Share

Dua Orang Kelaparan

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-17 21:51:01

Di depan pintu rumah, kedua pria itu terus memanggil dengan nada memelas, memohon belas kasihan untuk mendapatkan sedikit makanan.

“Tuan, Tuan … tolong kasihanilah kami. Perut kami sudah sangat lapar.”

“Tuan, kami mencium aroma yang sangat lezat dari dalam rumah ini. Tolong berikan sedikit saja makanan yang baunya begitu menggoda ini kepada kami,” timpal yang lainnya dengan nada tak kalah memelas.

Layung yang menjaga pintu gerbang berusaha mengusir kedua pria itu dengan sopan namun tegas. “Sudah kubilang, jangan mengganggu dan bersikap tidak sopan di depan rumah Tuan Rajendra. Pergilah!”

Namun, kedua pria yang kelaparan itu terus memanggil-manggil dengan harapan ada keajaiban yang datang. “Tuan… Tuan…”

Rumah Rajendra, untuk ukuran zaman itu, memang tidak terlalu besar. Bahkan bisa dibilang kecil dan sederhana. Oleh karena itu, suara kedua orang yang sedang meratap kelaparan itu terdengar jelas hingga ke dapur tempat Rajendra berada.

“Siapa itu ribut-ribut di depan?” tanya Rajendra ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Suara Teriakan

    Surapati mengerutkan keningnya dalam-dalam, mendengar apa yang dikatakan oleh Layung. Sebuah kilasan informasi tiba-tiba muncul di benaknya, sebuah ingatan yang samar namun penting."Serbuk itu dari Kerajaan Lingga," kata Surapati, nadanya serius, matanya menyipit saat otaknya memproses informasi itu.Kerajaan Lingga terkenal dengan keahlian mereka dalam meracik ramuan, termasuk serbuk tidur yang sangat kuat."Tapi bagaimana bisa mereka masuk ke Kerajaan Angkara dan mencuri di wilayah kita?" tanya Surapati tanpa perlu jawaban."Oh iya, saya juga ingat, Paman!" seru Layung, mengangguk cepat, seolah ingatannya baru saja kembali sepenuhnya setelah efek serbuk itu sirna. "hanya mereka yang bisa membuat serbuk tidur seampuh itu. Jadi, ini pasti ulah orang-orang dari Kerajaan Lingga!"Kemarahan Surapati semakin membara. Bukan hanya sapi Rajendra yang hilang, tetapi ini juga merupakan pelanggaran batas wilayah dari kerajaan lain. Ia segera mengalihkan perhatiannya."Tidak ada waktu lagi untu

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Serbuk Tidur[?]

    Guntur, dengan mata terbelalak, segera menunduk dan mulai menghitung ulang dengan tergesa-gesa."Satu, dua, tiga ... delapan," gumam Guntur, suaranya tercekat. Ia mengangkat wajahnya, menatap Rajendra dengan ekspresi tak percaya yang sama dengan Sarta."Yang Mulia, benar-benar hanya delapan ekor! Bagaimana ini bisa terjadi?" Guntur panik.Sarta menggaruk kepalanya, kebingungan melukis jelas di wajahnya. "Oh iya, cuma delapan. Apakah sapinya lepas atau dicuri, Yang Mulia?"Rajendra mendengus, kesabarannya menipis. Cahaya rembulan yang samar-samar menerangi area itu memperlihatkan urat-urat menonjol di pelipisnya."Jangan banyak berpikir! Cepat cari keburu pencurinya jauh!" serunya, suaranya tajam dan penuh perintah, memecah keheningan malam yang mencekam.Sarta dan Guntur tidak membuang waktu sedetik pun. Mereka langsung bergerak, berlari tergesa-gesa ke arah belakang rumah, tempat jalan setapak yang sempit membentang.Jalan itu adalah salah satu jalur yang bisa menghindari pos keaman

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Menuju Puncak Bersama Ranjani

    Rajendra menoleh ke arah Ranjani, sebuah kerutan tipis di dahinya. "Entahlah, Ranjani. Aku terbangun tiba-tiba. Perasaanku tidak enak."Ranjani, melihat kekhawatiran di mata suaminya, segera bangun juga. Ia berdiri di samping Rajendra, tangannya menggapai dan menggenggam tangan hangat sang pangeran."Itu hanya perasaanmu saja, Yang Mulia," kata Ranjani, mencoba menenangkan. "mungkin bagian dari bunga tidurmu, mimpi buruk yang tak sempat terwujud.""Ya, aku berharap seperti itu," kata Rajendra, tatapannya beralih dari jendela ke wajah Ranjani.Cahaya rembulan yang menembus celah jendela menerangi paras cantik Ranjani, membuatnya tampak bagai bidadari.Mereka saling menatap, mata mereka bertemu dalam keheningan malam yang intim. Tatapan Rajendra begitu dalam, menyiratkan kekaguman dan gairah yang terpendam."Ranjani, kamu cantik sekali malam ini," puji Rajendra, suaranya rendah dan penuh kekaguman, seperti bisikan angin malam yang membelai lembut.Ranjani, yang biasanya pemalu dan cangg

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Terpukau Dengan Tinta Ajaib

    Suara deru kaki kuda dan ringkikan sapi memecah keheningan Desa Gunung Jaran. Rombongan yang membawa sapi akhirnya tiba, diiringi obor-obor yang menari-nari dalam gelap.Rajendra, yang telah menunggu di beranda rumahnya, segera melangkah keluar, wajahnya diterangi cahaya rembulan. Sepuluh ekor sapi terlihat gemuk dan sehat, napas mereka mengepul tipis di udara malam yang dingin.“Akhirnya kalian tiba!” seru Rajendra, suaranya dipenuhi kelegaan. “syukurlah kalian selamat sampai sini. Bagaimana perjalanan kalian? Apakah ada kesulitan di jalan tadi?”Rajendra menatap satu per satu wajah para pengikutnya, memastikan tidak ada tanda-tanda kelelahan atau masalah.Surapati, yang memimpin rombongan, maju selangkah. Senyum lebar terukir di wajahnya yang berkeringat.“Tidak ada kesulitan berarti, Yang Mulia. Jalanan lancar, dan kami bertemu dengan Aji dan Layung di tengah perjalanan. Jadi, kami bisa pulang bersama, membuat perjalanan terasa lebih ringan,” terang Surapati.Rajendra mengangguk-an

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Membuat Kapok

    Anugraha merasa Marwah Amukti Pener bernama Rajendra, seorang pedagang, atas ketidakbecusan Giriprana. Ini adalah noda yang tak termaafkan."Kamu tidak bisa melawannya? Tidak becus sekali! Sebagai Amukti Muda, kau seharusnya bisa mengatasi sampah rendahan seperti itu tanpa berkeringat!" geram sang Amukti Utama, nada suaranya penuh kekecewaan dan kemarahan. Ia merasa Giriprana telah mempermalukannya.Giriprana berusaha membela diri, suaranya bergetar. "Mohon ampun, Yang Mulia Amukti Utama! Bukan hamba tidak becus! Tapi orang itu ... dia benar-benar bukan orang biasa. Saya hanya membawa sedikit pengawal saat itu. Dan yang paling parah, pengawal terbaik saya, Kundala, pun harus kalah telak di tangannya! Kekuatannya tak terduga, Yang Mulia. Saya tidak punya pilihan lain selain kembali ke kerajaan untuk melapor dan menyusun strategi baru."Ia melanjutkan, nadanya kembali penuh semangat, mencoba mendapatkan kembali kepercayaan Prabu Anugraha. "Oleh sebab itu, sekarang saya menghadap Yang Mu

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Amukti Utama

    "Tidak. Aku harus bertanya kepada Asmaran dulu," jawab Rajendra. "Sebab dia memiliki luka hebat di masa lalu yang membuatnya trauma. Aku tidak ingin memaksanya jika dia belum siap. Pertemuan seperti ini bisa jadi pedang bermata dua baginya.""Jadi, apakah Asmaran mau bertemu?" tanya Arwan, penasaran. Ia tahu betapa tertutupnya Asmaran selama ini."Ya, dia mau setelah aku bujuk," kata Rajendra, senyum tipis terukir di bibirnya. "dia memang sangat merindukan Brajadipa. Besok orangku akan memberikan kabar kepada Juragan Brajadipa. Dan mungkin saja, jika tidak ada halangan, mereka akan bertemu di hari yang sama."***Sementara itu, jauh di pusat kerajaan, di istana megah Kerajaan Angkara, suasana malam tidak membawa kedamaian.Di sebuah ruangan pribadi yang megah, remang-remang diterangi oleh obor minyak, Amukti Muda Giriprana menghadap kepada Amukti Utama.Amukti Utama, seorang pria yang sudah paruh baya namun memiliki wibawa yang sangat kuat, duduk di kursi kebesarannya. Nama aslinya ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status