Share

Crush

Author: Nsh17
last update Last Updated: 2024-04-16 22:04:16

'Kak Gara, Dara minta maaf ya. Maaf karena selalu jadi beban dan jadi musuh kak Gara selama dua tahun. Dan untuk apa yang aku ucapin soal Kak Gara yang ngejar-ngejar aku, semuanya bohong. Itu semua aku lakuin supaya kak Gara dibenci aja. Tapi sekarang aku sadar dan benar-benar menyesal. Jadi berhenti ngatain Kak Sagara cowok nggak baik.'

"Gar, bukannya tuh anak bebal banget ya kalau disuruh-suruh sama lo. Tumben banget kali ini dia langsung nurut, lo nggak macem-macem ke tuh anak kan?" Ungkap Jordan, siswa berkulit putih pucat dengan rambut pirang, blasteran Korea-prancis.

Pasalnya tatkala mereka berdua tengah mengantri di kantin terdengar suara Adara yang mengatakan semua hal yang Sagara suruh. Termasuk permintaan maaf atas perlakuannya selama ini.

"Aku nggak nyangka, dulu sebodoh dan sebebal itu aku di sekolah. Pantas saja Ayah sering marah." Air mata Adara menetes, mengingat bagaimana dulu dirinya selalu menjadi beban bagi keluarga dan orang lain.

"Kak Adara, ya?" Seseorang menepuk pundak Adara. Siswi dengan bando merah yang ia ketahui adalah adik kelas, mengulurkan sebuah gulungan kertas.

"Dari siapa ya, dek?" Bukannya menjawab, siswi itu langsung berpamitan pergi. "Aneh,"

'Nanti gue tunggu di taman sekolah usai bel pulang.'

Gadis itu mencoba menerka-nerka, mengingat apa dulu ia juga pernah menerima surat dari orang yang tak dikenal. Bagaimanapun Adara harus mengetahui alasan ia kembali pergi ke masa lalu. Entah itu untuk mengubah takdir menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Sepanjang pelajaran, tak satupun materi yang mampu ia serap. Bukan karena usia yang membuat dirinya kesulitan, melainkan pikirannya terus menumbuhkan berbagai pertanyaan yang semakin lama ia berada di masa kini, semua pertanyaan itu semakin bercabang dan beranak pinak.

"Farah, boleh tanya sesuatu?" Pertanyaan Adara disambut Farah dengan alis berkerut.

"Tumben minta izin, Ra. Biasanya juga lo kan langsung to the poin, langsung ceplas-ceplos."

"Kira-kira dulu... Eh, maksudnya kamu tahu kalau ada temen cowok yang keliatan naksir aku?"

"Jadi crush lo maksudnya?" Adara mengangguk cepat. Tak lupa ia juga melihat Pak Kang tae ha yang sedang menjelaskan di depan sana.

"Temen cowok di kelas kita mana ada yang berani suka lo diem-diem gitu, belum juga mulai perjuangin langsung pada kabur karena ulah lo sendiri yang sama Ketos galak aja berani cari mati."

"Asli aku kayak gitu, Far?"

"Asli, gue aja sekarang nggak percaya kalau lo malah berubah drastis. Bisa-bisanya sekarang lo nurut ucapan kak Saga. Udah nyerah, Ra?"

"Farah, Adara! Kalian dengerin penjelasan saya tidak?" Pak Tae ha memberi tatapan tajam kepada dua anak didiknya yang semakin memperkeras suara obrolan mereka.

"Iya, Pak."

"Kalau gitu maju ke depan! Jawab soal nomor dua, kasih penjelasan setelah itu bapak kasih izin pulang." Kebetulan Bel pulang akan berbunyi sepuluh menit lagi. Selama itu Farah dan Adara berdiskusi sampai tidak menyadari waktu berlalu cepat.

"Loh, Ra. Lo yakin mau maju? Biasanya lo paling anti kalau disuruh ngerjain soal di depan."

Itu dulu, Adara yang Farah kenal dulu. Sepuluh tahun yang gadis itu lalui tidak hanya terasa manis-manisnya saja. Banyak kesulitan yang merenggut banyak hal berharga dari hidupnya. Sekarang, Pak Tae ha saja sampai melongo tidak percaya atas jawaban yang ditulis Adara.

"Saya boleh langsung pulang kan, Pak?" Tanya Adara, dengan ragu Pak Tae ha mengangguk tanda mengiyakan.

Berjalan melewati setiap kelas, menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di Taman sekolah. Tak ada satupun orang yang terlihat di sekitaran taman. Hanya ada Adara seorang diri. Dia sempat berpikir jika seseorang berusaha menjebaknya, sebelum pikiran itu akhirnya buyar ketika terdengar langkah kaki mendekat.

"Gue udah maafin lo, Ra." Sagara berdiri tepat di hadapan Adara.

"Kak Gara?"

"Ini menjadi kali terakhir kita kenal. Gue harap lo berubah, Ra. Gue tau sebenarnya banyak hal yang lo simpan sendirian."

"Maksud kak Gara?"

"Lo gak mungkin dendam ke gue sebegitu lamanya hanya karena masalah sepele. Lo sebenarnya cuma butuh tempat pelampiasan aja, kan?"

Apa yang diucapkan Lelaki itu memang benar adanya. Adara elyzia desan, terlahir bak Putri di negeri dongeng. Anak gadis yang selalu dimanjakan dan begitu diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Di sekolah tak bisa dipungkiri ia juga selalu menjadi pusat perhatian di kalangan para siswa. Tapi lagi-lagi setiap kesempurnaan yang dilihat manusia, selalu tak benar-benar terasa sempurna bagi sang pemeran. Adara bahkan kerap kali merasa tidak bisa bernapas dengan lebih bebas. Segala sesuatu yang ia mau sangat sulit untuk bisa terwujud. Peraturan-peraturan rumah, etika-etika yang harus dijaga dan diterapkan, bahkan jadwal setiap detik saja harus selalu terpantau oleh kedua orang tuanya. Dulu, saat baru pertama kali menapaki jenjang pendidikan menengah, gadis itu selalu membayangkan bilamana ia berhasil menjadi seorang dokter. Akan tetapi, Impian itu malah dihancurkan paksa oleh kedua orang yang ia hormati dan percaya.

"Ra? Gue harap lo bisa berubah ya. Lo cewek paling berani yang gue kenal. Jangan hanya berani ngelawan gue, lo juga harus berani ngejar impian lo."

"Kak Gara tahu dari mana semua itu?"

"Gue duluan, Ra." Selalu seperti itu. Pergi dan menghilang tanpa penjelasan. "Gue seneng bisa kenal lo, walau cuma jadi musuh."

"Kak Gara, aku mohon jawab pertanyaan aku. Kakak tahu semua itu dari mana?" Tapi laki-laki itu tetap berjalan mengacuhkan teriakan Adara.

Tiba-tiba saja hujan turun. Seolah menjadi saksi bagaimana bingungnya Adara saat ini. Dia tidak mungkin pulang ke rumah orang tuanya. Dirinya tak ingin membuka luka lama. Akhirnya dengan terpaksa ia berjalan di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Tubuhnya terjatuh karena tak sadar menginjak batu besar.

"Lo selalu ceroboh, Ra." Sagara berdiri memayungi tubuh gadis yang selalu ia khawatirkan.

Semua yang ia katakan pada Adara saat di ruang OSIS adalah kebohongan. Ia terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa selama ini tak ada satupun hal yang tak ia ketahui tentang Adara elyzia desan. Gadis pemberani yang tak disangka malah memusuhi dirinya saat pertama kali bertemu. Ia hanya terlalu takut menghadapi berbagai hal kalau sampai Sagara mengenal gadis itu terlalu jauh. Takut kehilangan juga perpisahan.

"Kak Gara. Kenapa balik lagi sih? Kalau nggak mau jawab pertanyaan aku, seharusnya nggak usah sok-sok an peduli!" Sikap perempuan berusia 27 tahun itu tanpa sadar berubah seperti gadis remaja. Ia tak bisa mengontrol perasaannya. Apalagi Sagara menarik paksa tangannya. Mereka berdua berlari menuju sebuah rumah mungil yang terletak tidak jauh dari sekolah.

"Masuk, Ra. Gue nggak mungkin ngejelasin semuanya disaat lo udah menggigil kedinginan."

"Tapi kak..."

"Bentar lagi Bunda datang. Lo nggak perlu khawatir. Lagi pula gue nggak nafsu sama bocil kematian kayak lo, Ra." Ucap Sagara, setidaknya disusul dengan senyum mentari yang telah lama tidak gadis itu lihat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Adara   Hidup

    teks naratif, biasanya dalam bentuk prosa panjang yang mendeskripsikan cerita fiksi berurutanBahasaPantauSuntingNovel adalah salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa. Kisah di dalam novel merupakan hasil karya imajinasi yang membahas tentang permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh. Cerita di dalam novel dimulai dengan munculnya persoalan yang dialami oleh tokoh dan diakhiri dengan penyelesaian masalahnya. Novel memiliki cerita yang lebih rumit dibandingkan dengan cerita pendek. Tokoh dan tempat yang diceritakan di dalam novel sangat beragam dan membahas waktu yang lama dalam penceritaan.[1] Penokohan di dalam novel menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya.Penulis novel disebut novelis atau ceritawan.Genre novel digambarkan memiliki "sejarah yang berkelanjutan dan komprehensif selama sekitar dua ribu tahun".[2] Pandangan ini melihat novel berawal dari Yu

  • Perjalanan Waktu Adara   cahaya

    Angkasa terdiam melihat senyum yang terukir di wajah Devira. “Manis."“Apa, Ka?” Ucap Vira, begitu mendengar gumaman Angkasa.Angkasa kelimpungan mencari alasan yang tepat “I-itu nanti kita beli es cream manis, Lo mau kan?” Sambil menepuk mulutnya dengan sebelah tangan.‘Bodoh lagi, kenapa gue selalu keceplosan sih kalau ngomong di depan nih cewek?’ Batin Angkasa menggerutu atas kesalahannya.Angkasa meneguk ludah susah payah, sedangkan Vira masih terlelap di jok belakang. Dia bingung apakah harus membangunkan tidur Vira yang terlihat sangat damai atau harus menggendong gadis itu sampai kamar.Tanpa sadar Angkasa sedari tadi mengamati wajah Vira yang membuat Adrian menepuk bahu itu cukup keras.“Ngapain?” tanya Adrian setelahnya dengan tatapan penuh intimidasi.Mendengkus, Angkasa buru-buru menutup pintu mobil perlahan, lalu membawa Adrian agar menjauh.Adrian bersidekap dada menantikan kalimat yang akan Angkasa sampaikan. Laki-laki itu menghela napas, lalu berdecak. Melihat Angkasa y

  • Perjalanan Waktu Adara   Angkasa

    “Loh, bukannya dia udah jutek dari orok,” Canda Vano. Namun sama sekali tidak membuat tawa muncul dari Siswa lain, yang ada tatapan tajam lah yang ia dapatkan dari Angkasa. “Nggak deh, bohong, Sa. Bercanda,”Rianty menggelengkan kepala, melihat kelakuan dua sahabat karib itu. Yang satu sering bertingkah konyol dan yang satu nya lagi cuek, dingin kayak kutub es.“Untung sayang.” Eh… cepat cepat Rianty meralat ucapannya. Menengok kanan kiri, takut-takut ada yang mendengar suaranya.Jadwal jam pertama kosong, membuat beberapa murid sibuk dengan keseruannya masing-masing. Ya, walaupun mereka berada di kelas unggulan bukan berarti termasuk murid yang selalu patuh akan peraturan dan disiplin banget, kan? Terbukti dari barisan meja depan yang penghuninya sudah berpindah ke barisan terbelakang. Berkumpul untuk sekedar menonton, bergosip dan menyontek tugas rumah yang belum sempat dikerjakan. Tidak termasuk Angkasa dan teman-temannya, mereka lebih memilih pergi ke Roftoop untuk membahas rencan

  • Perjalanan Waktu Adara   Si Menyebalkan

    Pintu pun terbuka begitu lebar dan menampilkan sosok laki laki yang...Yang tadi itu, kan?Laki laki aneh itu, aku nggak salah lihat?Aku pikir ucapannya tadi hanya bercanda. Sesaat tatapan kami bertemu dan dia langsung memalingkan pandangannya, berjalan ke deretan kursi paling belakang. Berkumpul dengan teman-temannya yang menyoraki dan memanggilnya... RADIT."Hayo!! Ngeliatin siapa, Lo? Sampai segitunya banget,"GLEKKetahuan, deh. Emang paling bisa kalau kepo akutnya Sena kumat."Nghak, kok. Aku nggak lihat siapa-siapa," Balasku mengelak."Masa?" Giliran Renita yang mengajukan pertanyaan menjebak. Sejak awal kita berempat memulai pertemanan, kita sudah membuat sebuah perjanjian untuk tidak menyembunyikan sesuatu hal apapun yang berbau rahasia."Yang itu namanya Raditya Sanjaya, An. Anak pemilik Sekolah ini," Balas Ayudya, menjawab kekepoanku yang terpendam.RADITYA SANJAYA"Kenapa, Lo suka ya?" Ucap Sena, asal."Enggak, kok. sebenarnya tadi tuh, aku telat bareng dia," Ucapku sepela

  • Perjalanan Waktu Adara   Kepingan Ingatan

    Hati itu ibarat kertasTergores tinta hitam kan sulit tuk dihapusTergores tinta putih kan sulit tuk dipahamiTergores berulang-ulang akan berubah abstrakTak bisa dipulihkan kembali...Senang bertatap muka denganmu, sampai bertemu kembali dipertemuan-pertemuan selanjutnya...Hah, apa sih maksudnya?Siapa yang naruh surat ini?Ku arahkan pandangan ke sekeliling. Nihil. Hanya ada kondektur bus dan para penumpang yang beehimpit-himpitan, mengantri ingin segera keluar dari bus. Walaupun pikiranku masih bingung, sebisa mungkin ku paksakan pikiranku agar tetap berfikir positif. Tanpa membuang waktu terlalu lama, akupun segera berjalan keluar dari bus. Turun dari bus, dengan menaiki angkutan umum pasti akan secepatnya sampai di Rumah Nenek. Jelas aku masih hafal alamatnya, karena tahun lalu ketika libur semester, Ibu mengajakku ke sini meski dengan sedikit pemaksaan."Berhenti, Pak!" Ucapku ketika tepat di depan sebuah gerbang Rumah bercat hitam"Disini aja, Neng?" Balas sopir angkot yang a

  • Perjalanan Waktu Adara   Aurora

    Berubah bukan berarti hilang...Karena yang hilang belum tentu selalu terkenang.JUNI 2025Pagi ini kenangan yang ingin segera ku hilangkan, kembali datang dalam bentuk karangan bunga yang seseorang kirimkan melalui seorang kurir.Kenangan yang mulai terkubur dan tertutup rapat, harus terkuak begitu saja. Tanpa tahu akan keadaan hatiku, kini.Usai menandatangani surat tanda terima, langkah kaki kembali memasuki ruang kamar yang menjadi saksi atas kebisuan ku. Perlahan, ku buka kembali kepingan kenangan yang berserakan di laci kejenuhan. Jenuh akan kesedihan yang tiada hentinya mengusikku serta jenuh akan penantian untuk seseorang yang tak kunjung pula memberi kepastian. Seharusnya dia tak perlu memberi harapan semu pada hatiku yang ragu akan hatinya. Setelah kesetiaan yang aku berikan berujung pada kekecewaan, lantas apa semudah ini dia kembali bersama janji yang tak pernah ditepati?Pikiran dan hatiku saling berdebat menyuarakan Argumen atas apa yang harus dan tak harus aku lakukan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status