Share

Mengusir Bandit

Penulis: Sandoos
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-28 06:24:07

Setelah keluar dari gua, Takeshi beristirahat di bawah pohon rindang, tempat saat dia makan malam. Yukata putihnya ternodai oleh darah yang keluar dari luka lukanya.

Sambil rebahan Takeshi menghembuskan nafas panjang menahan rasa sakit di kepalanya, dan berkata. "luka ini terlalu sakit." Katanya. "Aku jadi ingin menangis."

Lalu dia berpikir kalau luka yang di terimanya lebih sakit dari luka yang biasa dia terima saat di bully. Perasaan senang dan sedih dirasakannya, mendapatkan katana pusaka yang membuatnya semakin percaya diri bahwa suatu saat dia akan menjadi pendekar terkuat di dunia.

Takeshi menatap pedang kayu-nya, 'kalau tidak ada kau, aku mungkin sudah kalah ya, Terimakasih.' Pikir Takeshi, sambil memeluk pedang kayu-nya. Sedangkan dua katana pusakanya di taruh di pinggangnya.

Setelah beristirahat cukup lama, matahari sudah semakin naik dan cuaca cerah membuat Takeshi lebih semangat untuk melanjutkan perjalanannya. Dia pergi ke desa terdekat, berjalan secara perlahan namun pasti, dengan bantuan pedang kayu-nya. Sesampainya di desa, dia mencari penginapan untuk merawat luka lukanya.

"Tuaan! Tubuh anda babak belur begitu, apa yang terjadi." Ucap tuan penginapan.

Takeshi sambil tersenyum ramah dia menjawab. "Oh ini bukan apa apa, apa aku bisa menginap dan mendapatkan obat disini?"

"Tentu saja, silahkan masuk kedalam." Jawab tuan penginapan dengan nada khawatir.

Takeshi duduk di dalam kamar penginapan yang sederhana, merasakan kelelahan yang merayap di seluruh tubuhnya. Tuan penginapan telah memberinya minum ramuan herbal yang hangat untuk mengobati luka-lukanya, dan Takeshi merasa sedikit lega saat minuman itu meluncur ke dalam tenggorokannya.

"Dengan izinmu, aku akan pergi sebentar untuk mencari bahan-bahan obat tambahan," ujar tuan penginapan, sebelum meninggalkan Takeshi sendirian di dalam kamar.

Takeshi memandang keluar jendela ke arah langit yang cerah, memperhatikan gemuruh angin siang yang meniup lembut di luar. Dia merasakan tubuhnya yang semakin lelah, dan dengan hati-hati meletakkan kedua katana yang masih berlumuran darah di samping tempat tidurnya.

Dalam keheningan yang menyelimuti kamar, Takeshi merenungkan peristiwa-peristiwa yang telah dia alami dalam perjalanan panjangnya. Dia teringat akan semua rintangan dan ujian yang telah dia hadapi, dan dia merasa bersyukur telah bertahan melalui semuanya.

Namun, meskipun dia merasa lega karena telah menemukan tempat perlindungan untuk beristirahat, dia juga merasa kekhawatiran yang mendalam di dalam dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih belum berakhir, dan bahwa masih banyak bahaya yang menunggu di depannya.

Dengan perasaan yang campur aduk, Takeshi merenungkan tentang nasibnya yang belum terungkap. Dia tahu bahwa dia harus tetap waspada dan siap menghadapi segala sesuatu yang mungkin menantangnya di masa depan.

Sementara itu, di sudut ruangan, pedang kayu yang berada di sisinya terlihat bersinar samar-samar di bawah cahaya redup. Pedang kayu itu menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang dan berliku yang telah dia lalui, dan simbol dari tekadnya yang tak tergoyahkan untuk mencapai tujuan akhirnya.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan keteguhan dan tekad, Takeshi merasakan kelopak matanya yang berat saat akhirnya dia terlelap dalam tidur yang mendalam. Dan meskipun masa depannya masih belum jelas, dia tahu bahwa dia akan menghadapinya dengan kepala tegak dan hati yang penuh semangat.

Keesokan harinya, Takeshi yang masih di balut perban seadanya, berlatih menggunakan katana baru nya. 'Aku harus segera mahir menggunakan katana ini.' Pikirnya. Dia mengulang gerakan gerakan yang sama seperti yang di ajarkan di Dojo secara berulang ulang, Melatih teknik teknik aliran Dojo nya. Takeshi berpikir dengan latihan yang keras, dia akan menjadi pendekar pedang terbaik di dunia.

Beberapa hari berlalu, setelah mendapatkan penyembuhan yang diperlukan di penginapan, Takeshi merasa semangatnya kembali membara dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya. Dia tahu bahwa dia harus melanjutkan perjalanan untuk memahami kekuatan sejati dari katana pusakanya dan untuk menjadi lebih kuat sebagai seorang pendekar samurai.

Dengan langkah mantap, Takeshi mempersiapkan dirinya untuk meninggalkan penginapan.

"Terima kasih banyak atas bantuannya," ucap Takeshi kepada tuan penginapan sambil membungkukkan badan dengan hormat.

"Tidak perlu berterima kasih, Tuan. Semoga keberuntungan selalu menyertaimu dalam perjalananmu," balas tuan penginapan dengan senyum hangat.

Takeshi memegang pedang kayu, dan katana nya yang telah menjadi sahabatnya di pinggangnya. Dengan penuh tekad, dia melangkah keluar dari penginapan dan kembali ke jalan yang panjang dan berliku di depannya.

Takeshi, dengan tekad besar, melanjutkan perjalanannya menuju kota terdekat. Meskipun belum memiliki keahlian yang cukup untuk menjadi seorang pendekar yang hebat, hatinya penuh dengan keberanian yang membara. Ketika dia tiba di kota yang ramai, dia disambut oleh pemandangan yang mengejutkan. Sebuah segerombolan bandit sedang beraksi di tengah kota, menakut-nakuti penduduk kota dan merampas barang-barang mereka.

Takeshi merasa terpanggil untuk bertindak. Dengan langkah mantap, dia mendekati segerombolan bandit tersebut, wajahnya dipenuhi dengan ketegasan yang mengesankan meski tubuhnya masih belum pulih sepenuhnya.

"Hey kalian, apa yang kalian lakukan di sini?" serunya dengan suara yang bergetar, tetapi penuh dengan tekad.

Salah satu bandit, seorang pria besar dengan tatapan yang tajam, membalas, "Hahaha, lihat siapa yang datang! Seorang anak muda yang ingin bermain pahlawan? Kau terlalu lemah untuk menghadapi kami!"

Takeshi menegakkan punggungnya, matanya bersinar penuh dengan semangat. "Aku tidak akan membiarkan kalian menyakiti orang-orang yang tidak bersalah!"

Pertempuran pun pecah di tengah kota, di mana Takeshi, dengan segala keberaniannya, melawan para bandit yang jauh lebih besar darinya. Dia menggunakan kecepatan dan keuletannya untuk menghindari tebasan tebasan katana dan memberikan serangan balasan.

Setiap gerakan Takeshi penuh dengan ketegasan dan keberanian. Dia bertarung dengan semangat yang membara, tidak pernah menyerah meskipun terkena beberapa tebasan dari para bandit yang tangguh. Namun, meskipun terjadi pertarungan sengit, Takeshi terus bertarung dengan gigih, tidak pernah menyerah kepada rasa takutnya.

Takeshi bertarung sambil mengamati gerakan gerakan lawan, pola serangan, dan kebiasaan bergerak lawannya. Dengan setiap serangan yang dilancarkannya, dia semakin menunjukkan bahwa keberanian dan tekad yang tulus bisa mengalahkan kekuatan fisik yang lebih besar.

Setelah beberapa saat bertarung, Takeshi sudah mengetahui pola serangan lawan. Dia mulai bisa membaca gerakan gerakan selanjutnya yang akan di ambil oleh para bandit itu. Takeshi bisa menghindari serangan serangan bandit dengan mudah, dan membalas serangan dengan cepat.

Akhirnya, dengan usaha keras dan keteguhan hati, Takeshi berhasil mengalahkan segerombolan bandit itu tanpa membunuhnya.

Takeshi sambil menyarungkan katana nya dia berkata. "Pergi lah kalian dari kota ini dan jangan kembali lagi."

Takeshi membiarkan mereka pergi karena tidak ingin membunuh orang dengan alasan yang kurang kuat.

Meskipun perjalanan Takeshi untuk menjadi seorang pendekar masih panjang, perjuangan dan keberaniannya dalam menghadapi bahaya telah membuatnya dihormati dan dicintai oleh semua yang menyaksikan peristiwa itu.

Orang orang yang menyaksikan pertarungan itu, kagum dan berterima kasih kepada Takeshi. Dengan langkah yang mantap dan semangat yang tak tergoyahkan, Takeshi melanjutkan perjalanannya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa menghentikannya dalam mencapai impian dan tujuannya untuk menjadi seseorang yang kuat dan melindungi yang lemah.

Setelah berhasil mengusir segerombolan bandit, Takeshi dan para penduduk kota yang bersyukur merayakan kemenangan mereka. Mereka berkumpul di tengah kota yang kembali damai, mengucapkan terima kasih kepada Takeshi atas bantuan yang diberikannya.

"Wahai pemuda, terima kasih telah membantu kami," kata seorang warga kota dengan tulus.

Takeshi tersenyum sambil menggeleng. "Tidak perlu berterima kasih. Saya hanya melakukan apa yang saya rasa benar."

"Terima kasih banyak pemuda! Kau telah menyelamatkan kota ini. Untuk kedepannya, lindungi lah kota ini selalu." Ujar pedagang yang di ambil dagangannya oleh para bandit.

Takeshi tersenyum sedikit risih. "Ahh, kalian terlalu berlebihan." Katanya. Takeshi bingung kenapa warga sangat senang hanya karna hal itu. 'Mereka berlebihan sekali, hanya mengusir bandit saja para penjaga juga bisa.' Pikir Takeshi.

Meskipun ada beberapa ucapan terima kasih, Takeshi tidak terlalu tergoda oleh pujian tersebut. Dia tahu bahwa perjalanannya untuk menjadi seorang pendekar yang sejati masih jauh, dan masih banyak yang harus dia pelajari dan alami di dunia ini.

Seiring hari berlalu, cerita tentang keberanian Takeshi menyebar di seluruh kota. Dia menjadi topik pembicaraan di antara penduduk kota, yang mengakui perbuatan baiknya tetapi tidak terlalu membesar-besarkan tentangnya. Namun, Takeshi tidak mempermasalahkan penghargaan yang diberikan kepadanya. Baginya, keberanian dan tindakan yang benarlah yang penting, bukan pujian dari orang lain. Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, dia melanjutkan perjalanan ke depan, siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin menantangnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Akhir Dari Perjalanan Menjadi Yang Terkuat

    Sore itu, Takeshi kembali ke dojo dengan semangat yang diperbarui. Dia bertemu dengan Hiroshi yang sedang berlatih sendirian. Melihat sahabatnya berlatih dengan tekun, Takeshi merasa bahagia memiliki teman yang selalu mendukungnya."Hiroshi," panggil Takeshi, "mari kita berlatih bersama."Hiroshi tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Takeshi."Mereka berlatih bersama, berbagi teknik dan strategi, sambil mengingat masa lalu dan merencanakan masa depan. Takeshi merasa lebih kuat dengan dukungan Hiroshi dan murid-murid lainnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan yang dia lakukan sendirian.Menjelang senja, ketika latihan selesai, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya. Cahaya matahari senja memancar melalui jendela dojo, menciptakan suasana yang tenang dan indah. Takeshi menatap mereka dengan penuh rasa bangga."Kalian semua telah berlatih dengan sangat baik," kata Takeshi. "Ingatlah bahwa menjadi seorang pendekar bukan hanya tentang menguasai teknik bertarung, tetapi juga tentan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Guru

    Takeshi merasa terkejut namun juga terhormat dengan tawaran tersebut. Dia memandang ke sekeliling, melihat wajah-wajah penuh harapan dan semangat dari para murid yang kini menantikan jawabannya. Dia merasakan ikatan yang kuat dengan dojo ini, tempat di mana dia tumbuh dan belajar menjadi pendekar sejati.Setelah beberapa saat merenung, Takeshi menatap gurunya dengan penuh tekad. "Guru Katsuo, saya merasa sangat terhormat dengan tawaran ini. Saya akan dengan senang hati menerima tanggung jawab sebagai guru di Dojo Byakko Battodo dan berusaha untuk membimbing murid-murid kita dengan sebaik mungkin."Kerumunan murid-murid bersorak gembira, dan Hiroshi, yang berdiri di dekatnya, menepuk bahu Takeshi dengan bangga. Kaito juga tersenyum tulus, menyadari bahwa dojo ini akan mendapat manfaat besar dari bimbingan Takeshi.Katsuo mengangguk dengan penuh penghargaan. "Bagus, Takeshi. Aku yakin kau akan menjadi guru yang luar biasa. Mari kita bersama-sama memastikan bahwa Dojo Byakko Battodo teta

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Penebusan

    Setelah beberapa saat menghabiskan waktu bersama Hiroshi dan merasakan kembali suasana Dojo Byakko Battodo, Takeshi merasa sudah waktunya untuk bertemu dengan gurunya, Katsuo. Katsuo adalah sosok yang sangat dihormati dan telah memainkan peran penting dalam membentuk Takeshi menjadi pendekar seperti sekarang. Takeshi mendengar bahwa Katsuo kini berusia 58 tahun dan ingin mengetahui kabarnya.Suatu sore, ketika sinar matahari menerobos melalui daun-daun pohon sakura, Takeshi berjalan menuju rumah kecil di ujung dojo, tempat Katsuo tinggal. Ketukan pelan di pintu diikuti oleh suara berat namun lembut yang mempersilakan masuk. Takeshi masuk dan melihat gurunya duduk di lantai tatami, dikelilingi oleh buku-buku kuno dan gulungan-gulungan yang penuh dengan ajaran seni pedang.Katsuo mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar ketika melihat Takeshi. "Takeshi! Aku sangat senang melihatmu kembali," katanya dengan nada suara penuh kehangatan.Takeshi membungkuk hormat, matanya berbinar melihat g

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Dojo Byakko Battodo

    Setelah berbulan-bulan menghabiskan waktu di Dojo Hiten Ryu, Takeshi akhirnya merasa panggilan dari masa lalunya. Meskipun mencintai murid-muridnya dan nilai-nilai yang ditanamkan di Dojo Hiten Ryu, ada sesuatu yang memanggilnya kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat di mana petualangan pedangnya dimulai.Dengan berat hati, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya dan memberi tahu mereka tentang keputusannya untuk pergi. Meskipun sedih meninggalkan mereka, mereka memahami bahwa panggilan hati Takeshi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari."Danzo, Hiroshi, Yuki, dan semua murid yang terhormat," kata Takeshi dengan suara yang penuh rasa. "Saya telah memutuskan untuk kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat perjalanan pedang saya dimulai. Namun, saya akan selalu mengingat dan menghormati nilai-nilai yang telah kita pelajari bersama di sini."Murid-muridnya mengangguk dengan penuh pengertian, meskipun kehilangan Takeshi adalah hal yang menyedihkan bagi mereka.Hiroshi, dengan rasa hormatnya

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Teman Lama

    Takeshi dan Hiromi melanjutkan perjalanan mereka setelah pertarungan yang mengesankan di dojo. Takeshi melihat potensi besar dalam muridnya, dan Hiroshi semakin termotivasi untuk mengasah kemampuannya.Danzo, seorang murid lain yang diam-diam mengamati pertarungan, mendekati Takeshi setelah pertarungan. "Guru," katanya dengan hormat, "saya juga ingin menantang Anda."Takeshi menatap Danzo dengan penuh perhatian. "Danzo, kau memiliki keberanian yang luar biasa. Tetapi mengapa kau ingin menantangku?"Danzo menunduk. "Saya telah mendengar banyak cerita tentang Anda, Guru. Tentang bagaimana Anda mengalahkan raja bandit, memenangkan pertarungan melawan Hatamoto, dan menyelamatkan klan Fujikawa. Saya ingin menguji diri saya sendiri dan belajar dari Anda."Takeshi tersenyum. "Baiklah, Danzo. Pertarungan kita akan menjadi pengalaman berharga. Mari kita lakukan ini dengan kehormatan dan semangat yang tinggi."Danzo mengayunkan pedangnya dengan tekad. Takeshi menghindari serangan dengan gerakan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Tantangan

    Ketika Takeshi kembali ke Dojo Hiten Ryu, dia disambut dengan berita yang pahit. Guru Fujiwara, yang telah menjadi mentor dan pemandu bagi banyak pendekar, termasuk Takeshi, telah meninggal dunia beberapa minggu sebelumnya. Kesedihan menyelimuti dojo, dan murid-muridnya berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir kepada guru yang mereka kasihi.Dalam suasana berkabung itu, Takeshi bertemu dengan Yuki, seorang wanita yang dulu dikenal karena keahliannya dalam seni pedang. Namun, sekarang dia berdiri di hadapan Takeshi dengan lengan kanan yang buntung, sebuah luka dari pertarungan yang tragis dengan Shingetsu, seorang pendekar yang telah berpaling ke jalan kegelapan.Yuki, dengan mata yang tenang namun penuh kekuatan, menceritakan kisahnya kepada Takeshi. "Pertarungan itu sengit," katanya. "Shingetsu telah kehilangan jalan kehormatan dan mencari kekuatan di tempat yang salah. Kita berusaha menghentikannya, tetapi itu berakhir dengan pengorbanan ini." Dia mengangkat lengan buntungnya s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status