Home / Urban / Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat / Kekuatan Fisik Telah Di-Upgrade

Share

Kekuatan Fisik Telah Di-Upgrade

Author: Mr. K
last update Last Updated: 2024-01-26 19:34:29

Adit memutar bola matanya, kemudian menatap Erkan dengan malas.

Dilihatnya sorot mata Erkan begitu tajam. Seakan-akan ada bola api yang menyala-nyala di mata tersebut.

“Apa maumu, Erkan? Aku ke sini untuk makan, bukan untuk meladeni omong-kosongmu,” ucap Adit.

Erkan mendengus kesal. Dia dan Adit memang tak pernah akur. Setiap kali mereka bertemu selalu saja mereka bentrok. Tapi, seingatnya, Adit tak pernah seberani ini menantangnya.

“Pelayan, kamu dengar apa yang baru saja kukatakan?” kata Erkan, menegakkan punggunnya, menatap si pelayan.

Pelayan itu mengangguk. Dia kemudian menghampiri Adit, berdiri di sebelah kanannya.

“Tuan, silakan Anda tinggalkan meja ini. Tuan Erkan akan menempatinya,” ucapnya.

Adit memicingkan matanya. Seperti inikah pelayanan di salah satu restoran termewah di Kota Parsha?

“Kalau aku tidak mau? Lagian, aku yang menempati meja ini duluan. Kamu sendiri yang membawaku ke sini,” kata Adit.

Pupil mata si pelayan membesar, tanda kalau dia tak senang dengan penolakan Adit.

Dia memang berpikir kalau Adit sebaiknya menyerahkan mejanya itu ke Erkan. Tak sepeti Adit yang diragukan bisa membayar tagihan, Erkan punya kekayaan tak terbatas dan merupakan pelanggan tetap The Divine Candle.

“Tuan, kecuali Anda bisa membayar menu-menu yang Anda pesan, saya sarankan Anda untuk menyerahkan meja ini ke Tuan Erkan,” bujuk si pelayan lagi.

“Sudah kubilang aku tak mau. Aku menempati meja ini lebih dulu. Sekarang layani aku layaknya kau melayani pelanggan terbaikmu!” timpal Adit.

Brak!

Erkan kembali menggebrak meja. Dia semakin kehilangan kesabarannya.

“Cepat angkat kaki dari meja ini, Sialan! Atau kau ingin dihajar babak belur oleh pengawal-pengawalku, hah?” ancamnya.

Di mata Adit, tingkah Erkan ini begitu menggelikan. Tapi dia bukannya tak mengerti. Erkan pasti sedang berusaha menunjukkan kepada si wanita seksi yang dibawanya itu kalau dia selain kaya juga berkuasa.

Adit menahan diri, tak ingin terprovokasi oleh Erkan. Dia ke sini untuk menuntaskan misi. Dia harus fokus pada misinya itu.

“Pelayan, cepat bawa mesin EDC kalian. Biar kubayar semua menu yang kupesan tadi itu di awal,” kata Adit, menatap si pelayan.

Erkan tak terima dia diabaikan seperti itu. Dia pun mengambil vas bunga di meja tersebut dan memukulkannya ke kepala Adit.

Namun, sebelum sempat vas bunga tersebut mengenai keningnya Adit, Adit sudah menangkap tangannya Erkan, mencengkeramnya kuat.

Mata Erkan membulat. Dia tak bisa menggerakkan tangan kanannya itu sama sekali.

“Sekali lagi aku bilang, Erkan, aku ke sini untuk makan, bukan untuk meladeni omong-kosongmu,” ucap Adit, mengibaskan tangan Erkan sampai-sampai Erkan terhuyung.

Si pelayan dan si wanita seksi terhenyak. Sesaat, Adit seperti mengeluarkan aura yang kuat.

“Kurang ajar kau, Adit! Lihat saja, kau akan membayar kesalahanmu ini!” gertak Erkan.

Dia lalu mengeluarkan ponselnya, meminta pengawal-pengawal pribadinya yang berada di luar restoran untuk masuk.

Saat itu juga, orang-orang itu masuk lewat pintu depan.

Delapan orang jumlahnya. Semuanya berbadan kekar dan mengenakan setelan hitam-hitam.

Mereka berjalan ke arah Erkan berada.

Masuknya orang-orang tersebut membuat suasana di restoran seketika berubah.

Si pelayan bisa merasakan kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia pun menyingkir, hendak melaporkan situasi ini pada manajernya.

Erkan menghampiri si wanita seksi dan membawanya ke meja lain, membiarkan delapan pengawal pribadinya itu mengepung Adit dari berbagai arah.

“Aku sudah berbaik hati memberimu kesempatan untuk angkat kaki dari restoran ini, tapi kau menyia-nyiakannya. Sekarang, jangan harap kau bisa keluar. Pengawal-pengawalku ini akan mengirimmu ke rumah sakit!” kata Erkan.

Adit melirik Erkan sekilas, lalu menatap orang-orang yang mengelilinginya ini satu persatu.

Ini di luar rencana. Dan sialnya, dia masih jauh dari menuntaskan misinya. Mau tidak mau dia harus mengatasi orang-orang ini dulu.

Tapi ada satu masalah: berbeda dengan Alvin Sanders, Adit Winarta bukan seorang petarung. Hanya saja memang, tadi di rumah, dia sempat meng-upgrade kekuatan fisik tubuh barunya ini. Mungkin ini saat yang tepat untuk mencobanya.

“Jadi, kalian mau mengeroyokku?” tanya Adit, berdiri dan memasukkan kursinya.

Mata pengawal-pengawal itu fokus tertuju pada Adit, mengamati hingga ke gerakan-gerakan kecilnya.

“Hajar dia! Beri si bangsat ini pelajaran!” teriak Erkan.

Langsung saja, dua dari delapan pengawal itu menyerang Adit, melancarkan pukulan yang diarahkan ke wajahnya.

Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba saja pengawal itu terlempar, menghantam meja dan kursi yang kosong.

Erkan dan si wanita seksi yang bersamanya kompak meloncat mundur. Mereka menatap kedua pengawal itu yang kini meringis kesakitan.

Sementara Adit sendiri menyeringai. Dia antusias. Dia tak menyangka kini dia bisa bergerak begitu cepat. Dan rupanya pukulannya cukup bertenaga.

Saat pengawal-pengawal lain menyerangnya, dia bisa melihat gerakan-gerakan mereka, bahkan bisa memprediksi dengan tepat gerakan mereka selanjutnya.

Hasilnya apa? Dia bisa mengatasi semua serangan itu dengan mudah. Dalam hitungan detik saja, kedelapan pengawal itu sudah terkapar semua di lantai.

Meja-meja dan kursi-kursi di sekitar situ jadi berantakan.

Adit masih berdiri di tempatnya, memasang kuda-kuda yang membuatnya tampak hebat.

Dan memang, sesuatu yang tidak bisa terpancar dari tubuhnya. Itu bisa dilihat dan dirasakan oleh orang-orang yang ada di situ, termasuk Erkan dan si wanita seksi.

Adit menegakkan punggungnya, menatap Erkan. Dia kemudian berjalan ke arahnya sambil menatapnya dengan dingin.

Merasa terancam, Erkan refleks mundur hingga dia terjatuh. Cepat-cepat dia bangkit, balik badan dan melangkah, tapi terjatuh lagi sebab dia menabrak kursi.

Saat dia bangkit berdiri untuk kedua kalinya, tangan Adit mendarat di bahu kanannya.

“Mau ke mana? Bukankah tadi kau bilang mau mengirimku ke rumah sakit?” tanya Adit, membisikkannya di telinga Erkan.

Erkan saat ini benar-benar ketakutan. Saking ketakutannya dia, dia sama sekali tak bisa menggerakkan kakinya. Kedua tangannya pun gemetar. Wajahnya pucat.

“Cih! Menyedihkan sekali kamu ini,” ucap Adit, menyadari kalau Erkan kencing di celana.

Bukan hanya itu, saking ketakutannya Erkan pun sampai pinsgan. Saat Adit melepaskan tangannya, Erkan langsung jatuh menelungkup.

Cairan kuning berbau pesing itu menggenang di lantai.

Adit menggeleng-gelengkan kepala. “Menjijikkan!” gumamnya.

Langkah-langkah kaki terdengar. Si pelayan yang tadi pergi itu kembali. Kali ini dia bersama si manajer restoran.

Mata si manajer langsung membulat saat melihat kekacauan yang ada.

Dia lantas menatap Adit, satu-satunya pria di situ yang masih berdiri.

“Hey, kamu! Kamu harus bertanggung jawab atas kekacauan yang sudah kamu buat ini!” ucapnya lantang, berjalan ke arah Adit sambil menunjuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Syarat Pengampunan

    Suasana di bus menjadi semakin tegang seperti di film-film laga.Para penumpang terbelalak. Sebagian menutup mulut yang terbuka dengan tangan.Tak seorang pun dari mereka menyangka manuver seperti ini akan terjadi.Kini Adit dan Gen saling menatap tanpa berkedip. Don mengaduh kesakitan tetapi Adit tak peduli. Dia tempelkan terus moncong pistolnya ke kepala Don.Sementara itu, Adit menyeret Don ke depan, memperpendek jaraknya dengan Gen.“Jangan coba-coba! Kalaupun aku tak menembak temanmu ini di kepala, aku bisa menembaknya di kaki atau di pinggang. Itu mudah saja bagiku,” ancam Adit.Gen yang semula hendak berdiri dan menempelkan moncong pistol ke kepala si sopir bus itu terhenti.Gen dan Don adalah dua teman baik. Mereka telah saling mengenal sejak kecil dan aksi pembajakan dan perampokan seperti ini sudah sering mereka lakukan bersama, berdua saja.Sialnya, ini pertama kalinya mereka berada dalam situasi di mana salah satu penumpang bus melakukan perlawanan dan berhasil menekan bal

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Memutar Otak

    Adit mengamati situasi di bus saat si pria bersenjata itu mendekatinya.Kemampuan bela dirinya telah kembali. Dia bisa dengan mudah menjatuhkan si pria bersenjata.Tapi bagaimana dengan yang satunya lagi?Itulah masalahnya. Si pria bersenjata yang satunya lagi itu berada di dekat sopir. Adit khawatir dia akan menembak si sopir atau melukai penumpang-penumpang lain sementara dia mengurus si pria bersenjata di hadapannya.“Cepat serahkan ponselmu! Jangan sampai aku benar-benar menembakmu!” gertak si pria itu lagi, sambil memelototkan matanya.Opsi menghajar pria ini sepertinya tak tersedia. Tidak untuk saat ini.Adit memutar otaknya, mencari alternatif lain.“Yang kalian berdua inginkan apa sebenarnya? Uang? Ya sudah berikan semua ponsel yang terkumpul itu padaku. Aku beli dengan harga yang kutawarkan tadi,” kata Adit.Adit mengambil dompetnya, mengeluarkan kartu debit miliknya.“Aku tinggal mentransfer uangnya di ATM. Atau kalaupun mau kutransfer via M-banking, bisa saja,” kata Adit.T

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Insiden di Dalam Bus

    Adit dan Brenda baru saja tiba di parkiran gedung kantor, di basement. Brenda membuka pintu, sedangkan Adit tetap di jok kemudi. "Kamu tunggu di sini, ya. Aku ambilkan baju dulu," kata Brenda, lalu menutup pintu mobil dan pergi ke arah lift. Adit memang masih bertelanjang dada. Dan, sebab dia tidak membawa mobilnya ke kantor, dia harus ke rumah sakit menggunakan angkutan umum. Tentu saja sangat tidak pantas dia berada di angkutan umum sambil bertelanjang dada. Sambil menunggu Brenda kembali, Adit meminta si sistem canggih memunculkan fitur-fitur yang bisa dia aktifkan lagi. Layar hologram itu pun muncul. Ada delapan fitur yang bisa dia aktifkan tanpa persyaratan apa pun. Adit langsung memilih fitur-fitur yang ingin diaktifkannya sekarang juga. Fitur ilmu bela diri termasuk di antaranya. Setiap kali fitur itu diaktifkan, Adit seperti merasakan sengatan listrik yang membuatnya mendesis dan menguatkan pegangannya di setir. Setelah kedelapan fitur itu teraktifkan, Adit menarik na

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Maskulin dan Seksi

    Tak lain dan tak bukan, pria itu adalah Adit. Kini dia berjalan mendekati kasur. Dalam prosesnya dia menginjak si penjaga yang tadi ditendangnya itu.“Ugh!!”Injakan di perut pria itu begitu kuat, sampai-sampai si penjaga memuncratkan darah dari mulutnya. Setelah itu dia pingsan.Melihat apa yang barusan terjadi, Lukas langsung gemetar.Baru juga setengah jam yang lalu dia dihajar oleh pria menyeramkan ini. Sekarang dia akan dihajarnya lagi?Lukas menggeser tubuhnya ke tengah kasur. Sebenarnya ingin sekali dia beranjak dari kasur dan berlari ke ambang pintu, keluar dari kamar itu.Tapi jangankan melakukan itu, bahkan untuk sekadar mengatakan sesuatu saja dia tak bisa. Kehadiran Adit membuat lidahnya kelu.“Kau tahu apa yang pantas dirasakan oleh pria bejat sepertimu?” tanya Adit. Kini dia sudah berdiri tepat di samping kasur.“Sensasi berhadapan dengan kematianmu sendiri,” lanjut Adit.Mata Lukas membulat. Adit menggerakkan tangan kanannya secepat ular, mencengkeram leher Lukas dan me

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Pembalasan Adit

    Dengan mudahnya, Adit menarik cambuk itu dari tangan si penjaga di depannya.Si penjaga terbelalak. Adit balas mencambuk si penjaga, membuat pria itu mengerang kesakitan.Pipi kiri si penjaga mengucurkan darah.Si penjaga yang satunya lagi ikut tercengang. Adit memanfaatkan momen singkat yang dimiliknya ini untuk melepaskan ikatan di kedua kakinya.Kini, dengan kembalinya stamina dan kekuatan fisiknya, rantai-rantai besi itu tak berarti apa pun baginya.Adit lantas maju, menantang kedua penjaga itu terang-terangan."Mampus lu!!!"Si penjaga yang di belakang mengambil pistolnya dan mengarahkannya kepada Adit, menembaknya.Dor!Peluru tersebut mengenai tiang besar tempat Adit tadi diikat. Adit sendiri tiba-tiba menghilang dari hadapannya.Buk!"Akh!"Adit rupanya sudah berdiri di belakang penjaga tersebut. Dan baru saja, dia menghantamkan tangannya ke bahu tengkuk pria itu.Pria itu langsung membungkuk dan muntah darah. Adit menarik kerah kaus pria itu lantas menghantamkan tinjungnya ke

  • Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat   Siksa Cambuk

    Dua orang berbadan besar itu membawa Adit ke gudang, sebuah bangunan terpisah di belakang vila.Mereka mengikat tangan Adit ke belakang dengan tali. Salah satu dari mereka berjalan di depan sedangkan yang satunya lagi di belakang, menodongkan pistol tepat ke punggung Adit.“Masuk sana!”Si penjaga di belakang Adit itu mendorongnya dengan cara menendangnya.Adit memasuki gudang dan terhuyung-huyung. Saat dia menegakkan tubuhnya, si penjaga yang memasuki gudang lebih dulu langsung menghantamkan bogem mentah ke pipinya.Bugh!Adit sedikit oleh ke kanan. Darah keluar dari ujung bibirnya.“Gua nggak tahu lu siapa, tapi lu benar-benar nekat masuk ke vila ini tanpa izin. Lu tahu Tuan Lukas itu siapa? Dia miliarder terkenal di kota ini. Di kawasan ini aja dia punya puluhan vila mewah. Nggak ada yang berani macam-macam sama dia!” tutur si penjaga yang baru saja menonjok Adit.Adit menatapnya perlahan. Sorot matanya tajam. Ada nyala api di sana.“Apa maksud lu lihat gua kayak gitu! Berani lu na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status