Share

Aku Akan Menyusul!

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-06-08 20:07:08

Layung segera menghampiri Arwan yang masih terikat erat di tiang. Dengan cekatan, ia melepaskan tali-tali yang mengikat tubuh kepala desa itu. Arwan mengerjapkan matanya, seolah masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Wajahnya yang memar masih menunjukkan sisa-sisa kengerian.

"Layung ... aku selamat?" tanya Arwan, suaranya serak, matanya menatap Layung dengan tatapan tidak percaya yang mendalam.

"Ya, Kepala Desa, Anda selamat," jawab Layung sambil tersenyum tipis. Ia merasa lega melihat kepala desa itu dalam keadaan hidup.

"Terima kasih, Layung!" ucap Arwan, sebuah kelegaan besar membanjiri dirinya.

"Tidak perlu berterima kasih, Kepala Desa," kata Layung, membungkuk sedikit, menunjukkan rasa hormatnya.

Dengan langkah tertatih-tatih karena rasa sakit dan kelelahan, Arwan berjalan menghampiri Rajendra. Tubuhnya masih terasa kaku dan nyeri akibat pukulan Dahana.

"Rajendra ... terima kasih banyak!" ucap Arwan, suaranya dipenuhi rasa syukur yang tulus, seolah Rajendra adalah p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Rencana Rajendra

    Tama dan yang lainnya, para pengikut setia Rajendra, merasa khawatir dengan keberanian sang pangeran. Mereka sadar akan posisi mereka saat ini.Di hadapannya adalah rombongan kecil, sementara di hadapan mereka ada pasukan pengawal Raja, ditambah Raja itu sendiri. Sebuah pertarungan terbuka pasti akan berakhir buruk."Yang Mulia," bisik Tama, suaranya dipenuhi urgensi, "di hadapan kita adalah rombongan raja. Apakah kita bisa mengatasinya? Mereka, pasti sangat kuat, dan tentu, tidak hanya segini saja penjagaan mereka. Pasti lebih banyak lagi, mungkin beberapa puluh meter dari sini ada pasukan lain yang tidak terlihat. Kita kurang pasukan, Yang Mulia."Tama melanjutkan, kekhawatirannya tergambar jelas di wajahnya. "Jangan sampai rencana besar kita ke depannya gagal hanya karena masalah kecil. Ini terlalu berisiko."Rajendra berpikir jika dikatakan oleh Tama memang benar. Ia percaya diri bisa mengatasi sepuluh atau dua puluh pasukan di depan mereka dengan kekuatannya sendiri, dibantu oleh

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kerajaan Widyaloka

    Kondisi di sana semakin panas saja. Cahaya api unggun yang berkedip-kedip menyorotkan bayangan-bayangan yang menari di antara pepohonan.Terlihat lebih jelas lagi jika mereka seperti sedang mengadakan pesta pora liar di tengah hutan. Ada guci-guci minuman keras berserakan, dan wanita-wanita dengan pakaian minim meliuk-liuk dalam tarian yang memprovokasi, dikelilingi oleh para pria yang tertawa-tawa dengan suara parau.Ketika Rajendra dan rombongannya sedang memperhatikan, bersembunyi di balik semak-semak lebat, tiba-tiba terdengar suara serak seorang pria yang menyadari kehadiran mereka. Sebuah suara yang menusuk keheningan malam."Hey, siapa di sana?! Keluar! Jangan bersembunyi seperti tikus got!" teriak pria itu, suaranya dipenuhi amarah dan sedikit kekacauan karena pengaruh minuman."Bagaimana ini, Yang Mulia? Kita ketahuan?" bisik Sarta, nadanya panik, matanya membelalak. Ia mencengkeram erat gagang pedangnya.Rajendra tetap tenang. Aura kepemimpinan yang kuat memancar dari diriny

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Suara Teriakan

    Surapati mengerutkan keningnya dalam-dalam, mendengar apa yang dikatakan oleh Layung. Sebuah kilasan informasi tiba-tiba muncul di benaknya, sebuah ingatan yang samar namun penting."Serbuk itu dari Kerajaan Lingga," kata Surapati, nadanya serius, matanya menyipit saat otaknya memproses informasi itu.Kerajaan Lingga terkenal dengan keahlian mereka dalam meracik ramuan, termasuk serbuk tidur yang sangat kuat."Tapi bagaimana bisa mereka masuk ke Kerajaan Angkara dan mencuri di wilayah kita?" tanya Surapati tanpa perlu jawaban."Oh iya, saya juga ingat, Paman!" seru Layung, mengangguk cepat, seolah ingatannya baru saja kembali sepenuhnya setelah efek serbuk itu sirna. "hanya mereka yang bisa membuat serbuk tidur seampuh itu. Jadi, ini pasti ulah orang-orang dari Kerajaan Lingga!"Kemarahan Surapati semakin membara. Bukan hanya sapi Rajendra yang hilang, tetapi ini juga merupakan pelanggaran batas wilayah dari kerajaan lain. Ia segera mengalihkan perhatiannya."Tidak ada waktu lagi untu

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Serbuk Tidur[?]

    Guntur, dengan mata terbelalak, segera menunduk dan mulai menghitung ulang dengan tergesa-gesa. "Satu, dua, tiga ... delapan," gumam Guntur, suaranya tercekat. Ia mengangkat wajahnya, menatap Rajendra dengan ekspresi tak percaya yang sama dengan Sarta. "Yang Mulia, benar-benar hanya delapan ekor! Bagaimana ini bisa terjadi?" Guntur panik. Sarta menggaruk kepalanya, kebingungan melukis jelas di wajahnya. "Oh iya, cuma delapan. Apakah sapinya lepas atau dicuri, Yang Mulia?" Rajendra mendengus, kesabarannya menipis. Cahaya rembulan yang samar-samar menerangi area itu memperlihatkan urat-urat menonjol di pelipisnya. "Jangan banyak berpikir! Cepat cari keburu pencurinya jauh!" serunya, suaranya tajam dan penuh perintah, memecah keheningan malam yang mencekam. Sarta dan Guntur tidak membuang waktu sedetik pun. Mereka langsung bergerak, berlari tergesa-gesa ke arah belakang rumah, tempat jalan setapak yang sempit membentang. Jalan itu adalah salah satu jalur yang bisa menghindar

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Menuju Puncak Bersama Ranjani

    Rajendra menoleh ke arah Ranjani, sebuah kerutan tipis di dahinya. "Entahlah, Ranjani. Aku terbangun tiba-tiba. Perasaanku tidak enak."Ranjani, melihat kekhawatiran di mata suaminya, segera bangun juga. Ia berdiri di samping Rajendra, tangannya menggapai dan menggenggam tangan hangat sang pangeran."Itu hanya perasaanmu saja, Yang Mulia," kata Ranjani, mencoba menenangkan. "mungkin bagian dari bunga tidurmu, mimpi buruk yang tak sempat terwujud.""Ya, aku berharap seperti itu," kata Rajendra, tatapannya beralih dari jendela ke wajah Ranjani.Cahaya rembulan yang menembus celah jendela menerangi paras cantik Ranjani, membuatnya tampak bagai bidadari.Mereka saling menatap, mata mereka bertemu dalam keheningan malam yang intim. Tatapan Rajendra begitu dalam, menyiratkan kekaguman dan gairah yang terpendam."Ranjani, kamu cantik sekali malam ini," puji Rajendra, suaranya rendah dan penuh kekaguman, seperti bisikan angin malam yang membelai lembut.Ranjani, yang biasanya pemalu dan cangg

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Terpukau Dengan Tinta Ajaib

    Suara deru kaki kuda dan ringkikan sapi memecah keheningan Desa Gunung Jaran. Rombongan yang membawa sapi akhirnya tiba, diiringi obor-obor yang menari-nari dalam gelap.Rajendra, yang telah menunggu di beranda rumahnya, segera melangkah keluar, wajahnya diterangi cahaya rembulan. Sepuluh ekor sapi terlihat gemuk dan sehat, napas mereka mengepul tipis di udara malam yang dingin.“Akhirnya kalian tiba!” seru Rajendra, suaranya dipenuhi kelegaan. “syukurlah kalian selamat sampai sini. Bagaimana perjalanan kalian? Apakah ada kesulitan di jalan tadi?”Rajendra menatap satu per satu wajah para pengikutnya, memastikan tidak ada tanda-tanda kelelahan atau masalah.Surapati, yang memimpin rombongan, maju selangkah. Senyum lebar terukir di wajahnya yang berkeringat.“Tidak ada kesulitan berarti, Yang Mulia. Jalanan lancar, dan kami bertemu dengan Aji dan Layung di tengah perjalanan. Jadi, kami bisa pulang bersama, membuat perjalanan terasa lebih ringan,” terang Surapati.Rajendra mengangguk-an

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status