Home / Zaman Kuno / Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir! / Perbuatan Baik Akan Mendapatkan Hal Baik Pula

Share

Perbuatan Baik Akan Mendapatkan Hal Baik Pula

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-18 20:46:33

Suara riuh rendah dari depan rumah yang terdengar hingga ke dapur membuat Tama yang sedang membantu Rajendra memanggang roti merasa geram. Ia mengira ada lagi penduduk desa yang datang untuk mencari masalah atau menyebarkan fitnah tentang Rajendra.

“Ada apa lagi, sih! Kenapa banyak orang yang membuat darah mendidih!” gerutu Tama dengan nada kesal namun berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras.

Rajendra yang sedang memanggang roti di atas batu pipih juga terdiam. Ia meletakkan spatula besinya dan mencoba fokus mendengarkan percakapan yang terjadi di luar rumah.

Tak lama kemudian, Layung dengan langkah tergesa-gesa masuk ke dapur. Wajahnya tampak bersemangat, bukan marah seperti yang dikhawatirkan Tama.

“Yang Mulia! Di depan rumah sudah banyak sekali orang yang ingin membeli roti!” lapor Layung dengan nada antusias.

Rajendra dan semua orang yang berada di dapur terkejut mendengar berita itu. Mereka saling bertukar pandang dengan ekspresi tidak percaya.

“Bagaimana mereka bisa t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kepala Desa Menghilang

    Rajendra mengerutkan keningnya, mencoba mencerna perubahan sikap Kirana yang tiba-tiba dingin dan menjauh. Padahal sebelumnya, istrinya itu tampak ceria dan penuh semangat membantu di dapur.Rajendra merasa ada sesuatu yang mengganjal, namun ia tidak yakin apa penyebabnya.Dengan langkah berat, Rajendra berjalan masuk ke dalam kamar untuk menemui Kirana. Ia mendapati istrinya itu berdiri mematung menghadap dinding, membelakanginya.“Ada apa denganmu, Kirana? Kenapa tiba-tiba kamu marah padaku?” tanya Rajendra dengan nada lembut, mencoba memecah keheningan yang terasa tebal.Kirana menjawab tanpa berbalik, suaranya terdengar datar dan tanpa emosi. “Aku tidak apa-apa, Yang Mulia.”Rajendra semakin mengerutkan keningnya. Ia tahu Kirana sedang menyembunyikan sesuatu.Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat dan bertanya lagi, “Apakah kamu cemburu pada Anindya?”Perlahan, Kirana membalikkan badannya. Tatapannya dingin dan menusuk.“Cemburu? Kenapa aku harus cemburu? Tidak ada alasan bagiku

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kirana Cemburu

    Kirana yang menyaksikan interaksi mesra antara Rajendra dan Anindya dari kejauhan merasakan bara cemburu membakar hatinya. Ia menilai Anindya sebagai wanita yang cantik dan anggun, dan ia khawatir Rajendra akan tertarik padanya.Pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi benak Kirana, membayangkan kemungkinan hadirnya wanita lain di antara mereka.Ranjani yang menyadari perubahan raut wajah Kirana, menyikut lengannya pelan dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.“Sudahlah, Kirana. Jangan dilihat terus. Lebih baik kita masuk,” bisik Ranjani mencoba menenangkan.Dengan wajah ditekuk, Kirana mengikuti langkah Ranjani masuk ke dalam rumah. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosi yang bergejolak di dadanya.“Sepertinya kita akan punya saudari baru,” ucap Kirana dengan nada getir setelah mengembuskan napasnya dengan kasar.Ranjani mengerutkan keningnya, bingung dengan ucapan Kirana. Lalu dia bertanya, “Apa maksudmu dengan ‘saudari baru’?”Kirana kemudian menjelaskan kecurigaann

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Tatapan Yang Berbeda

    Di depan rumah Rajendra, kerumunan warga semakin banyak dan mereka semua tidak sabar untuk segera mencicipi roti yang aromanya sudah membius indra penciuman mereka sejak tadi. Beberapa anak buah Rajendra berusaha menenangkan dan mengatur antrian agar semua bisa mendapatkan bagian.“Sabar, Bapak-bapak, Ibu-ibu! Semua pasti kebagian!” seru Tama dengan nada lantang, mencoba menertibkan warga yang mulai berdesakan.“Kami sudah sangat lapar, Tuan!” keluh seorang pria paruh baya sambil memegangi perutnya.“Iya, kenapa lama sekali prosesnya! Kami ingin segera membeli!” timpal seorang ibu rumah tangga dengan nada tidak sabar.Banyak dari mereka yang mulai mengeluarkan protes karena belum bisa mendapatkan roti yang mereka idam-idamkan. Aroma lezat roti buatan Rajendra benar-benar telah membangkitkan selera mereka.Akhirnya, Rajendra keluar dari rumah dengan senyum ramah di wajahnya. “Maaf atas keterlambatannya, Bapak-bapak, Ibu-ibu. Saya sudah menentukan harga untuk roti ini.”“Jadi, untuk ro

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Perbuatan Baik Akan Mendapatkan Hal Baik Pula

    Suara riuh rendah dari depan rumah yang terdengar hingga ke dapur membuat Tama yang sedang membantu Rajendra memanggang roti merasa geram. Ia mengira ada lagi penduduk desa yang datang untuk mencari masalah atau menyebarkan fitnah tentang Rajendra.“Ada apa lagi, sih! Kenapa banyak orang yang membuat darah mendidih!” gerutu Tama dengan nada kesal namun berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras.Rajendra yang sedang memanggang roti di atas batu pipih juga terdiam. Ia meletakkan spatula besinya dan mencoba fokus mendengarkan percakapan yang terjadi di luar rumah.Tak lama kemudian, Layung dengan langkah tergesa-gesa masuk ke dapur. Wajahnya tampak bersemangat, bukan marah seperti yang dikhawatirkan Tama.“Yang Mulia! Di depan rumah sudah banyak sekali orang yang ingin membeli roti!” lapor Layung dengan nada antusias.Rajendra dan semua orang yang berada di dapur terkejut mendengar berita itu. Mereka saling bertukar pandang dengan ekspresi tidak percaya.“Bagaimana mereka bisa t

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Dua Orang Kelaparan

    Di depan pintu rumah, kedua pria itu terus memanggil dengan nada memelas, memohon belas kasihan untuk mendapatkan sedikit makanan. “Tuan, Tuan … tolong kasihanilah kami. Perut kami sudah sangat lapar.”“Tuan, kami mencium aroma yang sangat lezat dari dalam rumah ini. Tolong berikan sedikit saja makanan yang baunya begitu menggoda ini kepada kami,” timpal yang lainnya dengan nada tak kalah memelas.Layung yang menjaga pintu gerbang berusaha mengusir kedua pria itu dengan sopan namun tegas. “Sudah kubilang, jangan mengganggu dan bersikap tidak sopan di depan rumah Tuan Rajendra. Pergilah!”Namun, kedua pria yang kelaparan itu terus memanggil-manggil dengan harapan ada keajaiban yang datang. “Tuan… Tuan…”Rumah Rajendra, untuk ukuran zaman itu, memang tidak terlalu besar. Bahkan bisa dibilang kecil dan sederhana. Oleh karena itu, suara kedua orang yang sedang meratap kelaparan itu terdengar jelas hingga ke dapur tempat Rajendra berada.“Siapa itu ribut-ribut di depan?” tanya Rajendra ke

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Aroma Lezat

    Melihat Rajendra yang tersenyum lebar saat menatap mangkuk berisi adonan gandum yang tampak seperti “gandum basi”, Jati menghampirinya dengan langkah riang.“Ada apa, Yang Mulia? Apakah bahannya berhasil?” tanya Jati, wajahnya juga memancarkan semangat yang sama.“Berhasil, Jati. Raginya telah matang dengan sempurna,” jawab Rajendra dengan nada puas. “kita akan membuat roti yang enak dan sempurna, seperti yang kita bayangkan.”Wajah Jati langsung sumringah mendengar kabar baik itu. “Akhirnya, inilah yang kita nantikan selama ini!” Rajendra mengangguk mantap. “Benar sekali. Mari kita mulai membuat roti impian kita.”Dengan dibantu oleh Jati yang tampak antusias, Rajendra mulai mencampur adonan roti dari tepung gandum yang telah difermentasi selama seminggu terakhir.Mereka bekerja dengan hati-hati, mengikuti setiap langkah yang telah direncanakan. Setelah adonan tercampur rata, Rajendra menutup wadah dengan kain bersih dan mendiamkannya selama kurang lebih satu jam.Ketika penutup dib

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Merajuk

    Sebelum berbicara lebih lanjut dengan Surapati, Rajendra mengalihkan pandangannya ke arah pintu rumah.“Kirana, Ranjani, bisakah kalian masuk ke dalam sebentar?” pintanya dengan nada lembut namun mengandung perintah.Tanpa bertanya lebih lanjut, Kirana dan Ranjani menuruti permintaan Rajendra. Mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Rajendra bersama Surapati dan beberapa pengikut setia di luar.Di dalam rumah, Ranjani tampak tidak senang dengan keputusan Rajendra menyuruhnya masuk. Ia melipat kedua tangannya di dada, ekspresi wajahnya menunjukkan kekesalan.“Kenapa Yang Mulia menyuruh kita masuk? Padahal aku juga ingin mendengar apa yang dibicarakan di luar,” gerutu Ranjani kepada Kirana yang sedang duduk tenang di tepi ranjang.Kirana tersenyum lembut, berusaha menenangkan gejolak hati madunya. “Mungkin Pangeran punya alasan tersendiri, Sayang. Mungkin beliau ingin membicarakan strategi yang lebih rahasia, atau mungkin beliau hanya ingin kita beristirahat dan tidak

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Mengalah

    Amarah Suryakusuma membakar suasana yang tadinya mulai mereda. Dengan nada penuh dengki, ia kembali mendesak Kepala Desa Arwan untuk menolak keberadaan Asmaran di desa mereka.“Jangan dengarkan omong kosongnya, Kepala Desa! Orang itu adalah monster! Dia bisa dengan mudah membunuh siapa saja yang menghalanginya! Kita tidak bisa membiarkan seorang pembunuh tinggal di tengah-tengah kita!” ucap Suryakusuma dengan berapi-api.Tidak hanya itu, Suryakusuma juga berusaha memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Rajendra dari desa Gunung Jaran.“Selain itu, Kepala Desa, kita juga harus mengusir Rajendra dari desa ini! Sejak kedatangannya, dia hanya membawa masalah dan melakukan hal-hal yang merugikan ketenangan penduduk desa! Dia melanggar pantangan, membawa orang asing yang menebang bambu keramat, dan sekarang malah melindungi seorang pembunuh!” lanjutnya.Arwan menghela napas, berusaha mempertahankan ketenangannya di hadapan amarah Suryakusuma.“Juragan Suryakusuma, kamu harus melihat

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Bukan Ancaman

    Bola mata Asmaran bergetar hebat, seolah jiwanya baru saja terusik dari tidur panjang. Setiap kata yang diucapkan Kepala Desa Arwan bagaikan palu godam yang menghantam dinding pertahanannya.Semua yang dikatakan Arwan adalah kebenaran yang selama ini terkubur dalam pekatnya ingatan. Ya, dialah Sundra, bocah kecil yang gemar bermain seruling di bawah rindangnya pohon beringin desa Tanara.Asmaran menatap wajah Arwan lekat-lekat, berusaha keras memutar kembali roda ingatannya yang berkarat. Sosok Arwan terasa familiar, seperti bayangan mimpi yang samar. Namun, ia tak mampu menangkap detailnya, tak mampu mengaitkan wajah berkeriput di hadapannya dengan kenangan masa kecilnya yang buram.“Kepala Desa mengatakan kalau aku adalah sepupumu…” suara Asmaran tercekat, penuh keraguan dan harapan yang bercampur aduk.“Sepupu yang mana? Kamu … kamu anaknya siapa?” tanya Asmaran dengan nada lirih.Raut wajah Arwan seketika berseri-seri, bagai mentari pagi yang menyinari embun. Dugaan hatinya terny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status