Elizabeth menepuk angin seolah-olah dia hanya sekedar menunjukkan pada Ayleen bahwa apa yang dikhawatirkan Ayleen itu bukanlah sebuah masalah yang besar.Dia bahkan tersenyum miring, “Dear, kamu ini tidak sendiri di sini. Kamu masih memiliki aku dan Felicity. Lalu, masih ada ….”Felicity menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan segera menambahkan, “Jasper tentu saja tidak termasuk. Dia sudah jatuh cinta pada Natasha pada pandangan pertama.”Ayleen yang mengetahui hal itu dan menjadi saksi bagaimana Jasper bertemu dengan Natasha mengangkat bahunya.Apa yang dikatakan sahabatnya itu yang benar. Jasper terlihat begitu menginginkan Natasha.“Tapi kamu tidak perlu khawatir. Kita pasti bisa mengatasinya. Lagipula, kita hanya menghadapi seorang gadis gila yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dia bukan seorang kriminal yang akan melakukan pembunuhan demi mewujudkan keinginannya itu,” kata Elizabeth yang terlihat begitu tenang.Gadis muda itu menepuk bahu Ayleen dan la
Melody Gigs tertegun selama beberapa saat. Dia melihat binar mata gadis muda yang berdiri di depannya itu. Sorot mata itu dipenuhi oleh sejuta harapan. Ah, Melody merasa tidak ingin memadamkan harapan bagi gadis itu. Akan tetapi, dia tidak bisa membesarkan harapan itu sehingga dengan begitu berat hati dia berkata, “Oh, boleh saya tahu nama kamu sebelumnya, Miss?” Ayleen menganggukan kepalanya dan segera menjawab dengan senang hati, “Ayleen Hazel.”Melody tersenyum seramah mungkin dan kemudian dengan sangat hati-hati dia berbicara lagi, “Well, Ayleen. Saya senang sekali kamu menunjukkan minat untuk menulis di penerbit kami.”“Saya pasti akan senang sekali menjadi editor untuk karya kamu. Tapi … saya harus meminta maaf karena untuk saat ini perusahaan kami masih belum bisa menerima karya dari penulis baru,” lanjut Melody dengan nada yang begitu jelas tapi tidak terdengar kasar.Ayleen terdiam tetapi seolah-olah dia sudah tahu jawaban itu dia pun membalas ucapan Melody dengan senyuma
Pada saat itu, Ayleen Hazel tidak sanggup bernapas ketika mendengar pertanyaan yang begitu blak-blakkan dari Felicity.Namun, beruntungnya dia pulih dengan cepat lalu gadis itu pun cepat-cepat menyela sebelum Sea menjawabnya, “Kamu ini … kenapa tanya seperti itu? Kami hanya berteman. Bahkan, kami hanya beberapa kali bertemu. Bagaimana bisa kamu berpikir kalau Sea itu-”“Dia memang yang pertama,” Sea memotong perkataan Ayleen dengan begitu santainya seolah tidak terbebani dengan perkataannya. Ayleen melongo hingga tidak bisa memberikan reaksi apapun karena terlalu terkejut.Elizabeth sendiri tidak bisa menahan rasa kagetnya dan hanya ternganga begitu Sea mengatakan kalimat itu dengan begitu santainya. Tapi, hal itu tidak berlaku pada Felicity yang masih bisa mengontrol ekspresi wajahnya. Gadis muda itu pun kemudian bertanya lagi, “Wah! Benar-benar yang pertama ya. Lalu, mengapa kamu memutuskan untuk mengejar-”“Berhenti, Feli!” Ayleen berkata dengan nada tidak sabar. Gadis itu terl
Bisa dibilang Ayleen sebetulnya cukup lega saat mendengarkan Sea ingin membantunya. Dia sama sekali tidak bodoh. Dia tahu dengan benar bahwa Sea mencoba untuk membebaskan dia dari rencana aneh Elizabeth.Akan tetapi, ketika dia melihat ekspresi wajah Elizabeth yang menjadi kikuk itu pun dia menjadi tidak tega. Bahkan, kemudian dia mendengar Elizabeth berkata dengan nada pelan seperti habis dijepit oleh pintu, “Ayleen, kamu tidak suka dengan hal ini? Apa kamu ….”Gadis itu menundukkan kepala dan hal itu semakin membuat Ayleen menjadi kasihan.Maka, dia pun membuka mulutnya dan berkata, “Eliza, aku bukannya tidak suka. Aku hanya berpikir kalau kamu tidak perlu melakukan ini. Aku … aku merasa aku tidak memiliki waktu untuk ini. Maksudku … yah aku ingin fokus untuk menyelesaikan studiku. Hm, kamu paham, bukan?”Ayleen menatap gadis itu lekat-lekat dan berharap bila Elizabeth akan segera memahaminya dengan mudah.Namun, begitu dia melihat Elizabeth hanya terdiam saja, dia malah menjadi s
Ayleen Hazel yang sadar bila dia mungkin saja telah membuat Sea Finley tersinggung akan kata-katanya pun langsung mengulas sebuah senyuman penuh rasa bersalah. “Maaf, aku tidak bermaksud begitu,” kata Ayleen dengan sedikit agak tergagap. Sea menaikkan alis kanannya, seolah-olah meminta jawaban yang lebih panjang, “Lantas?”Ayleen menggigit bibir bawahnya dan berusaha untuk menjelaskan, “Hm, ini sebuah mall. Semua orang berhak berada di sini, termasuk kamu. Maaf, tadi kata-kataku ….”Sea mendesah pelan saat mendengarnya dan buru-buru menanggapi, “Sudahlah, lupakan saja.”Ayleen meringis, menjadi semakin tidak enak karena ternyata Sea dengan mudah memaafkannya seolah-olah apa yang dia lakukan tadi bukanlah masalah yang besar.“Dan … kenapa kamu sepertinya tidak nyaman dengan mereka? Bukankah mereka itu teman-temanmu?” Sea bertanya dengan tatapan datar. Ayleen mendesah pelan dan menjawab dengan jujur, “Bukan, bukan teman-temanku yang membuatku tidak nyaman. Tapi ….”Gadis itu tidak me
Elizabeth yang mendengar perkataan Liam pun menoleh ke arah pria itu dengan tatapan bingung serta kening yang mengkerut, “Lagi? Apa maksudnya itu?”Gadis itu terlihat tidak ingin melepaskan hal itu begitu saja dan menginginkan jawaban dari Liam ataupun Ayleen.Entah bagaimana dia seperti merasa dua orang itu memiliki keterikatan yang aneh. Dia juga agak bingung dengan perasaannya itu.Liam menjawab tanpa mengalihkan tatapan matanya pada Ayleen, “Kami pernah bertemu sebelumnya.”Jawaban Liam seketika membuat Elizabeth membelalakkan mata.Dia pun tidak bertele-tele dan langsung bertanya, “Apa? Kapan? Di mana kalian pernah bertemu?”“Astaga! Ini benar-benar tidak terduga!” Felicity ikut berkomentar, tampak begitu takjub dengan kebetulan yang tidak disangka-sangkanya itu. “Di mall ini. Tapi ….” Liam terlihat ragu-ragu melanjutkan ucapannya dan malah menggaruk bagian kepala belakangnya dengan gugup. Sungguh dia berharap Ayleen juga ikut membantunya untuk menjelaskan hal itu tapi tampakny