Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 12.Asmara Jaka Geni

Share

12.Asmara Jaka Geni

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-06-11 17:32:20

Jaka tersentak kaget dan melompat dari tempat duduknya. Dia khawatir, Ki Brojo akan menyerangnya. Namun ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Ki Brojo melambaikan tangannya agar dia kembali duduk.

Jaka kembali duduk di batu itu dengan perasaan lega. Meski beberapa saat lamanya mata Ki Brojo menatapnya dengan tajam.

"Siapa namamu anak muda?" tanya Ki Brojo.

"Jaka Geni Ki." jawab Jaka Geni sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku masih penasaran Ki Brojo, kenapa kau tak memberi tahu Kinasih saja. Dia mungkin akan marah, tapi tidak mungkin membencimu jika kau menjelaskan titik permasalahannya." kata Jaka memberikan saran. Ki Brojo diam tak langsung menjawab. Dia menghela nafas beberapa kali.

"Aku tidak bisa. Jika aku melakukannya, itu hanya akan membebani dirinya. Aku sudah bahagia melihat dia bahagia. Apalagi saat dia bersama denganmu. Kau jangan permainkan hatinya. Atau ku bunuh kau dengan ajian milikmu sendiri!" ucap Ki Brojo mengancam.

Jaka terkejut mendengar ucapan Ki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   190.Ajian Brajamusti (2)

    Santana dengan teriakan lantang menerjang ke arah Jaka Geni yang telah siap dengan ajian Gledek miliknya. Saat tubuh besar berbulu itu menerjang, terdengar suara bergemuruh seperti suara badai besar. Tinju Santana melayang ke arah kepala Jaka Geni. Dengan penuh percaya diri Jaka menangkis dengan tangan kirinya. Glegarrr! Terdengar suara petir menggelegar membuat semua penonton kembali terkejut. Mata Santana melotot tak percaya. Jaka Geni masih berdiri dan menahan tinju kanannya dengan tangan kiri. Meski bisa menahan, Jaka Geni merasakan satu tekanan kuat luar biasa yang membuat tubuhnya sedikit merunduk menahan tinju besar itu. "Ba... Bagaimana bisa... Bagaimana bisa kau menahan ajian Brajamusti milikku..." ucap Santana tak percaya. Jaka Geni tersenyum. Darah menetes dari sela bibirnya. "Kau pikir aku tidak tersiksa menahan tinju mu ini?" tanya Jaka balik. Jaka memang berhasil menahan kekuatan Brajamusti. Namun dia tetap terluka dalam karena ajian Brajamusti memang tidak boleh

  • Perjalanan Sang Batara   189.Ajian Brajamusti

    "Sebelum bertarung, aku ingin menanyakan satu hal kepadamu Jaka Geni!" ucap Santana dengan sorot mata tajam. Jaka Geni tersenyum. "Silahkan Pangeran jika kau ingin bertanya." ucap Jaka masih tenang. "Bagaimana kau bisa mengalahkan Panglima Prada Abang!? Dia adalah makhluk sakti mandraguna yang tidak bisa kau kalahkan begitu saja! Cara curang apa yang kau lakukan kepadanya!?" tanya Santana dengan wajah yang merendahkan. Jaka mulai muak melihat wajah yang tidak beda dengan pangeran-pangeran dari dunia manusia yang pernah dia temui. "Jika kau ingin tahu, kenapa tidak kau coba saja sendiri? Bukankah kau akan tahu saat kau berhadapan denganku? Aku tidak akan segan-segan lagi menginjak-injak dirimu." jawab Jaka Geni membuat Santana meradang. "Sombong... Manusia keparat! Mati kau!" teriak Santana langsung melesat ke arah Jaka Geni dengan cepat. "Segoro Gaib..." bisik Jaka Geni menggunakan ajian pemberian Rara Wilis. Di mata Jaka Geni, Santana terlihat seperti monyet besar yang tengah me

  • Perjalanan Sang Batara   188.Tantangan Santana

    Beberapa hari berlalu setelah pertarungan sengit antara Tribuana Mahadewi melawan Lawe Segara. Kematian Lawe Segara tersiar hingga ke Kerajaan lain di alam gaib. Salah satunya adalah Kerajaan Brata, tempat tinggal Pangeran Santana. Pangeran Santana yang telah sembuh dari lukanya bersama para kesatria Kerajaan Brata mendatangi Kerajaan Jagat Lelembut untuk melawan Tribuana Mahadewi. Dia menantang kembali Mahadewi untuk bertarung hidup mati. Namun Jaka Geni tidak bisa menerimanya. Dengan alasan bahwa istrinya itu tidak ada sangkut pautnya dengan urusan percintaan Santana. Jaka mengatakan kepada Santana bahwa yang layak jadi lawan Pangeran adalah dirinya. Karena dialah saingan sebenarnya dalam memperebutkan hati Putri Iyana Tunggadewi. Akhirnya dengan penuh pertimbangan dari dua kubu, Jaka Geni lah yang akan menggantikan Mahadewi melawan Pangeran Santana. Raja Jagat Lelembut tak bisa berbuat banyak karena Santana mengajak tanding secara adil. Meski nyawa yang menjadi taruhannya. San

  • Perjalanan Sang Batara   187. Melawan Lawe Segara

    Hari yang telah di tentukan pun tiba. Tribuana Mahadewi akan melawan Lawe Segara di atas panggung. Banyak penonton yang mulai ramai ingin melihat, siapa yang akan bertarung dengan budak petarung lagi. Saat mereka melihat Mahadewi yang ternyata adalah lawan Lawe Segara mereka semua terpana. "Wanita secantik itu kenapa harus melawan siluman sekuat Lawe Segara?" bertanya-tanya para penonton sekaligus kagum dengan kecantikan Mahadewi. "Dengar-dengar wanita ini adalah istri pendekar manusia yang kemarin itu mengalahkan Prada Abang!" ucap salah satu siluman. Semua menjadi gempar mendengar kabar tersebut. "Itu artinya nanti Yang Mulia Putri akan menikah dengan manusia yang sudah beristri!? Astaga! Aku tidak rela!""Urusan seperti itu bukan hak kita untuk ikut campur! Kita hanyalah makhluk kasta bawah! Apa yang bisa kita lakukan hanyalah berharap dan siap sakit hati!" Mereka ramai membicarakan kehidupan Jaka Geni yang tidak mer

  • Perjalanan Sang Batara   186. Latih Adu Tanding

    Pangeran Santana dibawa para prajurit Kerajaan Jagat Lelembut menuju ruang pengobatan. Meski perbuatan buruknya membuat marah Putri Iyana Tunggadewi, tetap saja Santana adalah teman masa kecilnya. Dia tak bisa membiarkan lelaki itu tewas begitu saja. "Dulu waktu aku kecil, dia selalu mengajakku bermain di taman kerajaan. Dia selalu menemani diriku, aku sudah menganggapnya sebagai seorang kakak. Tak ku sangka, Kerajaan Brata ingin menjodohkan diriku dengan Santana. Aku sudah menolaknya dulu, tapi dia selalu berkata bahwa aku belum siap. Hingga akhirnya aku putuskan untuk pergi ke Candi Sukmo Piliang meratapi perjodohan yang tidak aku inginkan." Iyana Tunggadewi bercerita tentang masa lalunya bersama Santana. Jaka Geni dan Tribuana Mahadewi mendengarkan dengan seksama. "Saat aku berada di sana aku mendapatkan satu pencerahan... Dan akhirnya aku mengatakan nya pada Santana. Jika dia mampu menaiki anak tangga hingga sampai di Candi Sukmo Piliang, aku akan menerima pinangannya." lanjut

  • Perjalanan Sang Batara   185. Pertarungan Di Kaki Bukit

    Mahadewi melesat cepat ke arah Santana yang telah berubah wujud menjadi makhluk menyeramkan. Tangan besar Santana menghadang langkah Mahadewi. Dengan cepat luar biasa Mahadewi melompat ke udara dan tahu-tahu kaki jenjangnya telah melesat ke arah kepala Santana. Terkejut dengan serangan cepat lawan Santana pergunakan tangan kirinya untuk menangkis. Buk! Tendangan Mahadewi menghantam tangan lawan dengan keras. Santana terdorong ke samping beberapa langkah. Dia mengibaskan tangan kirinya yang kesemutan. "Wanita ini sangat kuat... Kekuatannya sekelas dengan Kalan Jaya! Sialan!" batin Santana kesal. Mahadewi tak berhenti sampai disitu. Saat kakinya menyentuh tanah, dengan sekali lompat dia telah berada di hadapan Santana! Tak percaya dengan kekuatan wanita itu, Santana kerahkan tenaga dalam tingkat tinggi miliknya. Dia lancarkan pukulan ke arah Mahadewi. Dua pukulan beradu keras di udara. Mahadewi berteriak keras saat tinjunya merasakan sakit seolah menghantam besi baja. Dengan cep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status