Share

Bab 3 : Bukan Kembang Api

Auteur: W. Soetisna
last update Dernière mise à jour: 2023-11-06 16:11:56

BOOM

Bola-bola api yang pecah di angkasa itu menghantam berbagai objek yang ada di permukaan tanah. Jalan, kebun, hingga rumah warga, semuanya terkena serangan itu dan terbakar hebat. Sirene kota pun berbunyi. Kedamaian dan ketenteraman itu langsung berubah menjadi ketakutan dan kepanikan.

“ADA SERANGAN!! ADA SERANGAN!!”

“TOLONG!! RUMAHKU TERBAKAR!!”

“Anakku, dimana anakku?”

Orang-orang berteriak dan berhamburan di jalanan, berlari ke sana kemari tak tentu arah. Termasuk para anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut. Mereka menjerit dan menangis melihat suasana yang tiba-tiba berubah bak perang itu. Semuanya kacau, para perawat kewalahan menangani mereka.

Alisa dan Floria terpaku di tempat itu, hanya bisa melihat dan mendengar kepanikan yang ada di balik jendela.

“Apa, ini?”

Abraham dan kedua temannya yang tengah membeli sesuatu di kedai makanan itu juga tak luput dari kepanikan. Sambil melemparkan makanan yang telah mereka beli, ketiganya langsung kembali ke panti asuhan sambil berlari untuk menyelamatkan diri. Tetapi sayangnya, nasib buruk menghampiri mereka bertiga.

Tepat dari kegelapan di belakang mereka muncul sekelompok orang misterius yang mengenakan jubah hitam. Mereka berlari dengan sangat cepat ke arah Abraham dan kedua temannya. Dua orang dari mereka mengeluarkan sesuatu dari tangannya yang tak lain adalah sebuah belati.

“JANGAN!!”

Flo yang menyaksikannya sontak berteriak. Tetapi apa daya, jaraknya yang terlalu jauh tak bisa didengar oleh ketiganya.

Dua orang berjubah hitam itu langsung mengayunkan belatinya pada dua teman Abraham di belakangnya. Cipratan darah merah langsung keluar dari tubuh kedua anak itu. Mereka pun terjatuh dan tak bangun lagi.

Flo terpaku di sana dengan mulut menganga. Raut wajahnya terlihat sangat ketakutan. Ini baru pertama kalinya ia melihat peristiwa pembunuhan secara langsung tepat di depan mata kepalanya sendiri.

“Aghh ...”

Melihat kedua temannya yang sudah tak bernyawa, Abraham mempercepat larinya hingga sampai di depan gerbang panti asuhan.

“Ayo, Abraham!!”

Tak menghiraukan apa yang ada di belakangnya, anak laki-laki itu terus berlari demi menyelamatkan diri. Namun sayangnya, keberuntungan tak berpihak padanya.

Orang berjubah hitam di belakangnya langsung melompat cukup tinggi ke arah anak itu seraya mengayunkan belatinya. Tebasan senjata itu tepat mengenai leher Abraham, membuat kepalanya terpisah dari badannya.

Flo yang menyaksikan peristiwa mengerikan itu langsung menutup mata Alisa agar tak melihatnya.

“Jangan lihat, Alisa!!”

“Eh, Flo. Ada apa?”

Gadis itu tak bisa mengatakannya.

Masih belum cukup dengan hal itu, sebuah bola api lainnya menghantam dinding panti asuhan dan membakarnya. Api pun mulai menjalar di tempat itu, termasuk ke arah kamar tempat Alisa dan Flo berada.

Flo membuka mata Alisa kembali dan mengajaknya untuk pergi dari tempat itu.

“Alisa, ayo pergi, cepat!!”

Sorot mata Alisa benar-benar kosong. Ia tak merespons sedikitpun apa yang dikatakan oleh Flo, seolah-olah telinganya tersumbat oleh suara api yang menjalar dengan cepat.

“ALISA!!”

Gadis itu benar-benar diam mematung di sana. Namun untungnya Perawat Weiss masuk ke kamar untuk mengevakuasi mereka.

“Alisa, Flo, kalian masih di sini? Syukurlah. Ayo kemari.”

Flo yang sudah berlinang air mata karena ketakutan berusaha untuk menghampiri sang perawat. Tetapi tanpa diduga, pintu kamar itu ditendang sampai hancur oleh salah satu orang berjubah hitam yang berhasil masuk ke panti asuhan. Langkah kakinya diikuti oleh api yang membakar hampir seluruh dinding kamar tersebut.

Mereka semua terjebak di sana, tak ada jalan keluar. Perawat Weiss berusaha melindungi mereka.

“Takkan kubiarkan kau menyentuh mereka.”

Orang itu menggunakan jubah hitam yang menutupi kepalanya sehingga wajahnya tak terlihat. Namun ada sebuah kain yang terikat di lengan kirinya. Pada kain tersebut tampak sebuah simbol misterius berwujud segitiga berwarna biru muda dengan tiga bintang putih di setiap sudutnya.

Dia langsung mengarahkan tangan kanannya pada Perawat Weiss. Telunjuk dan jari tengahnya mengarah ke depan, sementara ketiga jari lainnya ia tekukan. Ia lalu mengucapkan sebuah kata yang menyerupai mantra.

“Sfyrd!!”

WUSHH

JLEBB

Hal yang sangat mengerikan terjadi tepat di depan mata kepala mereka berdua. Sebuah tombak cahaya dengan ukuran yang cukup panjang tiba-tiba muncul dari tangannya dan menancap tepat pada perut Weiss. Darah pun mulai mengucur dari perutnya. Sang perawat tampak menahan rasa sakit yang luar biasa. Alisa dan Floria hanya bisa terpaku melihat tragedi itu.

Perlahan tombak cahaya itu pun pecah menjadi serpihan-serpihan cahaya kecil sebelum akhirnya menghilang. Tepat setelah serpihan terakhir menguap, darah segar menyembur hebat dari perut perawat itu. Percikannya menyebar ke seluruh ruangan dan mengenai tubuh mereka berdua. Sang perawat pun tumbang dan tak pernah bangun lagi.

“AAAAAAA ...”

Floria menjerit sekeras-kerasnya melihat tragedi mengerikan tersebut. Sementara itu Alisa hanya bisa terpaku dengan tatapan kosong. Ketakutan menyelimuti mereka berdua.

Apakah aku akan mati juga? Tapi, aku tidak mau mati.

Itulah yang terbesit di benak Alisa setelah melihat Perawat Weiss yang sangat baik hati itu terbunuh dengan sadis tepat di depan mata kepala mereka sendiri.

Tak lama kemudian, orang berjubah hitam itu mengarahkan tangan kirinya ke arah Flo dan kembali merapalkan sebuah mantra.

“Mahnit!!”

WUSHH

Ajaib. Muncul sebuah cahaya dari telapak tangannya yang seolah-olah menarik Flo agar sampai pada genggamannya. Gadis itu meronta-ronta agar bisa lepas dari cengkeramannya, namun sayangnya hal itu tampak sia-sia.

“LEPASKAN AKU!! LEPASKAN!!”

Orang berjubah hitam itu lalu menyentuh dahi Flo dengan kedua jari tangan kanannya dan membuatnya tertidur secara ajaib.

Alisa bertanya-tanya, apakah ini yang dinamakan sihir. Tetapi dirinya tak mampu berbuat apa-apa. Anak itu benar-benar diliputi oleh ketakutan.

Orang berjubah hitam itu lalu mengarahkan kembali tangannya seperti tadi, namun kali ini tepat ke arah gadis itu. Alisa yang melihatnya terpaku di sana, tak mampu bergerak sedikit pun karena diliputi oleh ketakutan.

“Ka-kau siapa?” ucap Alisa terbata-bata, namun orang berjubah hitam itu tak menjawabnya.

“Ku-kumohon. Jangan,”

Alisa sangat ketakutan. Bagaimana tidak, di depannya ada orang misterius yang telah membunuh Perawat Weiss dan membawa Flo dengan mudahnya. Dan kini nyawanya benar-benar terancam.

Orang berjubah misterius itu lalu merapalkan sebuah mantra, namun berbeda dengan mantra yang ia ucapkan sebelumnya.

“Syom Flynt!!”

WUSHH

Cahaya ajaib muncul dari tangan orang itu. Alisa yang melihatnya secara tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Tubuhnya mulai lemas tanpa sebab dan pandangannya mulai kabur.

“Flo ...”

Dalam kondisi penglihatan yang buram, Alisa melihat Flo dibawa kabur oleh orang itu. Entah dibawa ke mana, tetapi dia telah berhasil memisahkan Flo darinya. Hatinya diselimuti kesedihan, sahabatnya telah diculik oleh orang tak dikenal.

“Kumohon. Jangan bawa Flo ...”

Pandangannya lalu menjadi gelap dan ia tak ingat apa-apa lagi saat itu.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Andrea Desta
seru banget ceritanya 🫣🫣
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Catatan Penulis

    Pembaca yang terhormat, penulis ingin ucapkan banyak-banyak terima kasih karena telah mendukung penulis dengan membaca cerita "Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin" ini. Novel ini adalah cerita pertama yang penulis buat, sekaligus cerita pertama yang penulis selesaikan.Banyak sekali hal-hal menarik yang penulis temukan dan pikirkan selama menulis cerita ini, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu bagian dari semesta Kaminaverse yang sedang penulis kembangkan.Iya. Kisah Alisa Garbareva dan Floria Fresilca dalam cerita "Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin" ini merupakan bagian kecil dari kisah para Hamu Kamina, umat manusia Planet Kamina yang dengan berbagai suka dukanya mengembangkan peradaban di planet ini.Kaminaverse merupakan sebuah dunia di mana para manusia menjalani kehidupannya yang penuh dengan dinamika, suka duka, pesta, hingga peperangan. Dan mereka akan terus berkembang sejalan dengan zaman dan issue yang juga berkembang di lingkungan masyarakatnya.Akhir kata

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 77 : Bersamamu, Selamanya

    Awan gelap mulai menutupi sinar Formalha, pertanda hujan akan turun di ibukota Sentralberg. Angin pun berhembus walau tak kencang.Sementara itu di pusat kota, suara ledakan, tembakan, hingga adu sihir sudah tak terdengar lagi. Menyerahnya Rocky Calais menjadi penanda bahwa operasi pembebasan itu telah selesai. Mereka semua sudah menang.Putri Inori menghampiri Rocky Calais yang sudah tertunduk lesu tanpa kedua tangannya. Cucu terakhir Sazali Fatir itu mengambil mahkota yang sudah berlumuran darah di samping pria tersebut.“Dengan ini semuanya sudah berakhir, Rocky Calais,” tegas Inori.Pria itu tak menanggapinya dan hanya tertunduk lesu.Angin pun berhenti berhembus. Suasana menjadi hening. Akan tetapi, teriakan seorang gadis tomboy tiba-tiba memecah kesunyian.“HEI, KAK ALISA!! KAK ALISA!!”Inori menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang gadis penyihir dengan pakaian biru crop top dan celana pendek serta topi sailor putih berusaha membangunkan seorang gadis lain di depannya. Mel

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 76 : Penghakiman

    WUSHHPusaran angin yang sangat kencang itu tiba-tiba menghilang tanpa sebab. Lingkaran sihir yang sebelumnya berputar di udara juga lenyap tak bersisa. Kini yang terlihat hanyalah seorang Alisa Garbareva yang tengah mengangkat belatinya ke langit tanpa dikelilingi sihir apapun, serta Linne Helenawicz yang sedang memegangi kaki seniornya itu. Tak lama kemudian gadis Telhi itu menurunkan tangannya dan melepaskan belatinya. Mereka pun selamat.“Huh, syukurlah, aku berhasil,” ucap Linne sambil ngos-ngosan.Semua orang sontak terpaku, sebagiannya lagi menghela napas setelah peristiwa yang hampir meluluhlantakkan seluruh permukaan Planet Kamina itu nyaris terjadi.“Huff...”Putri Inori menghela napas dengan tangan di dada. Ia tak mampu berkata apapun melihat tindakan berani gadis tomboy itu.Suasana pun mendadak sunyi, akan tetapi kesunyian itu terhapus setelah dua orang mendobrak pintu bawah istana. Terlihat seorang pria berjas hitam dengan topi homburg yang ditemani seorang gadis penyihi

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 75 : Senyap

    Angin berhembus semakin kencang. Suara adu senjata hingga ledakan sihir masih terdengar di seantero ibukota Sentralberg. Namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh seorang Alisa Garbareva. Gadis Telhi itu hanya tersimpuh dengan tatapan kosong. Di depannya terbaring kaku tubuh sahabatnya, Floria Fresilca yang sudah tak memiliki cincin Angke di jemarinya.Sementara itu di depannya berdiri seorang pria dengan gagah jumawa lengkap dengan pakaian kebesarannya. Dirinya tersenyum lebar seakan dia telah memenangkan pertarungan itu.“Keren sekali,” ujarnya.Tak lama kemudian dari pintu di belakang Alisa keluarlah sejumlah orang dengan berbagai senjata lengkap, para gadis penyihir dengan Posacca mereka serta sejumlah pemuda bersenjatakan Politia. Muncul juga seorang wanita muda yang merupakan pemimpin dari gerakan itu.“Rocky Calais.”Di samping wanita muda itu terlihat pula seorang gadis penyihir bersenjatakan pistol perak yang langsung menyahut begitu melihat dua orang yang tak asing b

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 74 : Sang Raja yang Serakah

    “Uhuk... uhuk...”Debu yang berterbangan dari reruntuhan itu membuat keduanya terbatuk-batuk. Kedua gadis itu terjatuh dari lantai atas akibat sebuah ledakan hingga terhempas ke lantai bawah. Namun untungnya mereka masih selamat.Perlahan debu pun menghilang dan mereka berdua bisa melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya.“Hah? Jadi ini...”Alisa dan Floria begitu tercengang melihat pertempuran besar yang sedang terjadi tepat di depan mata kepala mereka sendiri. Askar, Patrol, gadis penyihir, hingga masyarakat biasa, semuanya saling bersatu dalam pertarungan melawan para penjaga Sentralberg.Alisa menoleh ke berbagai arah. Terlihat beberapa orang saling bertarung dengan menggunakan senjata. Masyarakat biasa beserta Patrol dan Askar menggunakan Politia, sementara gadis penyihir dengan Posacca. Sementara itu di atas langit terlihat pula sihir perisai 'Skyoldir' yang mengurung mereka semua disana.Dirinya juga menoleh ke arah samping. Terlihat sejumlah orang yang tergeletak tak berda

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 73 : Ruangan Sebelah

    Hawa dingin menembus kulit mereka berdua. Perlahan keduanya pun membuka mata.“Dimana ini?”Dua gadis itu mendapati diri mereka terbaring di atas lantai dalam sebuah ruangan yang dingin dan cukup gelap. Mereka menengok ke sekitar. Terlihat ada sejumlah peralatan aneh berwarna perak yang tersimpan di sebuah lemari berwarna putih.“Ini, laboratorium?”Alisa perlahan berusaha bangkit. Begitu pula dengan Floria yang juga terbaring di sampingnya. Mereka nampak masih kebingungan dengan apa yang terjadi, kenapa mereka bisa ada di tempat itu.“Ah, sial. Si Iskarius itu.”Flo sepertinya sudah menyadarinya.“Flo? Siapa?” Alisa bertanya-tanya apa maksud sang sahabat.“Iskarius, penasehat Gubernur Karelia itu. Dia ternyata mata-mata kerajaan pusat. Dan dia berhasil menculik kita ke tempat ini,” jelas Flo.“Oh begitu ya.”Alisa hanya bergeming mendengarnya.“Eh iya, ngomong-ngomong kita dimana?” tanya gadis Telhi itu lagi.Flo menggelengkan kepala.“Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya ini suatu t

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status