, hatinya dipenuhi kemarahan, "Kalian hidup dengan damai, itulah bayaran kami," ucap Aldar sekali lagi, meskipun suaranya gemetar, menaruh harapan besar kepada mereka.

Aldar dan Lucy berdiri menunggu di alun-alun desa yang hening. Senja mulai merambat di langit, memberikan sentuhan oranye lembut pada langit yang berawan. Angin musim semi menggerakkan dedaunan di pohon-pohon di sekitar mereka, sementara aroma bunga-bunga liar memenuhi udara.

Aldar menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri di tengah ketegangan yang terasa. Tatapannya terfokus, namun keraguan masih terlihat jelas di matanya. Di sampingnya, Lucy tampak tegar, dengan ekspresi tegas yang mengisyaratkan tekad yang kuat. Wajahnya yang teduh, terangkat oleh cahaya senja, memberinya aura keberanian yang menginspirasi.

Mereka berdua saling pandang sejenak, saling memberi dukungan tanpa kata-kata. Meskipun ada ketegangan di udara, ada juga kepercayaan bahwa mereka akan menghadapi tantangan bersama. Dengan napas dalam, mereka menunggu kedatangan penyihir jahat dengan hati yang teguh."

Saat Malice muncul, energinya memenuhi udara dengan kekuatan yang menakutkan, seolah menghantam Aldar dengan kerasnya. Aldar terhuyung mundur, mencoba menahan tekanan yang begitu kuat itu. Mata Lucy penuh dengan kekhawatiran saat dia melihat Aldar tersungkur ke tanah.

"Aldar, sepertinya dia bukan lawanmu," kata Lucy, dengan nada cemas, berusaha meredakan amarah yang membara di dalam Aldar. Namun, Aldar tampaknya tak lagi mendengarkan kata-kata penenang dari Lucy. Dengan langkah penuh tekad, ia melaju ke depan, membiarkan emosinya yang membara memuncak menjadi api di kedua telapak tangannya. Dengan pukulan keras, Aldar berusaha menyerang Malice.

Namun, serangan itu sia-sia saat Malice dengan lihai menghindarinya, seolah menari di atas serangan itu. Sebaliknya, balasan Malice datang dengan cepat, memukul Aldar dengan keras dan melemparkannya jauh ke belakang. Aldar jatuh dengan tubuh terasa remuk, tapi tekadnya untuk melindungi desa masih berkobar.

"Apa hanya segini kemampuan kalian?" ejek Malice dengan nada merendahkan, menambah penderitaan Aldar.

Meskipun badannya terasa sakit dan putus asa mulai menghampirinya, Aldar menolak untuk menyerah. "Jangan meremehkanku," bisiknya dengan napas yang terengah-engah. Meskipun dalam keadaan terpuruk, tekadnya untuk melindungi desa masih menyala, memberinya kekuatan untuk berusaha bangkit lagi. Namun, serangan mendadak dari seseorang membuatnya tak mampu bergerak.

"Rupanya sihirmu memanipulasi tanah dan mengubahnya menjadi prajurit. Baiklah, Aldar. Cukup sampai di sini. Sisanya, serahkan kepadaku," ujar Lucy sambil menurunkan tas yang ada di punggungnya. Dengan tekanan sihir yang sangat kuat, Lucy menantang Malice, namun ia itu tidak bergeming. Malah, Malice tertawa menanggapi tekanan dari Lucy.

"Kamu bukan orang sembarangan, siapa namamu?"

"Aku Lucy, aku hanya seorang pengembara. Tapi, aku tidak akan memaafkanmu karena telah menghajar muridku."

"Lucy? Kamukah penyihir pengembara yang terkenal itu? Suatu kehormatan bisa melawanmu."

Malice mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan lima prajurit dari tanah, menyerang Lucy yang tegak berdiri. Namun, Lucy dengan gesit menghindari serangan mereka, dengan lincah melepaskan serangan menggunakan pedangnya. Dengan satu ayunan pedang, kelima prajurit itu lenyap.

“Tampaknya aneh jika aku mengalahkanmu dengan sangat mudah, Lucy,” ucap Malice dengan nada meremehkan.

“Terima kasih atas pujianmu,” balas Lucy dengan senyum sinis.

“Kali ini, kau akan kuhancurkan, Lucy,” tantang Malice sambil berkonsentrasi. Seketika itu pula, dia membangkitkan sepuluh prajurit dari tanah, kali ini dilengkapi dengan zirah besi. Namun, meski serangan Lucy tidak memberikan kerusakan yang signifikan, Malice tetap tak gentar. “Ternyata, kamu tidak sekuat namamu yang terkenal.”

Namun, Lucy tetap tenang dan fokus. Dengan kekuatan sihirnya yang dahsyat, dia melepaskan serangan seribu pedang yang menghancurkan semua prajurit tanah dalam sekejap. Kemudian, tanpa diduga, Lucy muncul di belakang Malice, menodongkan pedangnya ke arah penyihir jahat tersebut. “Sebaiknya, kau kembalikan harta para warga yang sudah kau rampas dan jangan pernah kembali ke sini lagi.”

Meskipun Malice hanya diam, tatapan matanya mengisyaratkan bahwa dia menyadari kekalahan itu. Akhirnya, dengan tangan teracung, Malice menyerah dan berjanji tidak akan kembali ke desa tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Menguasai Energi Alam

    Aldar dan Lucy berjalan beriringan menuju danau di pinggir kota Alvoria. Danau itu cukup luas, dengan pemandangan yang indah membuat siapa pun terpesona. Aldar merasakan ketenangan yang menyapu hatinya saat melihat keindahan alam di sekitarnya.Di tengah obrolan mereka, Lucy memuji perkembangan Aldar yang sangat pesat. "Hanya dalam satu tahun, kamu sudah menjadi penyihir kelas A, Aldar. Itu luar biasa!" Mata Lucy berbinar-binar, terpancar rasa bangga dan kagum pada sahabatnya itu.Aldar tersenyum lebar, rasa haru memenuhi dadanya. "Terima kasih, Lucy. Semua itu berkat bimbingan Master Darian. Dia benar-benar luar biasa dalam mengajarkan sihir dan membimbingku menjadi lebih baik." Aldar tulus mengakui peran penting sang mentor dalam perjalanannya."Kamu memang beruntung memiliki Darian sebagai mentormu," ujar Lucy, tangannya menggenggam lengan Aldar dengan lembut. "Karena kamu memang memiliki kemampuan yang sangat istimewa."Aldar terdiam, seolah pujian itu menggugah semangatnya. Namun

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Legenda Api Hitam

    “Kamu benar, Darian, kekuatan api hitam bukan hanya cerita legenda. Tapi, kekuatan itu memang benar-benar ada.? jawab Lucy sambil menatap Darian serius.Konon, api ini berasal dari kedalaman neraka, tempat di mana kegelapan dan kekuatan gelap bertemu, membentuk api yang tak terkendali dan mematikan.Menurut cerita, hanya penyihir yang paling hebat dan paling bijaksana yang dapat menguasai dan mengendalikan Api Hitam ini. Mereka harus menjalani ujian yang sulit dan mempelajari ilmu sihir yang paling dalam untuk dapat memahami cara mengendalikan kekuatan yang begitu ganas ini.ada seorang penyihir bernama Malakar, yang terkenal akan kebijaksanaan dan kekuatan sihirnya yang luar biasa. Dia dipercaya sebagai satu-satunya yang mampu mengendalikan Api Hitam. Malakar dianggap sebagai penjaga dan pemelihara kekuatan ini agar tidak jatuh ke tangan yang salah.Namun, kekuatan Api Hitam tidak hanya membawa malapetaka, tetapi juga kekuatan besar yang bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan.

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Berkunjungnya Lucy: Rencana yang Membuat Kegelisahan

    "Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Aldar," ujar Lucy dengan senyum kecil, mencoba memberikan semangat pada temannya."Kamu benar, Lucy," semangat Arden Tall kembali," jawab Aldar dengan suara pelan, tetapi ekspresinya menunjukkan rasa lega.Aldar merasa lega melihat Morin dan rekan-rekannya telah kembali bersemangat meskipun mengalami kekalahan, "Lihat, disana ada Lucy," teriak Morin, dengan nada ceria."Benar, itu Lucy," jawab yang lain, wajah mereka juga terpancar semangat."Lucy, Aldar, mari kita bicara di ruangan," ajak Darian dengan nada serius.Lalu mereka pergi menuju ruangan Darian. Di ruangan Darian, atmosfer menjadi lebih tenang. Mereka duduk bersama di sekitar meja besar, menatap satu sama lain dengan serius, suasana tegang mulai terasa."Terima kasih, Lucy, telah menghentikan Aldar," ucap Darian dengan rasa lega dan terima kasih yang tulus.Lucy tersenyum menanggapi ucapan terima kasih dari Darian, "Aldar, sekarang kamu mengerti kenapa aku tidak mengizinkanmu

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Kekuatan dalam Kegagalan

    Lalu Aldar melompat ke arena pertarungan, diikuti oleh Elara, Asher, Aric, dan Ember. Namun, tak disangka, empat anggota Vanguard juga melompat ke dalam arena. Suasana menjadi sangat tegang, seolah-olah akan terjadi pertempuran dahsyat."Kamu sangat kejam, Gary!" teriak Aldar, matanya memancarkan kemarahan yang membara."Aku tidak melanggar aturan. Aku menyerah, dan Arden Tall mendapatkan satu poin," jawab Gary licik dengan senyum mengejek, memicu kekecewaan yang mendalam dari Aldar."Aku hanya lelah, oleh karena itu menyerah," tegas Gary, menyulut kemarahan lebih lanjut dari Asher yang mendengarkan dengan geram.Mendengar jawaban Gary yang meremehkan Arden Tall, bahkan Darian hampir meledak karena amarahnya. Namun, Aron menghentikannya dengan tegas, "Jangan campur tangan, Master. Biarkan mereka menyelesaikannya."Darian kembali duduk di kursinya, menggigit bibirnya dengan kesal. Sementara itu, tiba-tiba Aldar bersiap-siap, matanya memancarkan kemarahan yang membara, hendak mengeluark

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Pertarungan Sihir

    Hari pertarungan sihir di kota Alvoria telah tiba, dan atmosfernya dipenuhi dengan aura magis yang tegang. Guild-guild terbaik dari seluruh kota berkumpul untuk memperebutkan gelar kehormatan. Arden Tall, salah satu guild terkuat, tidak diragukan lagi menampilkan kehebatannya dengan mengirimkan lima penyihir terbaiknya.Pertarungan semakin memanas ketika Morin, dengan sihir esnya yang memukau, mengirimkan gelombang dingin yang membelah udara. Kristal es terbentuk di sekitar musuh-musuh mereka, mengunci mereka dalam penjara es yang tak terhindarkan.Sementara itu, Elara, dengan keanggunan dalam memanipulasi bayangan, menyelinap di balik kegelapan untuk menyerang musuh-musuhnya. Dari bayangan yang tak terduga, serangan-nya menyapu lawan-lawannya, meninggalkan kebingungan dan ketakutan di antara mereka.Tidak jauh dari Elara, Asher, dengan ketajamannya sebagai sniper sihir, mengarahkan serangannya dengan presisi yang mematikan. Dengan fokus yang tak tergoyahkan, ia menembakkan energi sih

  • Perjalanan Menjadi Penyihir Sakti   Tekad tak Terkalahkan

    Dengan mata berkaca-kaca, Darian memperhatikan pertarungan yang semakin intens. Hatinya berdegup kencang, lalu dia mengisyaratkan kepada Aron untuk menghentikan pertarungan. Akan tetapi, Aldar berusaha bangkit meskipun tubuhnya terasa remuk oleh serangan-serangan Aron. Dia mencoba mengumpulkan sisa-sisa energi yang tersisa dalam dirinya untuk melawan, namun kekuatannya semakin melemah.Para penonton, termasuk teman-teman Aldar, menatap dengan ketegangan yang tak terkatakan. Mereka merasa tidak kuasa melihat Aldar menderita begitu hebat di tangan Aron.Namun, tiba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Saat Aron hendak memberikan pukulan terakhir yang akan mengakhiri pertarungan, Aldar tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Matanya yang tadinya redup mulai bersinar dengan keberanian yang baru.Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Aldar mengumpulkan sisa-sisa energinya dan melancarkan serangan terakhirnya. Dengan kejutan yang tak terduga, serangan terakhir Aldar malah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status