Share

bab 6

"Waaaaahhhh!! Enak sekali..."kata Jaya penuh semangat ketika mencoba nasi goreng yang dibuat Rama.

"Masakan ini kaya akan bumbu, bahkan ada telur dan suiran ayam." Kata pak Bima ikut berkomentar.

"Enak sekali nduk...kapan kamu menyiapkan semua ini?" Tanya ibu Sri juga.

Rama hanya tersenyum ketika keluarganya menikmati masakan sederhana yang ia buat. Padahal nasi gorengnya dibuat dengan bumbu kemasan.

Sepulang dari kali, Rama langsung mengeluarkan kompor gas kecil dan memasak nasi goreng, menggoreng telur dan menyuir ayam goreng. Kemudian ditambah dengan bawang goreng. Semua dibeli di onshop.

Semua terasa mudah dengan onshop, kendalanya token Rama di onshop mulai menipis. Rama berpikir akan membeli beberapa sabun dan shampo sachet untuk dijual dan mengisi token onshopnya.

"Apa nama masakan ini Ram?" Tanya Jaya.

"Nasi goreng spesial" Jelas Rama.

"Ini... Nasi?" Tanya ibu dengan raut wajah kaget.

"Nasi yang cuma para pejabat tinggi yang bisa memakannya?" Tanya Jaya memastikan.

Bahkan pak Bima juga ikut kaget dan kebingungan darimana Rama bisa menyiapkan semua bahan masakannya.

"Coba kamu jujur nduk, bagaimana bisa kamu mendapatkan nasi? Bahan masakan ini kan langka..." Desak pak Bima.

"Eeee..."Rama bingung ingin berbohong seperti apa lagi. Apa ia harus jujur? "Nanti Pak, nanti Rama jelaskan." Elaknya lagi.

"Jelaskan sekarang nduk!" Kata pak Bima tegas dengan sorot mata tajam.

"Kita ini keluarga nduk, kita harus saling jujur dan terbuka." Kata Ibu Sri.

"Benar Ram, kalau ada apa-apa kan kita bisa saling melindungi." Sambung Jaya meyakinkan.

Rama menarik napas dan menghelanya sebelum akhirnya bicara.

Ketika ia berpikir,layar sistem belanja pun muncul. Kali ini Rama mengetik buah anggur dan pisang. Seketika dari layar notifikasi muncul,

[Pesanan dikonfirmasi]

Dan layar pun mengeluarkan pisang dan anggur di dalam kotak.

"Eeehhh!!!!" Pak Bima dan Jaya langsung bersuara, sedangkan ibu Sri langsung lemas. Apa yang anaknya lakukan seperti sihir.

"Ssstttt..." Kata Rama menenangkan."ini namanya buah anggur dan pisang..."jelas Rama.

"Kami tau ini pisang, tapi baru kali ini ada pisang semulus dan sebagus ini." Kata Jaya.

"Apa itu tadi? Apa itu sihir?" Tanya pak Bima.

"Rama ga bisa bilang ini bukan sihir Pak, tapi aku berani jamin ini bukan pesugihan." Jelas Rama lagi,masih sempat membuat lelucon.

"Kapan kamu mendapatkan kekuatan ini?" Tanya ibu Sri.

"Ketika aku bangun dari sakit bu, aku bisa mengeluarkan barang yang kuinginkan." Jelas Rama, 'meskipun semua harus dibayar.'

"Kue bownies itu, dari kekuatanmu juga Ram?" Tanya pak Bima.

"Iya Pak, sabun dan shampo juga..."

"Waaaahhh...kalau begitu hidup kita sepertinya akan nyaman nantinya bu, Pak..."kata Jaya penuh semangat.

"Tapi kalau bisa rahasiakan kekuatan ini, kamu bisa dimanfaatkan nantinya Rama." Kata ibu Sri dengan sorot wajah khawatir.

"Tenang saja bu, Rama akan berhati-hati. Rama berencana jadi pedagang mengatasnamakan utusan barat."

Bapak mengangguk setuju, warga tidak akan curiga jika dikatakan barang-barang ini dari barat.

"Baiklah, sebaiknya kita lanjutkan makan. Bapak percaya kamu Rama..."

"Terima kasih pak..."

"Ram, selain buah tadi kamu masih bisa keluarin baju tidak?"

"Aku harus isi token dulu ya bang."

"Token?"

"Iya, token...abang punya uang berapa?"

"Masih pakai uang Ram?"tanya Jaya muram.

Rama mengangguk sambil mengunyah nasi gorengnya."1 perunggu juga bisa..."lanjutnya.

Mata Jaya langsung berbinar mendengar semurah itu. Ia langsung mengelurkan 2 perunggu dari kantong uangnya.

Rama menerimanya, mengeluarkan layar sistem dan mengklik pakaian. Rama memilih beberapa kaos sederhana berwarna biru dan putih. Serta celana berbahan katun yg panjang berwarna hitam dan navi.

"Uwaaah...." Jaya langsung melompat kegirangan. Melihat kualitas kain yang sangat bagus dan lembut. Bahkan baju kaos ini berwarna sangat putih. Jaya memeluk dan menciumi pakaian ditangannya.

"Terima kasih Ram..."katanya.

Rama mengangguk, kemudian memilih beberapa baju kaos simple untuk bapak dan tunik untuk ibu. Sebenarnya Rama bisa saja memilih yang lebih bagus, namun seperti yang Rama pikirkan. Jangan terlalu menarik perhatian!

"Bagus sekali nduk..." Ibu menatap tunik berwarna merah maroon ditangannya, bahannya lembut dan jatuh. Saat di remas tidak membuat kain berbekas.

Rama tersenyum puas menatap wajah keluarga barunya yang terlihat bahagia. Rama modern memimpikan ini, membelikan baju untuk keluarganya. 'Terima kasih Tuhan...'

Sehabis makan, Rama duduk di teras rumah. Memandangi langit malam yang dipenuhi bintang. Tidak ada hujan hari ini, langit terlihat cerah. Pemandangan yang tidak akan Rama temui di masa modern, karena perkotaan dipenuhi dengan lampu-lampu, membuat langit malam tidak terlihat.

Malam ini keluarga Adipati merasakan syukur yang teramat luar biasa. Rama sembuh dari sakit saja sudah suatu keajaiban, bisa makan enak, memakai baju bagus dan tubuh yang bersih. Akan seperti apa kehidupan mereka berubah? Rama berpikir dengan sederhana, kehidupannya saat ini adalah kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya, ia hanya ingin menikmatinya, mengumpulkan banyak uang dan membahagiakan keluarga barunya. Sisa-sisa dari pikiran Rama terdahulu, menyelimuti hatinya. Entah bagaimana nasib Rama si pemilik tubuh yang asli? Yang kini Rama rasakan hanya pikirannya dan pikiran pemilik tubuh asli kini bersatu.

"Ngapain kamu ngeliat langit?" tanya Jaya yang akan berangkat jaga malam.

"Ngeliat bintang bang..."

"Hah bintang?"

Terkadang Jaya masih bingung dengan perkataan Rama, semenjak bangun dari sakit, Rama selalu mengatakan beberapa kata yang sulit dimengerti.

Rama hanya tersenyum, jari telunjuknya mengarah ke langit. "Benda kecil yg bersinar terang itu namanya bintang!" katanya menjelaskan.

Jaya hanya mengangguk paham, meskipun ia masih kebingungan melihat Rama yang menatap bintang di langit.

***

Rama melakukan penyemprotan insektisida sebanyak 4 kali dengan rentang waktu per 3 hari, tanaman cabai mulai terlihat normal. Hari ini Rama mulai menyemprotkan pupuk buah. Kebun cabai pak Suli juga mengalami perubahan seperti kebun cabai pak Bima.

"Puji syukur pada Dewa, Tuan Muda Rama...terima kasih banyak!" Katanya sembari bersujud. "Tuan Rama, kau boleh mengambil setengah hasil panen ku..." Lanjutnya lagi.

Rama menggeleng. "Tidak perlu pak Suli, anggap saja ini pelayanan gratis. Nanti jika suka pada barangku, beli saja..."Rama memapah pak Suli yg bersujud untuk berdiri.
Pak Suli mengangguk setuju dan kagum pada kemurahatian Rama.

"Tuan muda Rama, kasianilah kami..."

Pak Jarwo dan pak Bromo yg kemarin-kemarin tidak percaya mulai mendekati Rama.

"Iya Tuan Rama, kami mengaku salah... Kami terlalu meremehkan tuan muda Rama." Para warga lain mulai ikutan bicara.


"Bantu kami juga tuan Rama, kami akan membeli barang tuan Rama..."

Sungguh, keduanya begitu khawatir bila Rama tak membantu. Apalagi, keduanya menyadari putra bungsu dari Pak Bima itu tersenyum. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status